Kekerasan seksual adalah salah satu bentuk kekerasan yang paling memprihatinkan dan terus meningkat di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Berdasarkan data dari Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan), kasus kekerasan seksual di Indonesia meningkat secara signifikan setiap tahunnya. Pada tahun 2022, Komnas Perempuan mencatat bahwa  jumlah kekerasan terhadap perempuan pada tahun 2023 sebanyak 289.111 kasus, dengan berbagai bentuk mulai dari pelecehan seksual hingga perkosaan. Angka ini diperkirakan masih jauh dibawah kenyataan karena banyak korban yang memilih untuk tidak melaporkan kasus mereka karena stigma sosial dan ketidakpercayaan terhadap sistem hukum.
Dampak kekerasan seksual begitu besar terhadap korban dan masyarakat. Korban kekerasan seksual sering kali mengalami trauma berkepanjangan, yang dapat mempengaruhi kesehatan mental dan fisik mereka, serta kemampuan mereka untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial dan ekonomi. Selain itu, kekerasan seksual juga memiliki dampak jangka panjang terhadap keluarga dan komunitas, memperkuat siklus kekerasan, dan menghambat pembangunan sosial.
Dalam menghadapi tingginya angka kekerasan seksual, penting bagi kita untuk menganalisis faktor-faktor yang berkontribusi terhadap fenomena ini. Salah satu penyebab utama adalah ketimpangan gender yang masih kental di masyarakat, di mana perempuan sering kali dianggap sebagai objek seksual dan posisinya dianggap lebih rendah dibandingkan laki-laki. Selain itu, kurangnya pendidikan seks yang komprehensif dan akses terhadap informasi yang tepat juga menjadi faktor yang memungkinkan terjadinya kekerasan seksual. Pandangan yang merendahkan korban dan budaya menyalahkan korban (victim-blaming) semakin memperburuk situasi, sehingga korban merasa takut atau malu untuk melaporkan kekerasan yang mereka alami.
Untuk menyelesaikan masalah kekerasan seksual, diperlukan pendekatan yang menyeluruh dan melibatkan berbagai pihak. Pemerintah perlu memperkuat penegakan hukum dengan memastikan bahwa kasus-kasus kekerasan seksual ditangani secara serius dan adil. Selain itu, lembaga pendidikan harus mengintegrasikan pendidikan seks yang komprehensif ke dalam kurikulum mereka, untuk membekali generasi muda dengan pengetahuan tentang pentingnya consent dan hak-hak seksual. Organisasi masyarakat sipil juga memiliki peran penting dalam memberikan dukungan kepada korban, serta melakukan advokasi untuk perubahan kebijakan yang lebih baik.
Pencegahan kekerasan seksual memerlukan upaya yang berkelanjutan dari semua pihak. Edukasi publik yang menekankan pentingnya menghormati hak-hak individu dan menolak segala bentuk kekerasan harus digencarkan. Selain itu, program-program pemberdayaan perempuan dan promosi kesetaraan gender harus diperkuat, agar masyarakat dapat lebih menghargai peran dan kontribusi perempuan. Media massa juga harus memainkan peran yang lebih bertanggung jawab dalam memberitakan kasus kekerasan seksual, dengan cara yang tidak memperburuk trauma korban.
Penting juga bagi individu dan komunitas untuk terlibat aktif dalam upaya pencegahan kekerasan seksual. Kita semua dapat berperan dalam menciptakan lingkungan yang aman dan menghormati hak-hak seksual dengan bersikap tegas menolak segala bentuk kekerasan dan pelecehan. Komunitas harus menjadi tempat di mana korban merasa aman untuk berbicara dan mencari bantuan tanpa takut dihakimi.
Kekerasan seksual adalah masalah serius yang membutuhkan respons kolektif. Pemerintah, masyarakat, dan individu harus bersama-sama menciptakan perubahan. Kita harus bergerak untuk menghentikan siklus kekerasan ini, dengan mendukung korban, mendidik generasi muda, dan menuntut keadilan. Hanya dengan cara ini kita dapat membangun masyarakat yang lebih aman dan adil untuk semua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H