Persaingan di Pusaran Kekuasaan
Oleh Ade Sudaryat
 AHMAD bin Abi Khalid merupakan salah seorang menteri di pemerintahan Khalifah al Ma'mun. Dia merupakan salah seorang menteri yang akrab dengan khalifah. Tak heran jika ia selalu mengetahui kebijakan apapun yang akan khalifah keluarkan.
Karena banyaknya pekerjaan yang harus ia lakukan, dengan seizin khalifah, ia mengangkat Yahya bin Aktsam, seorang hakim terkenal, Â sebagai wakilnya. Namun tak dinyana, kepopuleran Yahya bin Aktsam di masyarakat mengalahkan kepopuleran Sang Menteri. Masyarakat lebih mengenal wakil menteri daripada menterinya.
Lebih dari itu, Â Sang Wakil menteri ini sering melakukan kegiatan dan mengambil keputusan tanpa berkoordinasi dengan Sang Menteri. Ia pun ternyata lebih akrab dengan khalifah daripada Menteri Ahmad bin Abi Khalid.
Berkali-kali Sang Menteri menegur wakilnya agar tidak selalu melakukan kegiatan tanpa berkoordinasi dengan dirinya. Namun, Sang Wakil Menteri begitu bebal. Ia tak mau mendengar celotehan Sang Menteri yang ia wakili. Perdebatan pun sering terjadi. Kondisi ini telah sampai beritanya kepada khalifah al Ma'mun, namun ia belum memberikan tindakan apapun. Sang Khalifah seolah-olah membiarkan mereka melakukan perdebatan. Â Â
Suatu ketika,  Akhmad bin Khalid menemui khalifah al Ma'mun di kantor  kekhalifahan. Petugas protokol mempersilakannya untuk menunggu. Sang Khalifah sedang menerima tamu lainnya.
Tak berselang lama, Sang Menteri dipersilakan masuk menemui khalifah al Ma'mun. Setelah memberi salam hormat kepada khalifah, ia berdiri tepat di depan khalifah. Entah mengapa, Sang Khalifah tak mempersilakannya duduk. Karena tak dipersilakan duduk, ia pun menyampaikan maksud kedatangannya sambil berdiri. Sementara Sang Khalifah tetap duduk di mahligainya.
Ketika, ia tengah menguraikan maksud kedatangannya, tiba-tiba Sang Wakil Menteri, Yahya bin Aktsam, masuk ruangan kerja khalifah yang tengah berbicara dengannya. Ia merasa heran sekali, ketika dirinya datang, petugas protokol kekhalifahan, menyuruh dirinya untuk menunggu karena khalifah sedang menerima tamu. Namun, ketika giliran dirinya berada di ruangan khalifah, para tamu lainnya begitu dibebaskan masuk ke ruangan kerja khalifah.
Selain merasa heran, Sang Menteri pun merasa terganggu dengan kedatangan wakilnya. Lebih heran lagi, ketika wakilnya tersebut datang, ia langsung dipersilakan duduk disamping khalifah. Sementara dirinya yang sudah lebih dahulu menghadap khalifah, tak dipersilakannya duduk. Perasaan heran pun memenuhi benaknya. Ia ingin sekali menumpahkan rasa marahnya kepada wakilnya, namun ia mencoba mengendalikannya.
Namun demikian, rasa marahnya tak terbendung. Terlebih-lebih ketika khalifah tidak lagi memperhatikan pembicaraannya. Ia malah lebih asyik mendengarkan pembicaraan yang disampaikan wakilnya. Khalifah nampak lebih tertarik dengan pembicaraan sang wakil menteri.