Pemimpin yang baik, lahir dari proses dan nurani yang baik pula. Pemimpin dan pejabat tentu berbeda, pemipin adalah gelar akhlak dan nurani, sementara pejabat adalah gelar institusi. Pejabat belum tentu pemimpin, dan pemimpin belum tentu juga pejabat.
Menilik proses pergantian pejabat bupati Pati- Jawa Tengah tahun 2011 ini seakan beda dengan proses rutin lima tahunan sebelumnya. Sudah menjadi obrolan wajib diwarung-warung kopi, di gubuk sawah tempat istirahat petani bahwasanya pemilu bupati pati tahun ini diulang.
Sesuai putusan Mahkamah konstitusi(MK)NO. 82/- PH –PU.D-IX/2011 tertanggal 22 Agustus 2011 (Suara Merdeka 23/08/11) mengabulkan gugatan Imam Soroso,sosokyang dikenal luas di Televisi lewat iklan Ketik “REG spasi MANJUR”. Dalam amar putusannya, MK memerintahkan KPU Pati untuk mendiskualifikasi pasangan calon bupati (cabub) Soenarwi-Tedjo, memverifikasi Imam Suroso-Sujoko sebagai cabub dan mengulang pemilu dari awal.
Pemilu adalah proses yang mahal, baik dari pihak penyelenggara maupun peserta. KPU Pati butuh dana sekitar 22 Milyar Rupiah untuk pemilihan yang “gagal” kemaren. Itu berasal dari uang rakyat dari pajak, menguap saja untuk sebuah “pesta kertas”.
Dari fakta yang saya temukan di desa saya, tiga dari enam pasangan calon memberi sejumlah uang dengan besaran antara lima belas ribu sampai dua puluh ribu rupiah. Uang ini diberikan para tim sabet (tim sukses) dengan harapan para penduduk memilih calon yang didukungnya. Beberapa orang mendapatkan uang dobel dari pasangan ini dan yang lain. Ini bisa dibilang rejeki atau apa, tapi alhamdulillah masyarakat senang. Lumayan, tidak usah macul atau mocok seharian sudah dapat uang.
Dengan biaya mahal sebesar di atas dan proses yang rumit yang digunakan untuk menggelar “pesta” di pati, hendaknya boleh dong setidakanya kita mempunyai harapan besar kepada bupati baru yang terpilih kedepannya. Untuk mewujudkan pati maju dan disegani. Setidaknya bisa menghapus stigma buruk tentang Pati.
Risih hati ini rasanya ketika membaca situs wikipedia.org mengenai profil kabupaten pati. Di situ disebutkan Pati adalah kota pensiunan. Saya yakin orang pati itu hebat-hebat. Ada yang berpendidikan tinggi. Banyak yang menjadi orang-orang sukses di ibukota atau luar daerah. Menjadi tenaga ahli di perusahaan-perusahaan besar. Bahkan ada yang jadi dosen di Jepang. Ahli perkapalan yang cukup disegani di Surabaya yang namanya pak Azhar itu asalanya Gabus (daerah ahli banjir).
Tinggal pemimpin ke depannya ini yang diharapkan dapat mengelola Pati secara inovatif, pro rakyat, dan sanggup memanfaatkan potensi orang-orangnya yang hebat. Mampu menciptakan kondisi dimana orang hebat “mau” kembali membangun pati. Atau tetap melayani pensiunan saja, itu pilihan.
Pernah mendengar nama Joko Widodo atau yang lebih dikenal dengan sebutan JOKOWI. Benar, beliau adalah walikota Solo yang mampu membangun kota solo yang humanis, nyaman untuk ditinggali, transportasinya hebat dan mampu mengangkat budaya sebagi modal utama.Dan semoga, Pati dapat menjadi “SOLO-nya” Indonesia yang kedua tentunya dengan modal dan bentuk yang berbeda.
Saya berharap Pak JOKOWI mau nyalon sebagai Bupati Pati. Amin.
Menjelang takbir, Jakenan 30/08/2011
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H