Mohon tunggu...
Sudirman Hasan
Sudirman Hasan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Asli Jombang dan kini mengabdikan diri di sebuah lembaga pendidikan di Malang. "Dengan menulis, aku ada. Dengan tulisan, aku ingin hidup seribu tahun lagi..."

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Tretes: Antara Keindahan Alam dan Kemaksiatan

28 Februari 2011   02:31 Diperbarui: 4 April 2017   17:22 72463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_92305" align="alignleft" width="550" caption="Keindahan Tretes (sumber: photos.travelblog.org)"][/caption] Sejak Hari Jumat, saya mengikuti sebuah acara besar kampus yang dihelat di daerah Tretes. Meskipun saya orang Jawa Timur, saya belum pernah sekalipun berkunjung ke tempat wisata itu. Ketika saya diberitahu bahwa agenda rapat kerja akan diselenggarakan di kawasan Pandaan, Pasuruan, pikiran saya tidak macam-macam, paling-paling di salah satu penginapan atau hotel standar. Maklum, selama ini, untuk urusan foya-foya, kampus tempat saya bekerja tergolong ketat. Prinsipnya, lebih baik melaksanakan kegiatan di kampus atau sekitar kampus dengan biaya murah daripada menyelenggarakan kegiatan di luar kampus yang efeknya akan menguras budget universitas. Kami tidak ingin menghabiskan dana negara yang dikumpulkan dari keringat masyarakat, termasuk para pedagang kecil di pasar rakyat. Oleh sebab itu, penyelenggaraan kegiatan di Tretes dirancang sebagai kegiatan ilmiah sekaligus rekreasi setelah penat menyusun berbagai program kegiatan kampus. Tentunya, kegiatan ini tak akan sering terjadi. Karena saya tidak memiliki mobil, saya akhirnya numpang kendaraan kawan yang juga menjadi peserta rapat kerja itu. Sehabis Jumatan, sang kawan sudah menjemput saya di kantor. Saya pun duduk di jok tengah bersama satu kawan yang lain. Kami berenam meluncur menuju sebuah hotel di kawasan jalan Malabar. Dalam pikiran saya, saya harus mempersiapkan segala berkas penting tentang seluruh rencana kegiatan yang akan menjadi tanggung jawab lembaga yang saya kelola. Tak ada sedikit pun tergambar apa dan di mana Tretes itu. Di jalan, saya habiskan waktu untuk berdiskusi dengan kawan sebelah tentang bermacam tema hangat, baik menyangkut masalah akademik maupun tentang berita aktual terkini. Kami sempat berhenti di sebuah rumah makan untuk mengisi perut yang mulai keroncongan. Warung itu menyediakan berbagai menu spesial. Pemilik rumah makan itu menurut kawan saya adalah orang yang gigih dalam berwirausaha. Dulunya, ia adalah seorang pembantu di sebuah restoran. Lambat laun, setelah cukup modal dan pengalaman, ia memberanikan diri untuk buka usaha sendiri dan akhirnya berhasil. Setelah selesai menyantap hidangan siang itu, kami melanjutkan perjalanan ke Tretes. [caption id="attachment_92322" align="alignright" width="640" caption="Kawasan Asri di kaki Gunung Arjuno (photos.travelblog.org)"]

12988636721676684410
12988636721676684410
[/caption] Tretes ternyata merupakan kawasan hijau di sebuah puncak bukit di sebelah gunung Arjuna. Sejenak saya terkagum-kagum dengan panorama yang indah dan menakjubkan. Awan putih menggelayuti puncak gunung sementara pohon-pohon cemara kokoh terhampar menjulang. Jalanan yang curam mengingatkan saya kepada kawasan Kota Batu, Bandung atau Puncak Bogor. Udara sejuk menambah kesegaran jiwa setelah penat mengerjakan rutinitas. Oh, senangnya menikmati keindahan ciptaan Tuhan! Tapi, tak beberapa lama melewati kawasan itu, tiba-tiba mobil kami dihentikan oleh beberapa orang yang berkali-kali melambaikan tangannya. Kami pun berhenti dan menanyakan alasan penghentian itu. Salah seorang dari mereka berkata, "Begini, Pak, saya ingin bertanya, apakah Bapak membutuhkan penginapan? Jika ya, kami juga siap untuk mendatangkan teman istirahat." Hah? Saya tak menyangka kalau orang tadi adalah petugas pencari lelaki hidung belang yang biasa melintasi kawasan Tretes. Sambil istighfar, kami mengatakan bahwa kami tidak memerlukan penginapan. Kami pun melanjutkan perjalanan. Saya bertanya kepada kawan saya, mengapa mereka mencari "mangsa" di jalan umum? Kawan saya menjelaskan bahwa Tretes memang dikenal sebagai kawasan prostitusi terselubung. Banyak muda-mudi menghabiskan akhir pekannya dengan teman kencannya atau dengan PSK di kawasan dingin tersebut. Saya tak henti-hentinya berpikir, ternyata kawasan indah itu memiliki fasilitas "plus-plus" bagi mereka yang membutuhkan. Ngeri sekali, bukan? Sesampai di hotel, saya mendapatkan pemandangan yang tak lazim pula. Beberapa patung diselimuti kain putih. Gambar-gambar ornamen yang menghiasi dinding hotel juga ditutupi tirai. Saya pun bertanya-tanya dalam hati. Akhirnya, saya tahu jawabannya setelah mengikuti pembukaan acara kampus tersebut. Ketua panitia dalam sambutannya mengatakan bahwa dipilihnya sebuah hotel di kawasan Tretes dengan maksud agar para peserta dapat menambah rasa syukur kepada Tuhan setelah menyaksikan pesona alam Tretes yang asri dan menyejukkan. Adapun dipilihnya hotel tersebut karena hotel lain sudah penuh sehingga tidak bisa menampung peserta rapat yang jumlahnya lebih dari seratus orang. Nah, adapun penutupan patung dan gambar dengan kain putih merupakan hasil kesepakatan panitia dengan pengelola hotel. Hal itu dimaksudkan untuk menghindari "fitnah" atas karya seni yang lebih menonjolkan bagian-bagian tubuh tanpa busana itu. O, mengertilah saya atas alasan tersebut. Maklum, para peserta kegiatan tersebut banyak didominasi para ustad dan tokoh agama. Jadi, bila kondisi hotel dibiarkan apa adanya, pasti banyak protes yang dilayangkan kepada panitia karena tempat kegiatan itu "berbau" maksiat. Akhirnya, kegiatan kami berjalan dengan lancar. Hidangan hotel dan segala fasilitasnya cukup memanjakan para peserta. Saya sebagai salah satu peserta menyatakan salut atas kearifan yang ditunjukkan pengelola hotel yang menghargai para pengunjungnya. Semoga kawasan Tretes yang banyak dikenal orang sebagai kawasan penuh maksiat bisa berubah menjadi kawasan yang indah, nyaman, dan menyejukkan kalbu bagi siapapun. Sungguh sayang bila wilayah yang asri itu berubah menjadi lokalisasi prostitusi yang dapat merusak masa depan bangsa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun