Mohon tunggu...
Sudirman Hasan
Sudirman Hasan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Asli Jombang dan kini mengabdikan diri di sebuah lembaga pendidikan di Malang. "Dengan menulis, aku ada. Dengan tulisan, aku ingin hidup seribu tahun lagi..."

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

KH Aziz Masyhuri: Kiai yang Penulis

13 Agustus 2015   11:40 Diperbarui: 13 Agustus 2015   11:40 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="KH Abdul Aziz Masyhuri"][/caption]KH Abdul Aziz Masyhuri adalah pengasuh Pondok Pesantren Al-Aziziyah, yang berlokasi di Denanyar Jombang. Saya termasuk beruntung pernah menjadi santri beliau saat sekolah di bangku Aliyah. Beliau adalah pemrakarsa sekaligus pengasuh Madrasah Aliyah Negeri Program Khusus yang dulu dikenal sebagai MANPK. Murid-murid MANPK adalah anak-anak lulusan Madrasah Tsanawiyah yang memiliki prestasi akademik tinggi dan lulus seleksi. Waktu saya dulu, MANPK di Jawa Timur hanya ada dua, yakni MANPK Denanyar dan MANPK Jember. Alhamdulillah, saya termasuk beruntung bisa bergabung dengan anak-anak hebat di MANPK Denanyar.

Berkaitan dengan Yai Aziz, demikian sapaan beliau, saya telah belajar banyak ilmu dari beliau. Di antaranya adalah ilmu ushul fiqh, ilmu fiqh, hingga ilmu tarikh. Beliau banyak melahirkan buku-buku, mulai dari buku karya sendiri, hingga buku khulashah (ringkasan) dan buku terjemahan. Puluhan buku sudah beliau terbitkan. Dalam rangka muktamar NU 2015 ini, beliau menyiapkan dua buku baru yang dilaunching.

Selama lebaran 2015 ini, saya menyempatkan berkunjung ke rumah beliau. Yai Aziz begitu senang ketika saya datang. Apalagi saya, kangen dan kagum saya kepada beliau terpenuhi sudah. Saya memang termasuk pengagum beliau karena sejak dulu hingga sekarang, beliau tidak segan-segan mengembangkan ilmu dan menuangkannya dalam berbagai media. Meskipun saat ini usia beliau sudah cukup banyak, namun semangat berburu informasi dan berbagi  ilmu masih kuat. Seperti usaha beliau untuk mencari informasi terbaru tentang sosok tokoh yang beliau tulis, beliau harus datang ke kediaman sang tokoh, atau menemui ahwa warisnya jika tokoh itu sudah tiada. Atau, seperti saat ini beliau sedang gencar mengumpulkan berbagai buku tentang syiah sebagai bahan awal penulisan syiah modern yang akan beliau tulis. Luar biasa bukan? Usaha beliau layaknya seorang doktor atau profesor yang akan menulis karya ilmiahnya.

Saya sempat bertanya motivasi di balik kegigihan beliau berkarya. Jawabannya ternyata singkat: hanya ingin punya "peninggalan". Apa maksudnya? Beliau kemudian mengulas beberapa kyai besar yang sangat tersohor dalam pidatonya. Sang kyai berdakwah di mana-mana dan sangat disukai jamaahnya. Namun, tatkala sang kyai itu wafat, hilang pula reputasi dan ketenarannya. Ia bahkan tidak dikenal oleh generasi-generasi berikutnya. Oleh sebab itu, agar bisa lebih lama bermanfaat, menulis adalah salah satu cara termanjur yang sudah terbukti kebenarannya untuk membuat seseorang tetap dikenang meskipun jasadnya sudah dimakamkan. Buku akan tetap bisa dinikmati siapa saja meskipun sang penulis tidak dapat ditemui lagi.  Jadi, Ayooooo menuliiiiiis.......

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun