Mohon tunggu...
Suci Handayani Harjono
Suci Handayani Harjono Mohon Tunggu... penulis dan peneliti -

Ibu dengan 3 anak, suka menulis, sesekali meneliti dan fasilitasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Cara Ibu Desa Rambai Sumsel Lestarikan Pangan Lokal

26 September 2015   21:55 Diperbarui: 26 September 2015   21:55 491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Kalau semua beli, sayang uangnya," tutur Ibu A, seorang perempuan dari Desa Rambai, Kecamatan Pangkalan Lampam, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Provinsi Sumatera Selatan.

Tangannya sibuk memeras singkong yang telah di parut/dihaluskan di atas sehelai kain blacu. Putaran tanganya kuat hingga tetes-tetes air dari singkong tak bersisa lagi. Beberapa kali ia mengupas peluh di dahinya dengan ujung lengan baju.

Bukan pekerjaan yang ringan meskipun saat memarut singkong dibantu dengan mesin. Ya, alat bantu mesin pemarut cukup meringankan beban ibu A. Ia tinggal memeras untuk menghabiskan air dari singkong dan setelah itu menjemurnya.

Proses memeras parutan singkong membutuhkan kesabaran dan waktu lama

Proses pembuatannya membutuhkan ketelatenan. Singkong di kupas sampi bersih, kemudian di masukkan air sambil di bersihkan.  Setelah singkong dibersihkan kemudian di tiriskan hingga air tidak lagi menetes. Proses berikutnya singkong satu persatu di masukkan ke dalam mesin pemarut singkong. Setelah itu parutan singkong di peras diatas sehelai kain. Proses pemerasan harus sampai kering agar rasa tepung tidak langu(tidak enak). Agar tepung tidka mengumpal, adonan singkong tersebut harus di tekan-tekan di sebuah alas yang berlubang-lubang seperti saringan tetapi besar. Baru kemudian di jemur sampai kering.

Singkong parut di peras sampai airnya kering

Selain membuat tepung singkong, ibu-ibu tersebut biasa membuat kerupuk dari singkong. Proses pembuatan  hampir sama, setelah singkong di parut dan airnya di hilangkan, kemudian adonan diuleni/dicampur dengan bumbu-bumbu dan pewarna makanan sesuai selera. Kemudian di masukkan ke dalam kulkas agar adonan lebih mengental sehingga tidak pecah/hancur saat diiris. Biasanya semalaman.  Baru keesokan harinya di iris tipis kemudian di jemur.

 

Kerupuk dari singkong, gurih, enak, halal, dan puas karena buatan sendiri.

 

Ibu A, tidak sendirian, sebagian besar ibu-ibu di desa Rambai melakukan hal yang sama. Membuat tepung dari singkong. Mereka sudah terbiasa membuatnya, selain irit, higienis juga memanfaatkan singkong tanaman sendiri yang berbuat lebat di kebun. Ibu-ibu meneruskan apa yang dilakukan orangtua mereka, tidak tergantung kepada tepung buatan pabrik. Mereka justru mengandalkan buatan tangan sendiri, produksi mereka sendiri hasil bertanam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun