Mohon tunggu...
Suci Handayani Harjono
Suci Handayani Harjono Mohon Tunggu... penulis dan peneliti -

Ibu dengan 3 anak, suka menulis, sesekali meneliti dan fasilitasi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Berkutat dengan Bau dan Ribuan Lalat Demi Menyambung Hidup

6 Maret 2015   22:13 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:04 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tempat Pembuangan Akhir (TPA) biasanya kumuh, kotor, berbau dan rentan terhadap penyakit. Tak banyak orang yang mau dekat-dekat apalagi segaja melakukan aktivitas di sekitar TPA. Tetapi hal itu tidak berlaku bagi  ratusan pemulung   di TPA Putri Cempo Solo, yang  mengantungkan hidupnya dari sampah. Pemulung yang sebagian besar perempuan tersebut, sejak  pagi buta selepas subuh sudah mengais sampah, memisahkan berbagai jenis sampah demi kebutuhan yang tidak bisa di tunda.

[caption id="attachment_354270" align="aligncenter" width="560" caption="Selepas subuh, ratusan pemulung mengais rejeki dari sampah yang mengunung (dok. Suci)"][/caption]

TPA Putri Cempo berada di Kampung Jatirejo Kelurahan Mojosongo Kec Jebres, Solo, sekitar 5 km dari pusat kota. TPA yang dibangun sejka atahun 1987 itu seluas  17  hektare. Tidak ada yang  tahu pasti asal usul nama TPA Putri Cempo. nama tersebut tersebar dari mulut ke mulut, karena di kawasan itu terdapat petilasan Putri Cempo, putri dari kerajaaan Majapahit.  Selain tempat pembuangan sampah, di kawasan tersebut juga terdapat IPLT (instalansi pengolahan lumpur dan tinja) seluas 2 hektare, petilasan Putri Cempo 1 hektare dan sisanya 13 hektare untuk pembuangan sampah yang diperkirakan 22 ton-300 ton perhari. Proses pembuangan sampah dengan cara tradsional yaitu dibuang, dipadatakan dan ditutup. Sampai saat ini belum ada pengolahan sampah di Kota  Solo.

Selain   pemulung, sapi-sapi juga mengantungkan hidup dari tumpukan sampah yang setiap beberapa menit sekali datang dari truk-truk DKP. Para pemulung  'rela' berebut dengan sapai-sapi untuk tetap mendapatkan sampah yang bisa dijual. Sapi mengambil sampah organik sisa makanan dan tercampur dengan sampah palstik, pemulung mencari sampah lainnya.

[caption id="attachment_354271" align="aligncenter" width="560" caption="Pemandangan yang biasa saat pemulung dan sapi menunggu sampah dari truk DKP (dok.Suci)"]

1425628231732494955
1425628231732494955
[/caption]

Pemulung dan lebih dari seribu ekor sapi milik warga sekitar tidak terlalu memperhatikan alat berat yang cukup berbahaya. beberapa kali ada kejadian sapi terluka bahkan mati saat tertimpa buldozer.

[caption id="attachment_354274" align="aligncenter" width="560" caption="Alat berat cukup membahayakan, bila tidak waspada, nyawa taruhannya (dok. Suci)"]

14256283901130741720
14256283901130741720
[/caption]

Di sekitar TPA Putri Cempo ada pemukiman penduduk. Sejak puluhan tahun, mereka jadi terbiasa  dengan sampah di TPA. Meskipun kalau musim hujan terkadang banjir datang karena selokan tertutup smapah, mereka tidak berniat pindah dari rumah leluluhurnya. Ancaman penyakit dari sampah juga sudah menjadi hal yang biasa.  Bahkan terkadang alat berat rusak, sampah dibawah belum sempat diambil ke atas, tumpukan sampah biasa menutupi jalan rumah warga.

[caption id="attachment_354280" align="aligncenter" width="560" caption="Salah satu rumah warga yang persis di dekat TPA Putri Cempo (dok. Suci)"]

14256285851544620224
14256285851544620224
[/caption]

Sebagian penduduk Jatirejo bekerja sebagai pemulung, selain buruh dan pekerjaan lainnya. Puluhan yang lain mempunyai usaha sebagai pengepul sampah dan barang bekas. Omset pengepul lumayan, dari jutaan rupiah (pengepul kecil) sampai puluhan juta rupiah.

[caption id="attachment_354284" align="aligncenter" width="560" caption="Sebagian penduduk menjadi pengepul sampah dan barang bekas di rumah yang mereka tinggali (dok. Suci)"]

1425628754854847607
1425628754854847607
[/caption]

Dari sampah inilah, pemulung dan pengepul mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari, menyekolahkan anak-anak, menabung dan memperbaiki rumah. Bekas tapi berkah, bau tapi membantu, demikian kata-kata manis yang mampu menjadi penyemangat ratusan pemulung ditengah-tengah bau yang menguar dan ribuan lalat yang berpesta pora. Selalu ada rejeki dimanapun, asal selalu berusaha. Sungguh semangat yang luar biasa.***

mm

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun