Namaku Arman (bukan nama sebenarnya) aku lahir di sebuah kota kecil di bagian timur pulau Sumbawa, tepatnya di Dompu Nusa Tenggara Barat . Aku telah memiliki seorang istri dan 2 orang anak, yang bungsu seorang perempuan dan yang sulung seorang laki-laki. Kehadiran dua orang anak telah melengkapi kekbahagiaan perkawinnan kami yang sudah terjalin sejak akhir tahun 1999. Dia istriku terlahir dari keluarga yang sederhana yang taat beragama, dan aku sangat merasa beruntung dapat mempersunting seorang wanita jelita dengan budi pekerti serta akhlak yang sangat mulia.Selama 14 tahun rumah tangga yang aku bina hampir tidak pernah ada prahara di dalamnya.
Dia adik iparku sebut saja namanya Wati (bukan nama sebenarnya) dia adalah adik sepupu dari istriku perawakan tinggi sekitar 167 cm putih cantik dan sungguh membuat mata pria tidak akan berkedip ketika melihatnya, tidak terkecuali dengan aku. Wati adalah guru honor pada SMA swasta di kota Dompu tempat dia tinggal bersama ibunya. Ayah Wati yang juga seorang guru paman dari istriku telah meninggal dunia 3 tahun silam.
Kisah asamara antara aku dengan Wati di mulai ketika aku dan istriku ke rumahnya untuk menjenguk ibunya yang tidak lain adalah bibi dari istriku. dan saat itu aku melihat dari rona wajah, cara dia memandangku serta sikap dan tingkah laku dia lain dari biasanya. Istriku memang tergolong wanita yang manja dan tidak jarang kemesraan sering kami perlihatkan pada orang lain tidak tekecuali pada adik sepupunya itu. Dan hal itu memang sudah sering dilakukan oleh kami dan tentu saja dengan batas - batas norma yang pantas dan kewajaran. Namun ada yang aneh terutama pada diri Wati, sepertinya dia menyimpan sesuatu di hatinya dan itu membuat aku penasaran.
Beberapa saat setelah kejadian tadi istriku mohon diri untuk menemani bibi di kamar, aku masih duduk diruang tamu sembari memikirkan ada apa sebenarnya dengan Wati. Apakah dia punya masalah ? berbagai pertanyaan muncul dibenaku itu membuat aku makin penasaran lalu aku berniat mencari Wati untik menanyakan ada apa sebenarnya. Lalu aku bangkit kemudian mencarinya di dapur, di halaman bahkan di rumah bibinya yang berada di depanpun tidak ada. Yah aku putus asa dan lelah kemudian kembali untuk beristrahat sembari menemani istriku di kamar bibi, dan aku mendengar ada isakan tangis saat aku melewati kamar Wati, apakah itu dia ? pikirku. lalu aku mencoba mengetuk pintu , yang pertama, kedua dan ketiga tidak ada sahutan malah isak tangis sudah tidak terdengar lagi. disaat aku beranjak untuk pergi meninggalkan kamarnya tiba-tiba pintu kamar terbuka, siapa terdengar suara merdu yang tidak lain adalah suara Wati" aku jawabku.... ada apa kak sahutnya sambil mengusap sisa-sisa tetesan air mata di pipinya, aku tidak menjawab tetapi aku menarik napas dalam-dalam dan bertanya kenapa kamu menangis ... ? yang dijawab dengan isakan tangis oleh wati kemudian berkata " kakak kejam" sembari menutup pintu kamar dan menguncinya dari dalam. Aku bingung serta beribu pertanyaan mengganjal di hatiku serta mereke - reka aku melakukan apa, berbuat apa hingga aku dibilang kejam oleh wati. Aku kembali ke kamar bibi disana aku melihat istriku sudah lelap tertidur di samping bibi. Aku tidak berusaha membangunkannya aku biarkan dia tertidur karena aku berpikir mungkin dia kelelahan dan dugaanku bennar kehadiranku disampingnya pun tidak dia rasakan, lalu aku selimuti dia dengan penuh kasih sanyang.
Disaat aku sedang melamun dan memikirkan kata-kata dari Wati, tiba-tiba sosok yang aku lamunin muncul dihadapanku, " kak aku ingin bicara" katanya memmbuyarkan lamunanku, " jangan disini di luar aja " lanjutnya ketika dia melihat aku masih duduk seoalah tidak mempedulikannya. kemudian dia menarik tanganku mengajak aku untuk keluar dari kamar itu, sementara aku seperti kerbau yang dicocok hidungnya mengikuti kemana Wati menariku. " Bawa motor kita ke taman kota" sahutnya, lalu aku mengambil kunci motor , jaket dan kamipun berangkat menuju taman kota. sepanjang perjalanan tidak ada yang saling bicara kami diam seribu bahasa, tapi ada yang lain aku rasakan dari sikap Wati yaitu cara dia memeluku yang penuh manja. Sesampai di taman kota kamipun mencari tempat duduk yang agak sepi dari pengunjung lain tentu saja setelah motor bututku aku pakir di parkiran. setelah tempat duduk yang dirasa tepat untuk kami, akupun duduk dan menyandarkan tubuhku di batang pohon, lalu aku dibuat kaget sekali lagi, dia merebahkan tubuhnya direrumputan dengan kepala di atas pahaku dan berkata " kakak kejam, kakak gak punya perasaan, aku benci ma kakak" aku makin bingung dengan kata-katanya dan mencoba mengendalikan rasa kagetku dengan bertanya, " kamu .... ada apa sih sebennarnya... ? , lalu dia bangkit dan duduk membelakangiku " apa kakak g merasa selama ini dengan perhatianku sama kakak, sikapku sama kakak, apa itu belum cukup untuk mengungkapkan bahwa aku mencintai kakak ... ? aku terperanjat kaget mendengar pengakuan dari Wati, dan aku merasa aku kajatuhan durian rontok.
Sejak saat itu aku dan Wati mulai menjalin kisah cinta, kami melakukan pertemuan-pertemuan rahasia untuk menuntaskan rasa rindu dan dahaga yang terpendam. hingga pada suatu ketika seperti kata pepatah sepandai - pandai menyimpan bangkai baunya pasti kecium jg , begitu pula dengan jalinan asmaraku. Serapi apapun aku melakoni kisah ini istrikupun tahu akhirnya. Tanpa berkata apa-apa istriku mengepak seluruh pakaianya serta menggandeng kedua anaknya berlalu meninggalkanku kembali ke orang tuannya.
Pembaca yang budiman, tiga bulan sudah dia pergi meninggalkan aku, pernah aku coba untuk menjemput dia dan memohon maaf atas kelakuanku padanya namun dia diam tanpa komentar sedikitpun, aku takut kehilangan dia, aku takut keluarga hancur, aku sadar aku telah membuat malapetaka dalam rumah tanggaku dan Wati hingga kini tidak pernah aku menemuinya, aku tidak tahu lagi bagaimana kabar dia terakhir aku dengar kabar bahwa dia sekarang ke Irian ke tempat bibinya aku g peduli aku ingin keluarga kembali aku ingin keluargaku untuk kembali, dan aku bersumpah andai dia memafkanku aku akan menjadi lebih baik akan kukunci seluruh pintu hatiku untuk yang lain demi istri dan anakku. kembalilah istriku, bawalah kembali buah cinta kita maafkan atas semua kesalahanku.
Ditulis oleh Putra Naga di Sarang Manggelewa.
Tanggal 07 Juli 2013
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H