Mohon tunggu...
sudarsono siburian
sudarsono siburian Mohon Tunggu... Dosen - Time Is Life

To Be or Not To Be: Penikmat kopi, senja dan hujan.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pendidikan dan Perempuan: Menjadi Tolak Ukur Kesetaraan Gender

16 Juni 2024   18:10 Diperbarui: 16 Juni 2024   18:27 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber:https://kashmirobserver.net/2021/01/07/education-for-gender-equality/

Pendidikan adalah senjata atau hal yang sangat dinomor satukan untuk mengubah dunia.
Mengubah dunia dalam hal apa? Tentu saja banyak aspek. Anggaplah dunia kita ini sudah tidak jelas,
kehancuran dimana-mana, peperangan tak terelakkan dan kedamaian sangat tidak diacuhkan.

Banyak orang beranggapan, pendidikan tinggi-tinggi itu tidak perlu, khususnya untuk perempuan.
Untuk apa perempuan sekolah tinggi-tinggi? Toh pada akhirnya akan menjadi seorang ibu rumah tangga yang sibuk dengan mengurus anak, dapur, juga dengan berbagai hal pekerjaan rumah. Hal-hal seperti ini kebanyakan dikatakan oleh orang tua-orang tua kita yang masih percaya dengan zaman Siti Nurbaya. Siti Nurbaya saja, bisa dipinang oleh
Datuk Maringgih yang kaya raya, kata mereka.

Pemikiran-pemikiran close minded seperti itu hanya akan menurunkan kualitas negara kita. Apa
salahnya seorang perempuan mengenyam pendidikan tinggi? Apa salahnya seorang perempuan
mengejar gelar Doktor bahakan profesor sampai harus meninggalkan kampung halamannya? tidak ada yang salah!
Ingatlah, seorang anak yang cerdas dari rahim ibu yang cerdas pula.
Banyak contoh yang dapat kita lihat dari perempuan-perempuan cerdas di Indonesia. Sebut saja
Tasya Kamila dan Maudy Ayunda. Tasya Kamila mengenyam pendidikan di Columbia
University, AS. Sedangkan Maudy Ayunda baru saja menyelesaikan pendidikan S2 nya di
Oxford University, Inggris. Ini pembuktian dari mereka, bahwa perempuan pun dapat memiliki
gelar setinggi langit.

Tetapi, akankah lebih baik jikalau laki-laki dan perempuan menikah, mereka sama-sama memiliki status pendidikan tinggi?, bekerja dan berkarir?. Dampak positif dan negatif pun seharusnya sudah mereka ketahui. Apa dampaknya jika seorang perempuan
menyamakan kesetaraan derajatnya dengan laki-laki, dengan mengenyam pendidikan yang sama?

Seperti yang kita tahu, kebanyakan wanita berpendidikan tinggi, juga ingin bekerja dan berkarir bagus.
Karena itu, anak mereka kemungkinan dititipkan dengan neneknya, atau baby sitter. Hal-hal
seperti ini memang tak dapat terelakkan, Namun hal yang perlu diperhatikan perempuan adalah bagaimana mereka tetap memenuhi tanggung jawab mereka sebagai istri maupun sebagai seorang ibu rumah tangga.

Pandangan orang-orang ke perempuan di zaman dulu dan sekarang pun sepertinya mulai
berubah. Tetapi memang tidak banyak orang yang menyetujui seorang perempuan menjadi
"wanita karier" karena gila bekerja. Hal Ini memang masih menjadi pro dan kontra dikalangan
laki-laki dan perempuan. Banyak laki-laki berpikiran, hanya mereka yang pantas mengenyam
pendidikan tinggi , punya status kerja yang tinggi dan bagus. Hal tersebut dikarenakan masih banyaknya pemikiran-pemikiran yang dimana hanya laki-laki yang boleh menjadi pemimpin. 

Memang didalam keluarga seorang laki laki atau suami berperan menjadi seorang pemimpin, namun hal tersebut tidak bisa menjadi alasan memberikan tekanan bagi perempun untuk tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi maupun mengejar karir sebaik mungkin. Karena bagaimanapun juga, seorang perempuan memiliki peran yang sangat besar dalam mendidik anak anak mereka kelak.  

Maka dengan demikian, tekanan tekanan tersebut jangan sampai menyurutkan semangat seorang perempuan, untuk mengenyam pendidikan. Setinggi, sejauh, dan seluas apapun. Setiap manusia baiki laki-laki maupun perempuan memiliki hak akses yang sama ke pendidikan berkualitas, tanpa terkendala oleh batasan sosial, ekonomi, atau budaya. Pendidikan adalah kunci untuk membuka potensi tak terbatas dan menciptakan masa depan yang lebih adil dan setara.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun