Sementara aku mendengarkan cerita tantara itu sambil membayangkan betapa perjuangan dalam perjalanan ini. Tak terasa, tiba-tiba Bis Lintas Kapuas itu perlahan dan berhenti untuk menunggu Ferry Penyeberangan ketika sampai di Semuntai.
Semua penumpang turun. Ada yang memanfaatkan ke toilet kemudian ke kedai yang ada di sekitar penyeberangan itu, tak terkecuali aku. Kupesan secawan kopi hitam untuk kunikmati sambil memperhatikan derasnya air di Sungai Kapuas itu dan tampak beberapa orang yang mendaung sampan di tepi Sungai itu.
Setelah kuteguk beberapa seruput kopi itu, sambil kuhisap sebatang rokok filter kubaca kembali surat diberikan murid-muridku tadi. Sungguh di luar dugaan jika mereka menaruh perhatian yang begitu dalam padaku selam aku bertugas sebagai Guru Tidak Tetap (GTT) di M.Ts. Al Anwar.
Yach ... aku memang tak tahu isi hati mereka yang sejujurnya, aku tak tahu makna ungkapan mereka yang sesungguhnya. Sementara ini aku hanya tahu dari tangisan mereka dan isi suratnya yang tersusun begitu rapi dan sendu di hati.
Kepada Bapak Arman di Perjalanan.
Assalamu 'alaikum Wr.Wb ! Pak Arman yang kami hormati, ketika bapak mebaca surat ini, mungkin bapak sedang dalam perjalanan meninggalkan kota Pontianak dimana kami berada. Yach ... hanya surat inilah yang dapat kami berikan kepada bapak untuk mengiringi kepergian bapak.
Pak Arman yang kami sayangi, sebenarnya sulit bagi kami untuk merelakan kepergian bapak yang hanya lebih dari satu tahun mengajar kami. Sulit rasanya melepaskan bapak. Seakan mutiara lepas dari genggaman kami. Tapi kamipun menyadari dimana ada pertemuan pasti ada perpisahan. Dan bapak bukan hanya milik kami, tetapi milik semua orang yang membutuhkan bapak. Yach ... berbahagialah siswa-siswi SMP Negeri Badau yang akan mendapatkan guru yang hm ... hm ...
Sungguh pada waktu kelas II (dua) merupakan tahun yang sangat mengesankan bagi kami, dimana Pak Arman mengajar kami. Terus terang, dengan kehadiran bapak di sekolah kami, menimbulkan semangat belajar di hati kami. Bapak bisa memahami jiwa kami satu persatu, sehingga rasanya begitu akrab. Tetapi pada awal tahun ajaran 1988/1989, ketika kami duduk di bangku kelas III (tiga), kami dibuat kecewa oleh pindahnya bapak dari sekolah kami.
Yach ... tahun ini merupakan tahun kesedihan. Guru yang kami sayangi dan kami banggakan harus pindah. Mudah-mudahan kami bisa mempertahankan semangat belajar, bahkan bisa meningkatkan agar bisa lulus dengan baik.
Pak Arman yang baik. Kami atas nama murid kelas IIIA, mengucapkan selamat jalan buat bapak dan mengucapkan terima kasih atas bimbingan bapak yang hanya lebih dari satu tahun itu. Dan mohon maaf yang sebesar-besarnya jika pada waktu belajar kami kurang serius, dsb. Kami tak bisa melupakan bapak. Kami berharap bapakpun demikian juga. Kalau bapak mendapat murid baru, murid lama dilupakan jangan. Akhirnya sampai di sini saja surat kami untuk bapak. Sayonara, Wassalam, Tutik Suzana dan Jainah HM Yusuf Kelas IIIA.