Mohon tunggu...
Asep Sudrasyah
Asep Sudrasyah Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Membaca teks dan konteks

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ujian Sesungguhnya Ada dalam Kehidupan

14 April 2014   17:50 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:42 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Ada  tiga musin ujian di sekolah, ujian tengah semester, ujian  akhir semester dan  ujian nasional. Ujian nasional lah  yang paling banyak diperbicangkan oleh pemangku kepentingan termasuk  kompasiana menyediakan kanal khusus untuk topik ini.

Jujur saja bahwa ujian nasional banyak mengandung masalah. Terutama soal kesenjangan sumber daya pendidikan. Bagi sekolah  kategori dalam standar nasional akan lebih siap tetapi bagi sekolah yang masih kategori dalam standar minimal, tentunya harus siap walau disertai dengan perasaan ketar ketir. Ini soal keadilan yang sering dijadikan salah satu  argumentasi penolakan terhadap ujian nasional. Tetapi suka atau tidak ujian nasional saat ini sedang berlangsung.

Lulus Ujian

Lulus ujian ditandai dengan  secarik kertas yang diberi nama ijazah. Begitu berharganya sehingga setiap orang tak mau kehilangan kesempatan untuk memperolehnya. Bahkan, konon untuk mendapatkannya dilakukan dengan berbagai cara: cara tidak bependidikan. Memang, sangat ironis dalam dunia pendidikan  masih saja terjadi peristiwa yang bertolak belakang dengan hasrat dan cita-cita pendidikan.

Dalam gambaran  ideal, titik tuju pendidikan bukan seonggok manusia yang kering kerontang baik lahir maupun batin tetapi  sebuah gambaran  kemartabatan dari manusia yang mempunyai kemampuan berhendak, berkarya dan mencipta yang ditopang kuat oleh kecintaan terhadap kehidupan. Mencintai kehidupan dengan segala dinamikanya, suka atau duka merupakan proses pendidikan itu sendiri. Kehidupan adalah proses pendidikan itu sendiri.

Manusia bermartabat yang digambarkan sebagai kehormatan manusia  diasuh dan diasah dalam proses pendidikan. Bahkan kemartabatan itu sendiri sering diuji dalam kancah kehidupan. Setiap ujian apapun namanya akan memberikan pencerahan untuk menyadari kelebihan dan kelemahan mengenai apa yang telah diperoleh selama ini.

Ujian yang senyatanya tidak memberikan pencerahan diri ibarat asap jauh dari panggang, kosong tak menyisakan sebuah kebermaknaan. Boleh saja mendapatkan ijazah lulus dengan predikat sangat memuaskan, tetapi kehidupun tidak hanya sekedar di atas kertas, kehidupan membutuhkan keahlian nyata. Ujian nasional bukan untuk mendapat gerabah kosong tampa isi.

Distribusi Lulusan

Arus siswa terus menerus meningkat dari tahun ke tahun. Pendidikan formal  mengukur tingkat produktivitasnya melalui indeks angka kelulusan dan partisipasi pada pendidikan yang lebih tinggi. Karena itu,   UN adalah business as usual, eksekusi normal dalam produksi pendidikan.

Ibarat suatu proses produksi,  lulusan pendidikan akan terdeferensiasi  dari rendah ke tinggi, dari  kurang memuaskan ke sangat memuaskan. Kemudian lulusan akan terdistribusi sesuai dengan hukum permintaan dan penawaran. Sekolah meng- supply beragam lulusan ke jenjang pendidikan tinggi. Jenjang pendidikan  berikutnya  melakukan seleksi yang berimplikasi terhadap distribusi lulusan berdasarkan pencapaian perolehan hasil belajar (academic achievement).

Konon hasil UN akan dijadikan salah satu syarat untuk memasuki pendidikan tinggi. Walaupun belum jelas mekanisme pelaksanaannya, setidaknya mempunyai indikasi bahwa perolehan hasil pembelajaran lampau  dihargai sebagai tiket untuk masukinya.

Bagaimana Jadinya ?

Ya…bagaimana jadinya  lulusan yang tidak memenuhi syarat seleksi akademik  di pendidikan tinggi. Mungkin mereka masuk ke perguruan tinggi yang serba tidak jelas kualifikasinya yang gilirannya menyumbang peningkatan  angka pengangguran lulusan perguruan tinggi. Atau mungkin  menjalani kehidupan di  dunia kerja baik secara formal maupun informal.

Kerja,  belajar sambil kerja, belajar saja atau menganggur  merupakan rangkaian dari corak kehidupan. Kehidupan pun  terus berlangsung,  ditempat inilah ujian sesungguhnya terjadi. Ujian yang memberi  peluang untuk lebih berkualitas, seperti yang digambarkan dalam cita dan harapan pendidikan nasional: manusia bermartabat. Karena itu,  tak usah  menggunakan cara  tidak mendidik dalam menghadapi UN. Sebab bisa jadi itu akan berdampak terhadap sikap, tabiat atau karakter ketika menghadapi ujian yang sebenarnya terjadi dalam kehidupan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun