Mohon tunggu...
Sudirman Hasan
Sudirman Hasan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Asli Jombang dan kini mengabdikan diri di sebuah lembaga pendidikan di Malang. "Dengan menulis, aku ada. Dengan tulisan, aku ingin hidup seribu tahun lagi..."

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Ingin Sukses Besar? Ikuti Ayam Mengeram!

11 Maret 2011   23:03 Diperbarui: 4 April 2017   16:16 6968
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_95663" align="aligncenter" width="640" caption="Ilustrasi/Admin (lawiemasseramafarm.blogspot.com)"][/caption] Siapa tidak tahu proses penetasan anak ayam? Sebagai orang yang dibesarkan di pedesaan, saya sangat paham pengembangbiakan ayam mulai dari telur, pengeraman hingga penetasan. Saya suka sekali menunggu pecahnya telur satu-persatu di bawah kolong kaki dan sayap induknya. Lucu sekali! Kalau sudah memasuki hari yang ke-21, saya selalu setia mengecek kondisi telur yang mulai mengeluarkan suara anak ayam. Dari ujung paruh yang nongol di salah satu sisi kulit telur, terdengar suara jeritan anak ayam dari dalam yang ingin segera bebas menghirup udara segar.Ayam yang baru menetas pasti jalannya sempoyongan. Maklum, posisi anak ayam dalam telur adalah melingkar dengan posisi kepala berada di antara kakinya.Mengikuti proses “kelahiran” anak ayam memberikan pengalamanunik tersendiri.

Mengapa telur ayam bisa menetas? Selain adanya proses pembuahan oleh ayam jantan, telur tidak akan menetas jika tidak dierami. Itu artinya, ada proses kesabaran yang sangat demi suksesnya perkembangbiakan keturunan. Dalam hal ini saya tidak ingin membahas penetas ayam melalui mesin penetas lho! Induk betina dengan sabar harus mengerami telur-telurnya hingga ia tidak bisa sesuka hati beraktifitas, misalnya makan, minum, hingga membersihkan diri di bawah terik matahari. Ia harus konsisten memberikan kehangatan kepada calon anaknya yang masih di dalam telur. Begitu setia dan sabarnya,ayam betina harus puasa menikmati keindahan dunia. Ia akan sabar di sarangnya sampai telur-telur itu menetas. Ia tidak bisa seenaknya pergi meninggalkan sarangnya meski perutnya keroncongan. Tubuhnya dibiarkan kotor dan kurus yang memberikan bukti keikhlasan hatinya mengemban tugas mulia sebagai calon ‘”orang tua”. Bila sang induk tidak sabar menjalani proses itu, telur-telur itu akan busuk dantidak ada gunanya. Telur gagal itu tidak bisa diolah lagi menjadi hidangan makanan. Baunya yang menyengat akibat gagal menetas itu hanya layak untuk dibuang ke tempat sampah.

Apa yang bisa kita petik dari aktifitas mengeram tadi? Untuk mencapai kesuksesan, kita perlu ulet dan sabar. Penyakit umum manusia adalah ingin meraih sukses dengan cara instan, tanpa pengorbanan banyak tetapi hasilnya jelas dan besar. Memang ada di dunia ini sejumlah manusia mujur yang tidak banyak mengeluarkan biaya dan energi dalam meraih kesuksesan. Tetapi, hampir semua tokoh besar dunia sepanjang sejarah merupakan sosok manusia yang tangguh dan gigih dalam memperjuangkan usahanya di berbagai bidang. Para rasul, misalnya nabi Muhammad, harus berjuang gigih hingga harus berdarah-darah demi mengemban amanat mengubah masyarakat menjadi lebih beradab. Para saintis, seperti Thomas Alfa Edison, harus melakukan riset dan uji coba ratusan hingga ribuan kali untuk mempersembahkan satu karya monumental. Itu artinya, pengeraman yang dapat dimaknai sebagai kesabaran tinggi yang terus menerus dalam menggapai cita adalah satu hal mutlak. Jika hanya sekali-kali “dierami”, “telur-telur” kesuksesan itu hanya akan berubah menjadi mimpi buruk.Berbagai godaan dan rintangan pasti ditemui dalam proses meraih sukses. Hampir dapat dipastikan bahwa tak ada prestasi membanggakan bila tidak diiringi dengan keuletan dan kegigihan. Oleh sebab itu, “mengeram” menjadi sebuah keniscayaan bagi siapa saja yang ingin sukses.

Sebagai contoh, saya ingin menunjukkan salah satu prestasi yang diraih oleh Islamic Relief Amerika yang sempat saya kunjungi beberapa waktu lalu. Lembaga ini sekarang menjadi lembaga filantropi Islam terbesar Amerika dalam usianya yang masih belia. Salah satu kuncinya adalah kepemimpinan sang CEO yang gigih “mengerami” lembaganya. Ia selalu berangkat lebih awal dan pulang paling akhir. Ia juga membuka kesempatan konsultasi dengan siapapun dengan kebijakan “open door”nya. Ia tak sungkan- sungkan turun sendiri mengecek hasil pekerjaan mitra kerjanya baik di kantor maupun di lapangan. Alhasil, kepercayaan masyarakat ke lembaga ini kian meningkat dan popularitas lembaga filantropi ini semakin menanjak.

Kesimpulannya, tradisi mengeram bisa menjadi salah satu filosofi bagi kita yang ingin meraih impian. Kesuksesan jarang sekali dicapai dengan cara instan. Kesabaran, keuletan, dan kegigihan adalah rumus-rumus jitu untuk mewujudkan harapan di masa depan.Semoga bermanfaat!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun