Mohon tunggu...
suci rusmianti
suci rusmianti Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa IAIN parepare

hobi membaca

Selanjutnya

Tutup

Analisis

kekerasan verbal (bullying)

7 Januari 2025   13:02 Diperbarui: 7 Januari 2025   13:02 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

 Andika Mahesa, atau yang lebih dikenal dengan nama panggung Andika Kangen Band, adalah seorang musisi Indonesia yang lahir di Bandar Lampung pada 12 November 1983. Namanya mulai dikenal luas sebagai vokalis utama dari Kangen Band, grup musik yang populer dengan genre pop Melayu. Band ini mencuri perhatian pada pertengahan tahun 2000-an dengan lagu-lagu hits seperti Tentang Aku, Kau, dan Dia serta Doy.

Namun, Andika tidak hanya dikenal karena karier musiknya. Kehidupan pribadinya, termasuk konflik keluarga dan perjalanan rumah tangganya, sering menjadi sorotan media. Meski sering menghadapi berbagai kontroversi, Andika tetap bertahan sebagai salah satu musisi yang memiliki pengaruh besar di industri hiburan Indonesia. Tidak hanya itu, keluarganya, termasuk anak-anaknya, juga kerap menjadi pusat perhatian publik, baik secara positif maupun negatif.

Kekerasan verbal adalah salah satu bentuk perundungan atau bullying yang dilakukan melalui penggunaan kata-kata yang menyakitkan, merendahkan, atau menghina orang lain. Kekerasan ini dapat terjadi secara langsung, seperti ejekan dan penghinaan, maupun secara tidak langsung melalui media sosial atau komunikasi daring.

Berbeda dengan kekerasan fisik yang meninggalkan luka fisik, kekerasan verbal menimbulkan luka emosional yang sering kali lebih sulit disembuhkan. Dampak dari kekerasan ini dapat berupa trauma psikologis, hilangnya kepercayaan diri, dan bahkan depresi. Kekerasan verbal dapat terjadi di berbagai lingkungan, termasuk sekolah, rumah, tempat kerja, dan platform media sosial. Dengan kemajuan teknologi, kekerasan verbal kini semakin sulit dikendalikan karena dapat dilakukan secara anonim melalui internet.

Kasus bullying yang menimpa anak Andika Kangen Band menjadi perhatian publik setelah Andika mengungkapkannya dalam beberapa wawancara. Anak Andika, yang masih berada di usia sekolah, menjadi korban kekerasan verbal baik di lingkungan sosialnya maupun melalui media daring. Perundungan ini melibatkan ejekan, penghinaan, dan komentar bernada negatif tentang status keluarga atau kondisi tertentu yang dikaitkan dengan kehidupan pribadi Andika sebagai seorang figur publik.

Sebagai seorang ayah, Andika merasa khawatir dengan dampak perundungan terhadap perkembangan mental dan emosional anaknya. Ia mengungkapkan bahwa situasi ini tidak hanya menyakitkan bagi anaknya tetapi juga bagi keluarganya secara keseluruhan. Kasus ini menunjukkan bagaimana kehidupan pribadi figur publik sering kali menjadi sasaran perundungan, bahkan menyasar anggota keluarga yang tidak terlibat langsung dalam dunia hiburan.

 Kasus ini menimbulkan banyak diskusi di kalangan masyarakat. Beberapa pihak menyatakan bahwa perundungan verbal terhadap anak Andika mencerminkan rendahnya empati dalam masyarakat, terutama ketika berhadapan dengan keluarga figur publik. Anak-anak sering kali menjadi sasaran empuk karena mereka dianggap lebih rentan dan kurang mampu membela diri.

Di sisi lain, banyak yang menyalahkan peran media sosial dalam menyebarkan ujaran kebencian. Anonimitas yang ditawarkan oleh media sosial membuat pelaku merasa bebas untuk menghina atau mengejek tanpa takut akan konsekuensi hukum. Kasus ini juga memunculkan perdebatan mengenai kurangnya regulasi hukum yang efektif untuk melindungi anak-anak dari kekerasan verbal, baik di dunia nyata maupun daring.

Ada berbagai faktor yang menyebabkan kekerasan verbal, di antaranya:

Lingkungan Sosial yang Negatif: Lingkungan yang toleran terhadap perilaku kasar cenderung melahirkan individu yang merasa bullying adalah hal wajar.

Pengaruh Media Sosial: Media sosial memberikan ruang bagi pelaku untuk melakukan kekerasan verbal tanpa identitas yang jelas, sehingga mereka merasa aman dari hukuman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun