Konstelasi politik di DKI Jakarta terus bergulir. Semua mata tertuju kepada  Ahok, sang gubernur yang sejak tahun lalu menjadi bintang utama yang menjadi sorotan.
Ibarat dalam dunia  wayang orang, adegan goro-goro sudah mulai  dijalankan manakala semua sepak terjang Ahok di amati dan menuai banyak tanggapan.  Parpol saling menunggu  dan bersiap, memberikan dukungan atau menantangnya. Suasana semakin panas ketika ia menyatakan akan maju melalui  jalur independen dan telah mendapatkan dukungan dari Teman Ahok.
Gonjang –ganjing mereda? Tidak, justru semakin gayeng (ramai).  Sehingga Ahok terus digoyang dengan beragam masalah. Ahok  dipaksa untuk mengeluaran energy untuk memikirkan soal reklamasi, RS Sumber Waras dan kebijakan lain yang diambilnya. Semua  langkah Ahok menjadi sorotan semua orang.
Saat dukungan KTP yang dikumpulkan Teman Ahok  hampir mencapai target yaitu hampir sejuta KTP, hadangan besar muncul di depan Ahok. Kali ini cukup membuat hati meradang manakala ada peraturan  KPU tentang  verifikasi faktual pendukung Ahok. Dus, bisa dibayangkan dengan verifikasi factual mengunakan sensus tentu membuat pusing tujuh keliling dan rasanya sulit dilakukan apalagi dengan waktu terbatas.
Teman Ahok Terbelah
Dengan perkembangan politik yang ‘tidak menguntungkan’ pilihan Ahok dalam Pilgub nanti, mau tidak mau Teman Ahok harus berpikir ulang dan menyusun strategi lainnya.
Secara logika, jalan Teman Ahok mengusung Ahok  tidak akan mulus bahkan terancam kandas jika dengan verifikasi faktual, itupun entah barangkali akan ada peraturan lain yang akan menghadang Ahok di  belakangan hari.
Dan KPU berhasil membelah dukungan bulat Teman Ahok  karena akhirnya Teman Ahok terpecah.  Seperti yang disampaikan  I Gusti Putu Artha, salah satu anggota Teman Ahok,  saat ini sesama koleganya mulai memiliki sikap yang berbeda terkait jalur yang mesti dipilih Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dalam menghadapi Pilgub DKI 2017.(kompas.com). Bahwa saat ini faktanya Teman Ahok mulai terpecah  dengan dua pendapat. Yaitu antara tetap sesuai dengan komitmen pertama mengusung Ahok lewat jalur independen dan bersikap pasrah, pragmatis tidak mempermasalahkan jika Ahok terus maju  dengan diusung parpol. Teman Ahok yang tetap konsisten dengan komitmen awal bahkan mengancam akan meninggalkan Ahok jika tetap luluh dalam rayuan parpol.
Dus, melihat mulai terbelahnya Teman Ahok, tentu saja yang  paling pusing adalah Ahok. Seperti buah simalakama, kalau tetap lewat jalur independen akan banyak sekali kerepotan yang dialami Ahok bahkan bisa jadi dia gagal melaju karena tidak bisa lolos dari aturan tehnis. Sementara itu, jika ia memilih lewat Parpol yang telah bersedia mendukungnya (paling tidak Hanura, Nasdem dan Golkar belakangan mendukung) , ia bisa melaju dengan lebih mudah. Apalagi jika menerima  ‘  pinangan’ PDIP yang mulai melempar isyarat menginginkannya  dan kelihatan masih penasaran dan menunggu anggukan kepala Ahok.
Heru Kunci Pilihan Politik Ahok
Kunci untuk membuat kepala Ahok tidak pusing lagi dan ia bisa segera memutuskan pilihan politiknya adalah Heru  Budi Hartono (bakal calon wagub pilihan Ahok) . Kepala Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah DKI Jakarta ini menjadi kunci agar Ahok bisa lepas dari rasa tidak enak karena mengingkari perjuangan Teman Ahok. Jika Heru legowo(rela) mundur , mau tidak mau Ahok tidak punya pasangan sehingga dukungan KTP yang dikumpulkan Teman Ahok akan sia-sia  atau Teman Ahok harus mencarikan calon wagub yang akan mendampingi Ahok maju .  Konsekwensinya mereka harus mengulang untuk mengumpulkan KTP lagi dari awal.