[caption id="attachment_130706" align="alignnone" width="620" caption="Makam Kramat Cinunuk"][/caption]
.....Sambungan dari Ekspedisi Sungai Cimanuk bag.3.
Setelah berpamitan dengan pemilik tempat kita menginap, hari ke-3 ini dimulai perjalanan susur keluar dari Kota Garut.
Dalam perjalanan ini kami sempat mendata dan mampir ke beberapa lokasi yang kami anggap berpotensi mencari benang merah berhubungan dengan Cimanuk baik secara sejarah historis, budaya maupun hubungan hidrologi dengan aliran air Cimanuk.
Tempat-tempat tersebut antara lain Makam Kramat Cinunuk, Proyek Bendungan Copong, Situ Bagendit, Situ Karyasari.
Makam Kramat Cinunuk Desa Wanaraja adalah areal pemakaman seluas 1 Ha yang merupakan makam Raden Wangsa Muhammad atau yang dikenal dengan nama lain Raden Papak (Papak yang artinya Puntung atau Buntung, karena fisik beliau tangannya memang buntung karena mengadakan perlawanan dengan Belanda), Raden Papak merupakan tokoh penyebar agama Islam di daerah Garut dan sekitarnya, beliau meninggal pada tahun 1898.
Selain makam Raden Papak, pemakaman ini juga menjadi komplek makam keluarga keturunan Papak.
Pemakaman ini menjadi Cagar Budaya dan masih terawat baik sampai sekarang oleh keturunannya yaitu Pak Rukayad yang sekaligus menjadi kuncen. Pak Rukayad sendiri merupakan keturunan generasi ke-4 dari Raden Papak.
Makam Cinunuk juga terdapat aliran sungai kecil yang menjadi sumber air 7 pancuran, sumber air ini juga banyak digunakan para peziarah makam untuk keperluan spiritual,.
Aliran sungai ini juga bermuara ke Sungai Cimanuk karena memang areal pemakaman ini terletak tidak jauh dari aliran Sungai Cimanuk.
Sungai sebagai pusat peradaban dan sejarah memang berkaitan erat dengan air menjadi sumber kehidupan, air sebagai pencuci spritual telah menjadikan kearifan lokal dan budaya menjaga kelestariaan sungai dan sumber airnya.
Namun kini kearifan lokal dan budaya menjaga sungai, lambat-laun terkikis habis dengan kerakusan dan keegoisan serta ketidakpedulian manusia.
Perjalanan menjelang sore, mengantarkan kami sampai daerah Leuwuigoong yaitu jembatan Mangkubumi. Kita sepakat mendirikan tenda menginap di lapangan kecil sekitar ladang penduduk pinggir jembatan Mangkubumi.
Disini kami mendapat kunjungan seorang teman dari Limbangan yang memang tinggal tak jauh dari Leuwuigoong.
Bermalam di tepi Sungai Cimanuk, kami tidak menyiakan kesempatan memancing ikan di sungai.
Berempat bersama dengan saya, kami mencoba peruntungan mancing di malam hari. Hasilnya 2 ekor ikan Senggal (cat fish) oleh dua orang teman saya.
Sedangkan saya dan seorang teman lagi semalaman hanya mendapat gigitan nyamuk dan rasa kantuk, mungkin karena ikan sungai telah habis oleh limbah penyamakan kulit Kota Garut atau mungkin ini memang bukan malam kami, entahlah.....
bersambung.....ke Potensi Wisata Arus Deras Sungai Cimanuk .
[caption id="" align="alignnone" width="504" caption="Perlindungan Cagar Budaya Makam Kramat Cinunuk (SUAKA PENINGGALAN SEJARAH DAN PURBAKALA)"][/caption]
[caption id="" align="alignnone" width="504" caption="Bangunan Utama Makam Yang Mengalami Beberapa Kali Pemugaran."][/caption]
[caption id="" align="alignnone" width="504" caption="Makam Keturunan Raden Pakpak"][/caption]
[caption id="" align="alignnone" width="504" caption="Makam Keluarga Keturunan Raden Pakpak"][/caption]