Mohon tunggu...
Suci Ramadani
Suci Ramadani Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tari Piring Sebagai Sejarah dan Warisan Budaya Minang

23 Juni 2022   08:15 Diperbarui: 23 Juni 2022   08:30 573
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Apa itu tadi piring? 

Tari piring berasal dari daerah Minangkabau di Sumatera Barat.Rasa senang dan apresiasi diekspresikan dalam tarian oleh masyarakat Minangkabau ketika musim panen tiba, para anak muda tampil dengan gerakan mengayun selangkah demi selangkah, menunjukkan kemahiran mereka memainkan piring di tangan mereka. Tarian ini dibawakan dengan iringan alat musik tradisional talempong dan saluang.

         Saat penari bergerak cepat, seperti yang disebut gaya ayunan, bersiaplah melihat atraksi melempar piring ke arah penonton.Piring yang akan mudah pecah jika dilempar ke udara pada ketinggian yang tinggi. Selain itu, penari menunjukkan kemampuannya memainkan piring di tangannya. Itulah bagian yang melambangkan kebahagiaan yang datang dengan datangnya musim panen.

          Di akhir pertunjukan, para penari akan dilempar ke piring tanah dan dipaksa menari di atas piring yang pecah. Ini mewakili kesucian niat penari dan berfungsi sebagai representasi kesakralan mereka. Anehnya, tidak ada kaki, seolah-olah terluka saat menari dan melompat di atas kaca.

      Tak ayal, konser akan berjalan lancar, dan seluruh penonton akan terhibur selama durasinya.Dalam bahasa Minang, tari piring disebut sebagai tari piriang, dan merupakan tarian tradisional Minangkabau yang menggunakan piring.Menggunakan gerakan cepat dan konsisten, para penari mengayunkan piring di tangan mereka tanpa membiarkan satu piring pun lepas dari genggaman mereka.

      Tarian ini konon berasal dari kota Solok di Sumatera Barat.Menurut cerita rakyat, tarian ini pada awalnya dilakukan sebagai ritual ucapan syukur kepada dewa-dewa oleh masyarakat setempat setelah mereka menerima panen besar. Untuk melaksanakan ritual tersebut, peserta harus membawa sesajen berupa makanan, yang diletakkan di atas piring sambil bergerak secara dinamis.

Setelah masuknya Islam di Minangkabau, tari piring tidak lagi dipraktekkan sebagai upacara keagamaan untuk mengungkapkan rasa syukur kepada para dewa.Tarian ini, di sisi lain, digunakan sebagai semacam hiburan bagi masyarakat umum, dan ditampilkan pada pertemuan-pertemuan umum.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun