Â
MESKIPUN saat ini sudah serba digital termasuk dalam penerbitan buku dan koran, saya masih tergolong orang yang panatik dengan membaca buku atau koran manual (versi cetak). Ada kesan tersendiri yang susah diungkapkan ketika membaca buku maupun koran versi cetak. Selain itu, saya sangat sulit untuk meninggalkan kebiasaan mencorat-coret buku atau koran ketika membaca. Stabillo atau pulpen warna selalu ada disamping saya ketika membaca. Setiap menemukan sesuatu yang menarik dan penting saya segera memberi tanda.
Dari kebiasaan membaca koran dan buku termasuk koran dan buku terbitan group Kompas, saya menjadi terdorong untuk belajar menulis. Pada mulanya saya melakukan peniruan gaya menulis para penulis kolom di koran Kompas. Untuk melakukan peniruan gaya menulis, saya sampai beberapa kali mengulangi membaca artikel yang sedang saya tiru gaya penulisannya.
Dari kebiasaan meniru-niru itu saya mulain bisa menulis atikel. Setelah berlatih menulis artikel selama beberapa bulan,  saya memberanikan diri mengirimkan tulisan saya ke koran-koran  di luar kompas group. Tak dinyana tulisan saya dimuat. Setelah beberapa tulisan saya dimuat, saya menjadi ketagihan menulis. Topik sosial, agama, dan pendidikan menjadi pilihan tema dalam menulis. Hal ini disesusaikan dengan disiplin ilmu saya di bidang Pendidikan Agama Islam.
Sampai saat ini saya tetap memiliki impian, suatu saat tulisan saya bisa tampil di Koran Kompas. Kalau di koran group kompas seperti Tribun Jabar, tulisan saya pernah beberapa kali dimuat. Namun, kalau di koran Kompas, tulisan saya belum pernah dimuat. Saya sudah beberapa kali mencoba mengirimkan  artikel namun belum layak muat. Saya tak berputus asa, impian untuk menulis di koran Kompas tetap ada sampai hari ini.
Kepenasaran menulis di koran Kompas agak terobati dengan kehadiran Kompasiana. Meskipun tidak begitu intens, saya mencoba menulis di Kompasiana dengan berbagai tulisan saya, baik puisi, artikel, dan tulisan lainnya.Â
Bagi saya, kehadiran Kompasiana selain menjadi "obat penawar" sementara atas kerinduan saya untuk menulis di koran KOMPAS, kehadirannya dapat membantu meningkatkan semakin banyaknya masyarakat yang gemar menulis  (writing society) dengan baik dan  terarah, serta  menulis di di blog yang tak diragukan lagi legalitas dan kepopulerannya.Â
Mudah-mudahan kompasiana tetap menjadi jembatan penghubung bagi orang-orang yang selalu "gatal" tangannya  untuk mencoretkan buah pikirannya. Semoga tulisan-tulisan yang tayang di Kompasiana selalu bersifat edukatif, rekreatif, dan tentunya bermanfaat bagi khalayak pembaca.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H