Mohon tunggu...
Sudarman SP
Sudarman SP Mohon Tunggu... Editor - Editor dan Aktivis Muda Muhammadiyah
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Tinggal di Bandung

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dosen Universitas Muhammadiyah Bandung Kupas Sejarah dan Makna Qurban yang Sesungguhnya

18 Juni 2024   12:20 Diperbarui: 18 Juni 2024   12:40 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi.

Jambi - Dosen peosi PAI Universitas Muhammadiyah Bandung, Ustaz Supala, memberikan khutbah Idul Adha 1445 Hijriah di Lapangan Masjid Taqwa 3, Kota Jambi, pada Senin 17 Juni 2024. Dalam khutbahnya, Ustaz Supala menjelaskan sejarah dan hikmah Idul Adha atau Idul Qurban yang harus dipraktikkan oleh umat Islam. Menurutnya, Idul Qurban adalah salah satu hari besar dalam Islam yang penuh dengan makna dan sejarah panjang yang bermula dari Nabi Ibrahim AS dan dilanjutkan oleh Rasulullah SAW.

Ibadah Qurban merujuk pada peristiwa pengorbanan yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim AS sebagai bentuk kepatuhan dan ketakwaan kepada Allah SWT. "Nabi Ibrahim AS adalah salah satu nabi yang sangat berperan dalam mengajarkan dan menegakkan tauhid, yaitu keesaan Allah. Dalam Al-Quran diceritakan bagaimana Nabi Ibrahim AS gigih dalam mencari dan mengenal Sang Khalik, Allah SWT. Pada zamannya, banyak masyarakat yang terjerumus dalam kemusyrikan dengan menyembah berhala-berhala. Namun, Nabi Ibrahim AS dengan penuh keberanian menentang praktek ini dan menunjukkan kepada kaumnya bahwa hanya Allah-lah yang patut disembah," ujarnya.

Dalam Surah Al-Anbiya ayat 52-54 Allah berfirman, "Ketika ia berkata kepada bapaknya dan kaumnya, 'Patung-patung apakah ini yang kamu tekun beribadah kepadanya?' Mereka menjawab, 'Kami mendapati nenek moyang kami menyembahnya.' Ibrahim berkata, 'Sesungguhnya kamu dan bapak-bapakmu berada dalam kesesatan yang nyata.'"

Selain menentang penyembahan berhala, lanjut Ustaz Supala, Nabi Ibrahim AS juga menunjukkan keberaniannya ketika dia dibakar hidup-hidup karena keyakinannya kepada tauhid. Allah SWT pun menyelamatkannya sebagai bukti kekuasaan-Nya dan keberkahan atas keimanan Nabi Ibrahim AS.

Pelajaran tauhid yang teguh tidak hanya dicontohkan oleh Nabi Ibrahim AS, tetapi juga oleh keluarganya. Siti Hajar, istri Nabi Ibrahim AS, menunjukkan keteguhan imannya ketika harus ditinggalkan di padang pasir yang tandus bersama anaknya, Nabi Ismail AS. Dengan penuh keyakinan kepada Allah, Siti Hajar tidak menyerah dan terus berusaha mencari air, yang akhirnya Allah gantikan dengan air zamzam yang hingga kini masih mengalir.

Nabi Ismail AS juga menunjukkan kepatuhan dan ketakwaannya ketika dirinya rela untuk dikorbankan demi memenuhi perintah Allah SWT. Dalam Surah As-Saffat ayat 102 Allah berfirman: "Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: 'Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!' Ia menjawab: 'Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.'"

"Pada masa kini, meskipun kita telah memiliki Al-Quran yang jelas membimbing kita, banyak di antara kita yang masih meragukan kekuasaan dan janji Allah. Kita sering kali lebih takut kehilangan duniawi daripada kehilangan iman kita. Padahal, Allah telah berjanji dalam Surah At-Talaq ayat 2-3 bahwa barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya," jelasnya.

Kisah Nabi Ibrahim AS dan keluarganya mengajarkan umat Islam untuk tetap teguh dalam tauhid dan selalu percaya pada janji Allah. Umat muslim harus menguatkan iman dan menghindari segala bentuk kemusyrikan, serta meneladani keteguhan Nabi Ibrahim AS, Siti Hajar, dan Nabi Ismail AS dalam menghadapi segala cobaan. "Dengan merenungi makna Idul Qurban, semoga kita semakin memperkuat tauhid kita dan mendekatkan diri kepada Allah SWT, sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi Ibrahim AS dan keluarganya," tutupnya.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun