[caption id="attachment_149996" align="alignnone" width="504" caption="Pengukur Ketinggian Debit Air Di bawah Jembatan Panus Ciliwung Depok, tanda warna biru (siaga 3), kuning (siaga2), merah (siaga 1) banjir Jakarta."][/caption] Foto Tulisan: Sudirman Asun Setiap musim hujan tiba, Kota Jakarta selalu menjadi langganan banjir dari luapan Sungai Ciliwung setiap tahunnya. Memasuki bulan Oktober ini warga Jakarta kembali was-was akan bahaya banjir, mengingat siklus banjir besar 5 tahunan terakhir pada tahun 2007 apalagi setelah melihat apa yang dialami negara tetangga Thailand dilanda banjir besar selama hampir 2 bulan dan menelan korban jiwa lebih dari 600 orang. Upaya menenangkan masyarakat dilakukan dengan adanya pemasangan kamera CCTV di beberapa titik pemantauan ketinggian debit air Ciliwung diantaranya di Bendung Katulampa dan Depok. Pemasangan kamera CCTV yang bisa diakses kahalayak umum dengan cepat melalui jaringan online internet diharapkan bisa mempercepat proses evakuasi di daerah langganan rawan banjir. Akan tetapi hasil dari temuaan di lapangan sewaktu susur cukup membuat kami mempertanyakan keseriusan pemerintah menghadapi dan menanggulangi bahaya banjir yang merupakan permasalahan klasik dari Kota Jakarta. Apa yang kami saksikan di Pos Pengamat di Ciliwung Depok Kecamatan Pancoran Mas ini kamera CCTVnya ternyata rusak dan tidak berfungsi, menurut petugas pos yang kami temui bahwa kamera yang menyorot mengarah ke pengukur ketinggian debit air di bawah Jembatan Panus ini hanya beroperasi 2 bulan dan telah rusak setelah pemasangan satu setengah tahun lalu. Saya sebagai warganegara menyayangkan pajak yang saya bayar ke negara tidak dipergunakan secara maksimal untuk pelayanan umum yang diselenggarakan pemerintah. Pos pemantau yang dikelola oleh Dinas PU DKI Jakarta ini mempekerjakan 3 petugas pemantau yang bekerja secara bergantiaan, alat komunikasi yang dipakai untuk informasi ketinggian air dan banjir masih hanya mengandalkan pesawat radio dan telepon. Susur Ciliwung dengan berjalan kaki yang dilanjutkan kembali dari titik terakhir susur Stasiun Depok Lama. Kegiatan susur yang digagas oleh Komunitas Peduli Ciliwung (KPC Bogor) didukung penuh oleh gabungan Komunitas Ciliwung bersatu. Peserta susur kali ini sebanyak 8 orang yaitu Hari Kikuk (komandan susur KPC), Abdul Kodir, Fauzi (Komunitas Ciliwung Condet), Udin Zibrut, Lutfi (Komunitas Ciliwung Bojonggede), Resha Rashtrapatiji (Dongeng Segar), Bambang Wijiatmoko (warga Depok), dan sahabat komunitas Khourie Widiasari, Ria Soenardjo. Yang menarik dengan adanya peserta susur Bambang Wijiatmoko mencoba susur menggunakan sepeda, walaupun harus sampai dipanggul sepedanya melewati medan pinggir sungai, dengan semangat Bambang mengungkapkan cukup menarik bisa melihat persoalan Ciliwung dari dekat, dan cukup untuk olahraga mencari keringat. Banyak yang bisa dilihat dan dipelajari dari potensi Ciliwung mulai dari keaneka ragaman hayati sampai satwa-satwa liar Ciliwung yang dapat didokumentasikan dalam bentuk gambar foto dari mulai pengamat burung, reptil dan serangga, hingga mempelajari jejak-jejak kaki satwa. Ciliwung hampir memasuki kawasan Jakarta, aliran air Sungai Ciliwung berwarna kuning pekat kecoklatan akibat membawa larutan tanah merah akibat erosi yang disebabkan maraknya alih fungsi lahan dan pencaplokan Daerah Sempadan Sungai ciliwung, merubah hutan bambu di sekitar bantaran sungai menjadi komplek perumahan. Tanah yang tergerus musim hujan ini memperparah sedimentasi dan pendangkalan akut aliran Ciliwung, sehingga daya tampung sungai Ciliwung menjadi tidak maksimal. Banyaknya privatisasi Bantaran Ciliwung menyebabkan rute susur banyak yang buntu oleh tembok dan pagar sehingga menyebabkan kami harus melambung jauh ke jalan raya dan komplek perumahan dari jalur aliran sungai sebenarnya. Aliran sepanjang Ciliwung Depok terlihat cukup banyak jumlah gunung sampah di bantaran sungai yang berhasil kami data. Pendataan berakhir di titik Jeram Kebo Gereng Kelurahan Kemiri Muka, Kebo Gereng dinamakan begitu karena sering menenggelamkan ternak kerbau yang dimandikan di sungai dan Gereng adalah suara perlawanan yang ditimbulkan sang kerbau karena ketakutan tak berdaya tersedot perangkap aliran jeram dibawahnya. Jeram Legendalis yang paling ditakuti oleh pembawa rakit Sungai Ciliwung karena mempunyai daya hantam ke bawah perangkap lubang di bawah aliran air, serta arus yang terperangkap menyebabkan kekuatan air bersifat berputar dan menyedot. 100 M hulu diatasnya, juga terdapat Kedung Pusar (dasar Lubuk dalam yang aliranya berputar) Sepanjang susur dari Stasiun Depok Lama hingga Jeram Kebo Gereng di Kelurahan Kemiri Muka, kami berhasil mendata Ciliwung yang melewati Kelurahan Depok Kecamatan Pancoran Mas, Kelurahan Mekar Jaya Kecamatan Sukma Jaya, Komplek Perumahan Pesona Khayangan, dan Kelurahan Kemiri Muka Kecamatan Beji. [caption id="" align="alignnone" width="504" caption="Pos pengamatan ketinggian aliran air Ciliwung Depok"][/caption] [caption id="" align="alignnone" width="504" caption="Kamera CCTV yang diarahkan ke pengukur ketinggian air sungai Rusak Tidak Berfungsi, hanya beoperasi selama 2 bulan sejak pemasangan baru satu setengan tahun yang lalu, terlalu....!"][/caption] [caption id="" align="alignnone" width="504" caption="Komunikasi Pos Pemantau Depok hanya mengandalkan Pesawat Radio dan Jaringan telepon."][/caption] [caption id="" align="alignnone" width="504" caption="Titik -titik sampah sepanjang Ciliwung Depok"][/caption] [caption id="" align="alignnone" width="504" caption="Ttitk Sampah Bantaran Ciliwung di Poncol Atas Depok"][/caption] [caption id="" align="alignnone" width="504" caption="Titik Sampah di Mekar Jaya Depok"][/caption] [caption id="" align="alignnone" width="504" caption="Buang Sampah Yang Benar Itu Seperti apa ya..?"][/caption] [caption id="" align="alignnone" width="504" caption="Titik Sampah di Kemiri Muka"][/caption] [caption id="" align="alignnone" width="504" caption="Mencatat Titik Sampah di Ciliwung Perumahan Pesona Khayangan"][/caption] [caption id="" align="alignnone" width="504" caption="Alih Fungsi Lahan Sepanjang Aliran Ciliwung"][/caption] [caption id="" align="alignnone" width="504" caption="Aliran Air Membawa Sedimentasi Coklat Pekat membawa larutan tanah merah akibat hilangnya hutan bambu di pinggir bantaran sungai, Pendangkalan sungai semakin akut."][/caption] [caption id="" align="alignnone" width="504" caption="Susur Sungai Oleh Bambang Wijiatmoko Pecinta Sepeda, beda cara beda rasa."][/caption] [caption id="" align="alignnone" width="504" caption="Banyaknya privatisasi Bantaran Ciliwung menyebabkan rute susur banyak yang buntu oleh tembok dan pagar sehingga menyebabkan kami harus melambung jauh ke jalan raya dan komplek perumahan dari jalur aliran sungai sebenarnya."][/caption] [caption id="" align="alignnone" width="504" caption="hobi foto dan mendata serangga dan satwa Ciliwung"][/caption] [caption id="" align="alignnone" width="504" caption="Jejak Satwa Liar Ciliwung"][/caption] [caption id="" align="alignnone" width="504" caption="Jejak burung air, inilah mengapa Ciliwung sangat cocok untuk hobi pengamat burung."][/caption] [caption id="" align="alignnone" width="504" caption="Sosialisasi dan ajakan untuk mencintai sungai kepada anak-anak kecil di Jeram Kebo Gereng"][/caption] [caption id="" align="alignnone" width="504" caption="Peserta Susur Komunitas Ciliwung bersatu"][/caption] Jeram Legendaris Jeram Kebo Gereng komunitasciliwung@yahoo.com Foto Susur Selengkapnya Silakan Klik: Ciliwung National Park - Ciliwung Institute (Album foto)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H