Mohon tunggu...
Suci Wibowo
Suci Wibowo Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

hobi lari

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tauhid dalam Ilmu Kalam: Pemahaman dan Pendekatan Rasional

18 Desember 2024   21:16 Diperbarui: 18 Desember 2024   21:16 7
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Apa Itu Tauhid?
Tauhid adalah inti dari ajaran Islam yang mengajarkan kepercayaan akan keesaan Allah. Dalam kajian Ilmu Kalam, tauhid menjadi fokus utama karena menyangkut dasar keyakinan seorang Muslim. Tauhid tidak hanya berarti meyakini bahwa Allah itu Esa, tetapi juga memahami sifat-sifat-Nya, kekuasaan-Nya, dan bagaimana keyakinan ini memengaruhi kehidupan manusia.

Ragam Pemahaman Tauhid
Untuk memperjelas konsep ini, para ulama membagi tauhid ke dalam beberapa bagian penting:

  1. Tauhid Rububiyah
    Tauhid ini berkaitan dengan keyakinan bahwa Allah adalah satu-satunya Pencipta dan Pengatur segala sesuatu di alam semesta. Ia adalah satu-satunya sumber keberadaan. Dalam hal ini, Ilmu Kalam sering menggunakan argumen logis, seperti pengamatan terhadap keteraturan alam semesta yang menunjukkan adanya Sang Pencipta.
  2. Tauhid Uluhiyah
    Tauhid ini menekankan bahwa hanya Allah yang berhak disembah. Ibadah dalam segala bentuknya harus diarahkan kepada-Nya. Dalam diskusi Ilmu Kalam, bagian ini kerap menegaskan bahwa segala bentuk penyekutuan terhadap Allah, baik secara terang-terangan maupun tersembunyi, adalah pelanggaran terhadap tauhid.
  3. Tauhid Asma wa Sifat
    Tauhid ini membahas nama-nama dan sifat-sifat Allah, yang unik dan sempurna, tanpa menyerupai makhluk-Nya. Dalam Ilmu Kalam, ada perdebatan menarik terkait bagaimana memahami sifat Allah tanpa menyamakan-Nya dengan ciptaan-Nya, seperti dalam pembahasan apakah sifat Allah itu hakiki atau sekadar simbolik.

Argumen Rasional dalam Ilmu Kalam
Ilmu Kalam menggunakan pendekatan akal untuk memperkuat keimanan terhadap tauhid. Beberapa argumen yang sering digunakan meliputi:

  1. Dalil tentang Keesaan Allah

    • Alam semesta yang teratur menunjukkan adanya satu pengendali utama. Jika ada lebih dari satu Tuhan, maka akan terjadi kekacauan. Pendekatan ini dikenal sebagai “dalil tamanu’.”
    • Segala yang ada di dunia ini memiliki asal-muasal, dan asal-muasal itu tidak mungkin berasal dari sesuatu yang lemah. Maka, harus ada kekuatan utama, yaitu Allah.
  2. Dalil tentang Keberadaan Allah

    • Segala sesuatu yang ada tidak mungkin muncul tanpa sebab. Maka, keberadaan Allah menjadi sebab pertama yang mutlak.

Pandangan dari Berbagai Mazhab Ilmu Kalam
Berbagai mazhab dalam Ilmu Kalam memiliki pendekatan unik dalam memahami tauhid:

  • Mu'tazilah: Mazhab ini mengedepankan akal dalam memahami tauhid. Mereka menolak konsep sifat Allah yang terpisah dari esensi-Nya karena dianggap bisa mengarah pada penggandaan keesaan.
  • Asy'ariyah: Menggabungkan dalil akal dan dalil dari wahyu, mazhab ini menerima sifat Allah sebagaimana yang dijelaskan Al-Qur'an, tetapi memahaminya secara simbolis atau menyerahkan maknanya kepada Allah.
  • Maturidiyah: Memiliki pendekatan yang mirip dengan Asy'ariyah, tetapi lebih menekankan pentingnya akal dalam memahami sifat Allah selama tidak bertentangan dengan wahyu.

Tauhid di Era Modern
Pemahaman tauhid tetap relevan di zaman sekarang. Dengan tantangan seperti sekularisme, ateisme, dan pluralisme agama, pendekatan Ilmu Kalam dapat membantu umat Islam mempertahankan keyakinan mereka melalui argumen yang rasional dan mudah dipahami. Selain itu, tauhid juga menjadi landasan untuk membentuk etika dan moralitas, karena keyakinan terhadap keesaan Allah menanamkan kesadaran bahwa segala tindakan manusia diawasi dan akan dipertanggungjawabkan.

Kesimpulan
Tauhid dalam Ilmu Kalam tidak hanya membahas keesaan Allah sebagai sebuah konsep keimanan, tetapi juga mengajarkan pendekatan rasional untuk memperkuat keyakinan. Dengan memahami tauhid, seorang Muslim tidak hanya menjaga akidah, tetapi juga membangun hubungan yang lebih mendalam dengan Allah dan mencerminkan nilai-nilai tauhid dalam kehidupannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun