foto : nahimunkar.com
Orang mengenal Front Pembela Islam (FPI) , sebuah organisasi massa Islam bergaris keras . FPI selama ini lebih dikenal dengan tidakan-tindakan keras, cenderung anarkis dan tidak mengundang simpati . Tidak jarang ormas yang memiliki beberapa kelompok internal seperti Laskar Pembela Islam ini melakukan tindakan yang melebihi kepolisian, Satpol PP yang berwenang dalam menegakan aturan dan ketertiban. Aksi yang menurut mereka adalah aksi penertiban (sweeping) kerap kita jumpai saat menjelang ramadhan dan di bulan ramadhan. Biasanya mereka melakukan sweeping di tempat hiburan, maupun toko yang menjual miras.
Dengan dalih menegakkan syariat agama, sudah hal yang biasa jika mereka menganggap sah saja untuk melakukan tindakan yang terkadang di luar batas kewajaran.
Diakui atau tidak, ada masyarakat yang selama ini resah, marah atas sikap dan tindakan FPI yang cenderung sewenang-wenang dan merasa paling benar. Tetapi kemarahan masyarakat hanya bisa di salurkan lewat gerutuan, makian, cacian karena lebih banyak yang merasa jerih atas kenekatan FPI tersebut. Atau tidak mau repot-repot berurusan . Tak banyak yang berani melaporkan tindakan FPI meskipun dirugikan secara mental dan material. Akibatnya tindakan ormas tersebut semakin tak terbendung.
Tetapi yang mengejutkan, Senin (9/5/2016) kemarin, seorang siswi SMA di Sragen Jawa Tengah, sebut saja IJ (16 tahun) berani melaporkan FPI ke Polres Sragen. IJ, remaja yang baru lulus SMA itu merasa telah di hina anggota FPI karena ia disebut lonte ( maaf) atau sebutan di Jawa untuk pekerja seks komersial.
Lontaran kalimat tidak pantas yang diucapkan oleh anggota FPI terjadi tatkala para siswa SMA merayakan kelulusan setelah pengumuman Ujian Nasional (UN) yang dilakukan di Alun-Alun Sasana Langen Putra Sragen, Sabtu (7/5/2016) sore (solopos.com)
IJ sedang berfoto selfie dengan teman-temannya, kemudian salah satu anggota FPI yang bersorban dan bertongkat melontarkan kalimat,” Kamu ngapain di sini nak? Pulang saja! Kamu di sini mau jadi apa? Mau jadi l***e?”
Tidak terima, IJ dengan berani menghadapi orang yang mengatakan kalimat tidka pantas tersebut, :”Bapak ini siapa? Bapak presiden? Apa maksud bapak mengatakan itu kepada saya? Bapak tidak pantas mengatakan itu pada saya.”
Tidak mendapatkan jawaban, IJ malah sempat didorong-dorong, kemudian dipisahkan oleh teman IJ.
Anggota FPI tersebut juga sempat marah –marah dengan mengatakan kalau anak yang ikut perayaan tersebut telah di rusak oleh pemerintah dan penyelanggaran kegiatan itu kurang ajar.
FPI telah bertindak sembrono, menilai apa yang dia lihat dengan kacamatanya sendiri. Mereka merasa kegiatan perayaan kelulusan tidak ada manfaatnya. Padahal kegiatan perayaan kelulusan dimaksudkan untuk pembuatan video klip salah satu album kompilasi dari musisi lokal Sragen yang prakarsai Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora).