Mohon tunggu...
Tia Suci
Tia Suci Mohon Tunggu... Jurnalis - --

--

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

"Go Green, No Plastic" (Masih) Memberatkan

20 Februari 2019   10:28 Diperbarui: 11 Maret 2019   18:58 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Jakarta – Kampus UPN Veteran Jakarta memulai gerakan “Go Green, No Plastic” pada awal bulan Februari 2018. Hal ini menimbulkan berbagai tanggapan di kalangan pedagang dan mahasiswa. Pasalnya dengan adanya gerakan ini ada pembatasan untuk produk berbahan plastik, seperti botol dan wadah plastik juga kantong plastik. Tak hanya produk dan kemasan plastik, beberapa pedagang pun juga mulai mengganti wadah styrofoam dengan wadah kertas untuk makanan yang tidak dimakan di tempat.

Salah satu pedagang yang meraskan gerakan ini adalah Ibu Munairoh, seorang pedagang nasi ayam penyet yang sudah sekitar 5 tahun berjualan di Kantin UPN Veteran Jakarta. Dengan adanya gerakan ini, ia mengaku sedikit keberatan karena harus menaikan harga dagangannya karena harga wadah menjadi lebih mahal.

"Dengan peraturan ini pendapatan jualan saya bisa turun kalau tidak dinaikan harganya. Kalau harganya pakai yang lama,  paling hanya balik modal karena wadahnya sekarang lebih mahal belum lagi bahan baku seperti ayam dan cabai. Ini aja naikin (harga) juga gak bisa banyak. Nanti gimana uang jajan buat anak saya kalau (dapatnya) cuma harga balik modal?" Ujar ibu dua anak ini.

Tak hanya pegadang, adapun tanggapan dari Safira, seorang mahasiswa Ilmu Komunikasi 2017, mengenai gerakan “Go Green, No Plastic” ini. Ia berpendapat jika hal ini bisa sedikit menjadi lebih berat bagi para pedagang karena harus mengganti wadah bahkan produk dagangannya.

“Sebenarnya gerakan ini baik, tapi kasihan juga lah dengan pedagang kantin. Menurut saya malah bisa jadi memberatkan gitu karena mereka jadi harus ganti wadah dari kertas yang harganya lebih mahal dari plastik. Walaupun harga dinaikkan dan mahasiswa gak komentar tapi tetap saja buat anak kost seperti saya juga mikir mau makan apa kalau harga makanan kantin dinaikan,” ujar Safira seraya tertawa.

Safira menambahkan dengan adanya gerakan tersebut juga ada peraturan dimana tidak boleh ada penjualan air mineral dengan botol plastik. Menurutnya hal ini juga sedikit berat untuk mahasiswa. 

"Iya itu agak konyol sih, waktu jajan di kantin mau beli air mineral udah gaada katanya udah gak boleh karna botolnya kemasan plastik. Itu menurut saya agak memberatkan sih," tambahnya.

Dalam Rapat Koordinasi Satuan Tugas Go Green No Plastik pada 4 Maret 2019, Rektor UPN Veteran Jakarta, Erna Hernawati, sempat menyinggung mengenai anjuran untuk mengganti wadah plastik dan styrofoam. Beliau menyampaikan jika bahan tersebut tidak bagus untuk tubuh juga lingkungan.

“Dalam kemasan seperti itu tentunya kurang baik untuk tubuh kita, belum lagi penguraiannya dalam tanah itu cukup lama sehingga kita harus mengurangi penggunaannya supaya tubuh kita sehat dan lingkungan kita terjaga,” Papar Ibu Erna selaku pimpinan rapat saat itu.

Dalam upaya memulai sebuah gerakan, tentunya sering dijumpai pro dan kontra. Ada kalanya gerakan tersebut baik tetapi adapun beberapa hal yang memang harus dikorbankan agar hal tersebut dapat terealisasi. Dengan adanya gerakan dan peraturan ini pastinya tidak ada yang ingin diberatkan baik itu dari pihak rektorat, mahasiswa, maupun pedagang di kantin UPN Veteran Jakarta.  

Penulis: Chyntia Sucyati (1610411136)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun