"Gimana ya Mbak, saya pusing nich. Anak masih kecil, Si MBak baru telepon kalau nggak bisa ikut pulang ke Bogor."
Wajah kesal sepupu saya tak berusaha ia sembunyikan. Tangannya tampak jengkel sambil mengaduk nasi lumat untuk anaknya yang berusia 8 bulan.
"Padahal untuk ukuran kerjaanya, saya sudah memberikan yang lebih baik dibandingkan dengan tetangga. Dia dibantu satu ART juga. Nggak terlalu capek," tambahnya lagi.
Saya menatap prihatin, terus terang saya belum mengalami hal yang sama, selama ini (13 tahun mengunakan jasanya) ART saya selalu ikut pulang ke rumah pasca lebaran.
Setelah bersukaria pasca bertemu, silaturahmi dengan keluarga, anjang sana sini dengan seluruh keluarga besar dan handai taulan saat mudik lebarah, tibalah saatnya untuk 'kembali ke dunia' kita masing-masing. Kembali ke rumah, tempat tinggal dan aktivitas serta bersiap untuk memulai segala rutinitas, kesibukan kerja yang sempat berhenti paling tidak selama seminggu terakhir menjelang lebaran.
Disinilah, segala beban, suka cita, keriangan yang sempat membuat kita terasa lebih ringan tanpa terasa rasanya menjadi berbalik 180 derajat. Pusing, kebingungan, kesal bercampur uring-uringan mengantikan sukacita yang kita rasakan.
Hal yang biasa ditemui pasca lebaran dan mudik yang membuat pusing tujuh keliling yaitu perihal Asiten Rumah Tangga(ART). Saya banyak mendengar cerita dari teman dan saudara. Bermacam-macam alasan yang dikemukakan.
"Maaf, Bu. Saya diminta anak saya untuk dirumah saja. Anak-anak sudah bekerja, jadi saya istirahat saja di rumah." atau alasan " Bu, saya mau dirumah lebih lama lagi," ada lagi yang menyampaikan alasan "Terlalu jauh, saya mau cari kerjaan yang deat rumah saja, biar kalau pulang lebih dekat," dan banyak lagi alasan yang disampaikan ART.
Yang membuat uring-uringan para ibu, biasanya Si Mbak minta ijin untuk keluar dari kerjaan itu mendadak. Nggak bilang atau rasan-rasan saat diajak mudik. Jadi sepertinya memang segaja bilang mendadak. Kalau bilangnya sejak mau mudik masih lumayan, karena kita bisa mencari ART saat mudik di desa, sekalian silaturahmi juga bisa tanya-tanya ada yang mau ikut nggak. Lha  kalau bilang saat mau diajak balik gimana nggak pusing?
Apalagi kalau sebuah keluarga, suami istri bekerja dan mempunyai anak kecil, batita bahkan bayi. Selama ini jelas tergantung kepada jasa ART. Mau tidak mau harus mempunyai ART untuk mengurus anaknya.
Berdasar berbagai pengalaman, sebenarnya tidak semua ART benar-benar ingin keluar dari pekerjaan mereka. Apalagi kalau honornya relatif lebih besar di bandingkan honor ART pada umumnya.