[caption id="attachment_137645" align="alignnone" width="620" caption="Diet Plastik dan Menolak STYROFOAM"][/caption] Foto dan tulisan:Sudirman Asun Mungkin banyak orang akan mengira tulisan ini mengada-ada atau kurang kerjaan bahwa bahan Styrofoam atau Styrene dan sampah plastik merusak alam dan penggunaan styrofoam sebagai wadah makanan/minuman dalam jangka panjang bisa memicu penyakit kanker, karena racun Benzana yang terkandung dalam butiran Styrene Styrofoam ketika mengkontaminasi makanan didalamnya. Hal ini jugalah yang dirasakan teman-teman komunitas yang selalu mengkampanyekan untuk Diet Kantong Plastik dan menolak pemakaian wadah makanan styrofoam. Pada Hari Bebas dari Kendaraan bermotor (Car Free Day) Minggu pagi 25 September 2011 dari Jl. Jend. Sudirman- Bundaran HI Jakarta, sekelompok anak muda dengan semangat perubahan terus menyerukan akan bahaya styrofoam dan sampah plastik bagi kerusakan alam, kesehatan manusia yang juga merupakan ancaman serius keberlangsungan alam dan kehidupan biota sungai dan laut. Sosialisasi dan kampanye turun ke jalan ini digagas oleh Koalisi Pemuda Hijau Indonesia (KOPHI) beraliansi dengan dukungan Teens Go Green (TGG), Transformasi Hijau (TRASHI), Green Comunity University of Indonesia (GC UI), London School Public Relation 4 C, Universitas Bina Nusantara (BINUS). Aksi kampanye dan sosialisasi dengan orasi dan pembagian informasi bahaya plastik dan styrofoam, juga melakukan aksi bersih dan mulung sampah plastik dan styrofoam. Dari banyaknya sampah plastik dan styrofoam terkumpul yang dibuang sembarangan oleh pengguna Car Free Day untuk kegiatan olahraga pagi dan pedagang kaki lima, tergambar dengan baik bagaimana rendahnya pemahaman dan kesadaran masyarakat kita untuk memperbaiki kualitas hidup dan menjaga kelestariaan alam. Begitu populernya bahan styrofoam dan plastik dalam kehidupan urban dan modernisasi, sampai-sampai penggunaan wadah makanan styrofoam dan pemborosan kantong plastik juga telah merangsek ke kota-kota kecil hingga perdesaan, yang notabene masih melimpah bahan organik sebagai pembungkus makanan hanya karena dianggap praktis, murah dan terlihat bersih secara kasat mata. Dari mulai tukang somay, bubur ayam, batagor, kantin kampus, instansi pemerintah yang melakukan kegiatan acara bertema lingkungan hidup, hingga restoran besar seperti Hoka Hoka Bento mengumbar habis penggunaan kemasan makanan styrofoam yang notabene adalah sekali pakai buang (single use), begitu juga tayangan hiburan berjuta penggemar Opera Van Java dalam setiap episode selalu melakukan "kegilaan" dorong-dorongan saling mukul dan penyampahan properti panggung styroam, tanpa memikirkan program TV sebagai sarana pendidik buat masyarakat Indonesia. Hal serupa dengan output sampah kantong plastik perkapita penduduk Indonesia yang tergolong paling tinggi diantara penduduk dunia lainnya, hanya karena kantong plastik tidak berharga alias masih gratis di pusat perbelanjaan. Ini sangat bertolak belakang dengan apa yang telah dilakukan oleh negara-negara lain dengan melakukan trobosan kantong pembungkus dari kertas ataupun menerapkan harga untuk setiap kantong plastik yang dipergunakan konsumen, dan subsidi bagi yang membawa kantong bawaan sendiri. Sekali waktu sempatkanlah diri kita melihat lebih dekat saluran air selokan di sekitar rumah kita, sungai, pintu air, bendungan pantai kita akan melihat bagaimana sampah plastik dan styrofoam mencemari, dan di Jakarta khususnya Sungai Ciliwung, Pintu Air Manggarai dan Pantai Hutan Mangrove Teluk Jakarta, kita akan melihat jelas dasyatnya dampak dari sampah plastik dan styrofoam yang baru popular sekitar 20 tahun terakhir. Styrofoam dari mulai proses produksinya saja menggunkan gas Freon (CFC) yang merusak Ozon (O3), apalagi mengingat bahan styrofoam tidak ekonomis didaur ulang dan tidak diminati oleh pemulung, cara paling cepat dan gampang mengatasi sampah ini umumnya dengan cara dibakar, akan tetapi pembakaran ini akan menghasilkan asap racun yang mengancam manusia jika terhirup. Sampah plastik dan styrofoam memenuhi perairan menyebabkan tersumbatnya aliran air, menutupi pernafasan perakaran pohon hingga membunuh biota air seperti ikan, penyu dan burung laut. Dari beberapa kasus kematian massal penyu dan burung laut dari otopsi isi perutnya, ditemukan banyak sampah ini tertelan karana dianggap makanan mereka seperti ikan kecil atau ubur-ubur. Kekuatan dan awetnya kedua bahan tersebut seperti pedang bermata dua, dari sisi negatifnya bahan ini memerlukan waktu yang sangat lama untuk diurai dan dekomposi diserap kembali oleh alam. Pengakuaan beberapa perusahaan yang mengklaim bahan plastik dan strofoam mereka ramah lingkungan dengan menambahkan Oxium ke dalam pembuatan kedua bahan ini, bisa mempercepat penguraian dalam jangka waktu 2-4 tahun, untuk hal ini perlu dilakukan uji coba dan penelitian yang lebih mendalam secara independent (apakah hanya hancur mengecil atau memang diurai habis oleh pengurai alam..?). Dari foto dan tulisan saya report susur Ciliwung KPC "Styrofoam dan Sampah Plastik Mengerogoti Ciliwungku, Susur Ciliwung Lanjutan 11 Juni 2011". , kondisi sungai Jakarta "Hadiah Kita Untuk Ulang Tahun Jakarta ke-484". dan report kegiatan TRASHI dan TGG di hutan mangrove "Penyelamatan Hutan Mangrove Terakhir Kota Jakarta". , anda dan saya bisa menilai sendiri bagaimana bentuk kehidupan alam Indonesia untuk 20 tahun mendatang jika masih tidak ada perubahan pola hidup dan kepedulian kita mulai dari sekarang. Jadi masihkah kita harus menunggu untuk sebuah perubahan kecil dari dalam diri kita..? SAY NO TO STYROFOAM and SINGLE USE PLASTIC BAG....! ACT NOW...! (Teens Go Green) [caption id="" align="alignnone" width="504" caption="penggunaan styrofoam sebagai wadah makanan/minuman dalam jangka panjang bisa memicu penyakit kanker, karena racun Benzana yang terkandung dalam butiran Styrene Styrofoam"][/caption] [caption id="" align="alignnone" width="504" caption="Fakta tentang sampah plastik untuk Bumi"][/caption] [caption id="" align="alignnone" width="504" caption="Dari Sudirman- Bundaran HI"][/caption] [caption id="" align="alignnone" width="504" caption="Say No To Styrofoam"][/caption] [caption id="" align="alignnone" width="504" caption="Foto komitmen Untuk Perubahan dari mulai memakai alat transportasi massal hingga mengurangi output sampah."][/caption] [caption id="" align="alignnone" width="504" caption="Orasi Bahaya Styrofoam"][/caption] [caption id="" align="alignnone" width="504" caption="Produksi styrofoam melepaskan 57 gas beracun dan banyak kasus STYROFOAM meracuni satwa."][/caption] [caption id="" align="alignnone" width="504" caption="Aksi bersih mulung sampah"][/caption] [caption id="" align="alignnone" width="504" caption="Banyaknya sampah pengguna Car Free Day"][/caption] [caption id="" align="alignnone" width="504" caption="Transfer Online Hasil Buruan sampah....., antara idealis dan nafkah."][/caption] [caption id="" align="alignnone" width="504" caption="Semangat perubahan kaum muda"][/caption] [caption id="" align="alignnone" width="504" caption="Generasi mendatang yang lebih ramah terhadap Bumi"][/caption] [caption id="" align="alignnone" width="504" caption="Tabungan penyakit kanker di hari tua, habis makan ya ditinggalin aja, emang gue pikirin..?"][/caption] [caption id="" align="alignnone" width="504" caption="Tempat-tempat favorit pembuangan sampah"][/caption] [caption id="" align="alignnone" width="504" caption="Edukasi Keluarga ramah lingkungan, membawa tempat makan dan termos air yang bisa dipakai berulang kali."][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H