Semakin lama jumlah manusia yang hidup di dunia ini semakin banyak dan bumi ini terasa semakin sempit. Hal ini disebabkan meningkatnya populasi dan angka pertumbuhan. Angka pertumbuhan dirumuskan dengan jumlah kelahiran dikurangi dengan angka kematian yang kemudian ditambah dengan migrasi neto.
Seandainya peningkatan populasi hanya tergantung pada faktor biologis, pekerjaan demograf akan menjadi mudah. Tetapi faktor sosial sperti perang, kemajuan dan kemunduranekonomi, wabah penyakit, dan bencana kelaparan telah mendorong angka kelahiran dan kematian.
Beberapa pemerintah berupaya membujuk para perempuan untuk mengandung. Kita ambil contohnya di negara Cina. Para pemimpin Cina berupaya agar rakyat mereka membatasi kehamilan. Banyak oranng tahu bahwa Cna memiliki kebijakan nasional berupa “Satu pasangan, satu anak”. Tetapi tidak banyak yang tahu betapa kerasnya penerapan yang kebijakan ini.
Steven Mosher, seorang antropolog yang pernah melakukan penelitian lapangan di Cina, mengungkapkan bahwa setelah kelahiran anak pertama, setiap perempuan di pasang IUD (intrauterine device) entah perempuan tersebut menghendakinya atau tidak. Jika seorang perenpuan memiliki anak kedua, ia akan disterilisasi. Jika seorang perempuan hamil tanpa izin pemerintah, janinnya digugurkan. Abortus akan tetap dilakukan, baik dengan atau tanpa persetujuan perempuan yang bersangkutan.
Karena berhadapan dengan opini ynng negatif, pemerintah Cina memberikan keringanan. Dalam beberapa kawasan di pedesaan, para pejabat mengizinkan seorang perempuan untuk mengandung anak kedua, apabila anak pertamanya perempuan. Ini memperbesar peluang pasangan untuk memiliki anak laki-laki.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H