Mohon tunggu...
SUDARYANTO
SUDARYANTO Mohon Tunggu... Dosen

Father, Teacher and Writer

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Rektor UNISSRA: Deep learning itu pendekatan pembelajaran bukan kurikulum

8 Februari 2025   21:50 Diperbarui: 8 Februari 2025   22:27 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prof. Dr. Suharno ST, MT (Kanan) saat menyampaikan materi Deep learning dalam MKKS SMA Se Kabupaten Sragen (Dokpri)

Rabu bertepatan tanggal 5 Februari 2025 MKKS (Musyawarah Kerja kepala Sekolah) Kabupaten Sragen menggelar rapat koordinasi guna membahas berbagai program pada semester genap tahun ajaran 2024-2025. Dalam rapat koordinasi yang diselenggarakan di Medjora Cafe Ngargoyoso tersebut dihadiri oleh seluruh kepala sekolah SMA Negeri maupun Swasta se Kabupaten Sragen dan Dewan Pengawas. 

Selain dihadiri pengawas dan kepala sekolah dalam rapat koordinasi MKKS yang diketuai oleh Sukarno, S.Pd, MSi tersebut turut hadir Prof. Dr. Suharno, ST, MT Rektor Universitas Sragen. Kehadiran Rektor Universitas Sragen tersebut bukan tanpa maksud melainkan dalam rangka menyampaikan konsep Deep Learning yang akhir-akhir ini menjadi trending topic di masyarakat khususnya dikalangan akademisi.    

Seperti kita ketahui bersama bahwa istilah Deep Learning ini menjadi viral ditengah masyarakat terutama dikalangan pendidik/akademisi pasca istilah tersebut disampaikan Prof. Abdul Mu'ti selaku Mendikdasmen dibawah kepemimpinan Presiden Prabowo dalam sebuah dialog. Istilah tersebut semakin viral seiring tidak sedikit orang berspekulasi dan tidak sedikit pula yang kemudian salah persepsi bahwa Deep Learning ini merupakan sebuah paket kurikulum yang akan menggantikan kurikulum merdeka.

Ya, Deep Learning bukanlah sebuah kurikulum melainkan sebuah metode pendekatan yang digunakan para pendidik dalam proses pembelajaran agar pengetahuan, pemahaman peserta didik terhadap materi yang dipelajari lebih meningkat. Pendekatan pembelajaran Deep learning ini memiliki tiga pilar yaitu mindful learning, meaningful learning, dan joyful learning. Lantas apa maksud dari masing-masing pilar tersebut? 

Mindful learning adalah bagaimana seorang pendidik dapat mengaktifkan, membangun, dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis para peserta didik. Seorang pendidik dapat memberikan stimulasi kepada para peserta didik dengan memberikan berbagai masalah atau kasus yang bersifat kontekstual untuk kemudian peserta didik diarahkan untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan kreatif. Pada mindful learning ini intinya adalah peserta didik diasah pikiranya agar supaya pengetahuan atau wawasannya semakin bertambah. Selain itu peserta didik juga memiliki daya kritis dan analitisa yang semakin tajam, dan kemampuan menyelesaikan masalah (problem Solving) semakin berkembang melalui pengalaman, eksperimen, atau praktik langsung.

Pilar ke dua atau Meaningful learning pada dasarnya adalah bagimana sebuah pembelajaran yang dilaksanakan dapat memberikan pengalaman yang bermakna kepada peserta didik. Seorang pendidik tidak asal memberikan materi, melainkan lebih dari itu, bagaimana seorang pendidik dapat menciptakan pembelajaran menjadi sebuah proses penuh makna khususnya bagi peserta didik. Seorang pendidik menjadi Key atau kunci agar pembelajaran menjadi sebuah proses yang menyenangkan dan penuh makna bagi peserta didik. Seorang pendidik dituntut untuk kreatif, mampu mendesain dan melaksanakan pembelajaran yang membuat peserta didik senang, antusias dan semangat mengikuti proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang meaningful ini akan membuat peserta didik duduk berlama-lama dan penuh perhatian karena proses pembelajaran yang sangat menyenangkan.  

Kemudian pilar ke tiga dalam Deep learning adalah Joyful learning. Joyful learning ini pada intinya adalah bagaimana seorang pendidik mampu melibatkan peserta didik ikut secara aktif baik fisik (hands on) maupun pikirannya (minds on) selama mengikuti pembelajaran. "bapak ibu saya yakin kita semua sudah dan sering bahkan setiap hari mengajar, tapi mengajar bukanlah sekedar menyampaikan sebuah materi dan selesai begitu saja yang menjadi pertanyaan sekaligus tantangan adalah berapa persen peserta didik yang ikut terlibat berpikir terhadap apa yang kita sampaikan dan bagaimana strategi kita agar mereka aktif ikut berpikir terhadap apa yang kita ajarkan" Pungkasnya. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun