Dalam konsep ajaran Hindu bahwa kebahagiaan hanya akan terwujud jika adanya hubungan yang harmonis antara manusia dengan manusia, manusia dengan Tuhan , dan manusia dengan alam . Ajaran ini disebut Tri Hita Karana ( tiga faktor penyebab terwujudnya kebahagiaan ). Manusia memiliki peranan utama dalam mewujudkan keharmonisan antara ketiga faktor tersebut.
Dalam kehidupan ini semua aktivitas memiliki aturan/etika/susila. Semua yang ada di alam bebas maupun di dunia harus mengikuti aturan dalam pergerakannya. Jika aturan ini tidak diikuti maka pasti akan terjadi kekacauan.
Alam semesta memiliki aturan / hukum tersendiri dalam pergerakannya yang disebut RTA ( hukum alam). Contohnya bumi berputar pada porosnya dan mengitari matahari. Planet-planet berputar mengelilingi bumi dan bersama bumi mengelilingi matahari. Tuhan menciptakan RTA ( hukum alam ) untuk kehidupan. Jika salah satu bagian alam ini tidak mengikuti aturan maka akan terjadi kehancuran.
Demikian juga dalam kehidupan di dunia, semua aktivitasnya memiliki aturan. Manusia sebagai mahluk yang paling sempurna diantara mahluk lainnya di bumi memiliki peranan utama dalam menegakkan aturan. Manusia dengan kecerdasan yang dimilikinya dapat membuat aturan-aturan dalam berinteraksi sesama manusia. Aturan/susila itu dapat bersifat universal/global. Artinya berlaku bagi semua manusia di seluruh dunia tanpa memandang suku, ras, bangsa, dan agama.Contohnya adalah saling menghormati hak asasi manusia ( HAM). Disamping itu ada juga aturan dalam bernegara dan berbangsa dalam bentuk hukum negara/ undang-undang, peraturan pemerintah dan sebagainya. Ada juga aturan / etika dalam berprilaku sosial kemasyarakan, dimana setiap daerah memiliki kekhasan tersendiri sebagai budaya lokal.
Dalam mewujudkan keharmonisan antara manusia dengan Tuhan, manusia memiliki kelebihan dalam menerima ajaran-ajaran susila/ etika dalam menghubungkan diri dengan Tuhan (sembahyang). Ada etika/aturan yang harus diikuti dalam melakukan hubungan dengan Tuhan, baik hubungan secara pribadi, maupun secara kolektif ( bersama-sama), misalnya persembahyangan di pura ( tempat ibadah ).
Etika persembahyangan pribadi tidak dapat diterapkan pada persembahyangan bersama, demikian juga sebaliknya. Untuk jenis-jenis persembahyangan tertentu juga memiliki aturan yang berbeda. Jika aturan/etika ini dilanggar maka dipastikan keharmonisan tidak akan terwujud.
Sedangkan hubungan manusia dengan alam jelas yang paling menentukan adalah manusia itu sendiri. Alam secara kodrati hanya akan memberikan reaksi terhadap segala perlakuan manusia kepada alam itu sendiri. Dewasa ini banyak terjadi bencana alam, seperti banjir bandang , pemanasan global , angin puting beliung, dan sebagainya, jika ditelusuri maka semua itu adalah akibat ulah manusia sendiri yang tidak mengikuti aturan / etika dalam mengelola alam. Penggundulan hutan dengan ilegal loging mengakibatkan terjadinya  banjir bandang. Membuang sampah pada aliran sungai, merusak sempadan sungai, serta pembangunan gedung/perumahan tanpa memperhatikan penyerapan dan saluran sanitasi yang baik mengakibatkan terjadi banjir disetiap musim penghujan.
Dari uraian singkat di atas dapat disimpulkan bahwa :
- Agar terwujud keharmonisan antara manusia dengan manusia, manusia dengan Tuhan dan manusia dengan alam maka manusia harus memahami dan mengikuti aturan/susila dalam melaksanakan masing-masing hubungan tersebut.
- Manusia dengan kecerdasan yang dimilikinya dapat menciptakan aturan/etika dalam hubungan dengan sesama manusia, hubungan dengan Tuhan, serta hubungan dengan alam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H