Mohon tunggu...
Suci Sekar Ayu
Suci Sekar Ayu Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Senja di Jakarta

11 Mei 2018   18:20 Diperbarui: 11 Mei 2018   18:28 421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Selamat sore Jakarta....

Hari ini ingin ku katakan , beberapa hari yang lalu ada seseorang yang mematahkan hatiku hingga detik ini aku merasakan pilu yang tak kunjung .. Ada rasa sakit yang tak bisa ku jelaskan , rasa sakit yang tak bisa ku ungkapkan . kerap kali ingin ku katakan , air mata yang tanpa izin mengalir yang membungkam hingga aku tak bisa mengatakan apa apa. 

Senja yang menjadi saksi bisu 2 pertengkaran yang tak dinginkan , antara aku dan dia.  Entah salah siapa. Sesungguhnya orang baik tidak mengatakan kalau dirinya baik. Teriakannya yang masih terngiang di kepala hingga kepala ini menjadi sangat sakit, ku pikir ini bukan masalah serius . namun ku sadari aku bukan lah sang penulis scenario . sudah  beberapa hari ini aku seperti menjadi penghuni gelap dalam rumah ini .

Suasana yang tak ku rindukan menjelma seperti sosok makhluk yang tak diundang datang ke kehidupan nyata , mengubah semuanya, mengubah hidupku. Hmmm sebentar lagi sebelum aku pergi meninggalkan rumah ini , ku ingin kita mengingat bersama apa yang telah kita lakukan.  Tidur hingga larut malam seakan lupa kalau waktu terus berjalan , menjadi alarm tiap pagi, memasak bersama ketika libur, shopping bersama hingga tanpa sadar bahwa kita sama sama tidak punya uang.

Menyanyi bersama dan tanpa sadar jika suara kita tak jauh lebih buruk dari masalah kita, berkhayal  kita minum beer bersama hingga tertidur dengan pulas , menangis bersama  hingga menertawakan orang tanpa tahu yang kita bicarakan kecuali diri kita sendiri pernah juga berkirim surat lalu menempelnya pada pintu membuat orang yang membaca nya senyum senyum tak karuan. Hahah konyol sekali

Namun siapa sangka,  sosok yang menjelma menjadi makhluk yang tak diundang  datang .. merusak senyum bahagia , merusak semuanya , merusak mimpi yang telah di bangun .  Aku tidak menyalahkan dia ataupun siapa . mungkin sudah saatnya semua berakhir saat perbedaan tak bisa di satukan . 

Mungkin selama ini kita hanya berpura-pura . aku tidak mengenal mu dan kamu tidak mengenal ku . lalu inilah yang terjadi . kita tidak bisa memahami satu sama lain . membuat semuanya menjadi terbatas . kamu yang tak bisa memahami hatiku yang lembut dan sensitive dan aku yang tak bisa memahami jika itu memang sifat aslimu .

Aku tidak membenci mu , sama sekali tidak aku hanya belajar untuk memikirkan diri ku juga yang selama ini sudah lelah memikirkan orang lain hingga hatiku terbengkalai . aku merasa berdosa telah mengabaikan hati  yang harusnya aku pikirkan.

Kali ini aku harus mengambil ketegasan , pergi memulai kehidupan yang baru dengan orang -- orang baru . Tuhan bersama saya . tuhan tidak biarkan aku sendirian . tuhan kuatkan saya dan semuanya sudah ada yang mengatur .

Salah satu bukti, tuhan masih kirimkan aku laki laki baik , yang selalu memberi support ketika  sedang jatuh maupun sedang naik di atas . Tuhan kuatkan aku lewat perantara dia .  tuhan ku mohon pertahankan dia untuk ku. Lewat tulisan ku curahkan semua yang ku rasa sejujurnya , terima kasih Jakarta telah mau mendengarkan keluh kesah seorang wanita yang sedang terpuruk di ujung senja sore ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun