Setelah lama berkutat dengan kesibukan di ibukota, tiba- tiba sebuah telepon di jam makan malam mengejutkan saya. Pak Efrimal Bahri dari Kemenko Maritim dan Sumber Daya memberitahukan bahwa saya menerima undangan untuk mengikuti dan meliput suatu program pemerintah yaitu Tour De Flores 2016 secara gratis dari tanggal 17 - 20 Mei 2016 sebagai hadiah atas jawaban kuis yang diberikan Pak Rizal Ramli mengenai wisata alam di Indonesia pada saat ajang Kompasianival 2015 di Gandaria City.
Tanggal 17 Mei 2016 merupakan salah satu momen berkesan dalam hidup saya. Momen itu adalah momen pertama saya menginjak pulau selain pulau Jawa dan Sumatera, gratis pula. Momen dimulai dengan berkumpul pukul 07.00 bersama rekan-rekan sesama blogger Kompasiana, panitia dari Kementerian Maritim dan Kementerian Pariwisata, serta rekan-rekan media dari Tribbun News, Business Indonesia, kompas.com, kedaipena.com, dan SCTV di Terminal 1-C Bandara Soekarno - Hatta, kami pun memulai perjalanan kami di pulau cantik itu.
Pertama kali sampai di bandara, kami langsung melanjutkan perjalanan transit menuju Larantuka. Sesampainya kami di bandara Geyawantana Larantuka, kami segera menuju ke tempat penginapan untuk beristirahat sebelum mengikuti Festival Seni dan Budaya Flores Timur. Festival Seni dan Budaya Flores Timur hari itu dipersembahkan oleh Tour De Flores 2016 dan diisi dengan panggung sandiwara yang diperankan oleh orang - orang Flores asli, dengan pakaian khas mereka dan percakapan menggunakan bahasa asli Flores. Meskipun tidak mengerti bahasa yang diucapkan, saya cukup terhibur dengan mimik, gerak - gerik, dan irama musik yang mengiringi. Salut untuk Festival Seni dan Budaya Flores Timur ini, bangganya diri ini bisa turut menyaksikan kehebohan panggung di wilayah Taman Kota, Larantuka. Malam pertama di Flores ini pun ditutup dengan santapan ikan segar di tenda-tenda tempat makan yang buka pada saat acara Festival Seni dan Budaya Flores Timur. Ikan - ikan bakar yang lezat memanjakan lidah, anda tidak akan menyesal mencicipinya.
Hari kedua, 18 Mei 2016, saya dan teman- teman seperjalanan mengikuti acara snorkeling di Pulau Adonara. Dari penginapan kami harus menaiki perahu menuju Pulau Adonara. Hal yang membuat saya takjub adalah saya berada di sebuah pantai dengan pemandangan mempesona dan hanya ada tim kami, tidak ada orang lain. Pulau ini seperti hanya milik kami. Keindahan terumbu - terumbu karang yang berhasil saya lihat ketika snorkeling pun masih terngiang- ngiang dipikiran.
Setelah selesai snorkeling kami segera menuju penginapan dan bersih- bersih untuk melanjutkan perjalanan kembali ke taman kota demi menyaksikan acara pembukaan dan peresmian Tour de Flores 2016. Acara ini bertujuan untuk memperkenalkan lebih dalam tujuan dan latar belakang dari acara Tour de Flores 2016 yang ternyata merupakan ajang lomba balap sepeda internasional pertama yang pernah ada di Indonesia bagian timur. Acara ini diisi dengan kata sambutan dari Bupati dan wakil bupati Flores Timur, Gubernur NTT yang diwakili oleh kepala divisi pariwisata NTT, Ketua PBSI, dan Menteri Koordinator Maritim dan Sumber Daya, Bapak Rizal Ramli. Di dalam kata sambutan Pak Rizal Ramli, diungkapkan bahwa sebenarnya Tour de Flores ini tidak termasuk di dalam program pemerintah untuk APBN 2016.
Tapi Pak Rizal Ramli, pada januari 2016 berhasil memperjuangkan program ini mengingat dampak dari acara ini cukup besar bagi masyarakat Flores apabila dilakukan promosi wisata melalui ajang Tour de Flores 2016. Acara ini dihadiri oleh peserta balap sepeda dari 20 negara, beberapa di antaranya adalah Jepang, Australia, Jerman, Korea, Cina dan Indonesia sebagai tuan rumah juga turut ikut berkompetisi. Sebelum acara dimulai, saya sempat melihat beberapa peserta dari Korea pergi ke belakang panggung karena di belakang panggung adalah pemandangan pantai dan gunung. See? Peserta ini tertarik dengan alam Indonesia, besar kemungkinan mereka akan foto alam tersebut dan menceritakan keindahan alam Flores kepada teman- temannya saat kembali ke Korea. Acara ini juga diisi dengan atraksi dari siswa- siswa sma wilayah Larantuka, seperti paduan suara dan tari - tarian khas Flores.
Hari ketiga, 19 Mei 2016. kami menyaksikan secara langsung acara pelepasan peserta Tour de Flores 2016 dengan etape pertama Larantuka - Maumere. Kembali acara diisi dengan marching band dari salah satu sma di daerah Larantuka dan berdiri banyak gadis payung atau anak - anak sma yang berpakaian kebaya dan berbaris sepanjang lintasan sebelum garis start untuk menyambut kedatangan para peserta Tour de Flores 2016. Acara pelepasan para peserta di etape pertama ini dilakukan oleh Bapak Rizal Ramli, beliau mengibarkan bendera tanda kompetisi dimulai.
Setelah itu dilakukan konferensi pers dengan Bapak Rizal Ramli, Bapak Gubernur NTT, dan Bapak Bupati Flores Timur. Bapak Rizal Ramli mengatakan bahwa acara ini bertujuan untuk meningkatkan potensi pariwisata alam di Indonesia, terutama Indonesia bagian timur. Beliau merasa bahwa Bung Karno dulu diasingkan di daerah Flores, dan di Flores dia justru belajar banyak hal dari tokoh - tokoh politik maupun agama di Flores. Bapak Rizal Ramli yakin bahwa Flores mampu menarik banyak wisatawan baik domestik maupun internasional, apalagi dengan acara Tour de Flores 2016 ini akan menarik wartawan - wartawan internasional datang meliput dan sekaligus menyaksikan keindahan alam Indonesia bagian timur. Beliau dalam pidatonya menyampaikan beberapa saran untuk Flores, yaitu agar warganya bisa lebih banyak senyum, ramah, toilet - toilet umum diperbaiki, jaringan internet diperbaiki dan jumlah hotel diperbanyak. Dia juga ingin lebih banyak didirikan sekolah perhotelan untuk lebih meningkatkan mutu para pekerja perhotelan, karena dengan servis yang baik akan memberikan kesan yang mendalam bagi para wisatawan.
Hari keempat, 20 Mei 2016 kami mengunjungi tempat pembuatan kain tenun khas Adonara, Larantuka. Disana kami mengunjungi dua rumah penenun dan belajar cara menenun. Saya sendiri mendapatkan kesempatan untuk mencoba menenun dan ternyata menenun itu sulit, tidak seperti yang terlihat. Saat menenun, punggung penenun harus ditahan dengan tali dimana tali tersebut direkatkan di antara kedua ujung bambu yang dipakai untuk menenun. Lalu, saat menarik benang harus hati - hati dan menarik bambunya pun harus dengan tenaga yang cukup besar. Kain tenun khas Adonara dibagi menjadi dua: kain tenun sintetis yang berasal dari benang biasa dan kain tenun alami yang berasal dari daun sehingga kain tenun alami memiliki bau khas alam, seperti salah satunya bau kemiri. Kain tenun ini merupakan rekomendasi saya untuk oleh - oleh bagi anda yang berkunjung ke Larantuka. Kainnya unik, asli tenunan, lebih lembut dibandingkan kain khas daerah lainnya di Indonesia, dan harganya jauh lebih murah daripada membelinya di ibukota.
Larantuka, sebuah kota yang menyimpan banyak keindahan alam dan kerajinan tangan tersembunyi. Dengan dukungan Rizal Ramli, melalui Tour de Flores 2016 dan Tour de Flores di tahun - tahun berikutnya, paradise yang selama ini tersembunyi akan terungkap dan bisa menunjukkan keindahannya pada dunia. Semoga.Â