Mohon tunggu...
Suci Handayani Harjono
Suci Handayani Harjono Mohon Tunggu... penulis dan peneliti -

Ibu dengan 3 anak, suka menulis, sesekali meneliti dan fasilitasi

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Parpol dan Manuver Politik 'Asal Bukan Ahok'

26 Juni 2016   08:43 Diperbarui: 26 Juni 2016   09:17 2437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tambah bulan mendekati Pilgub DKI Jakarta 2017, petahanan Gubernur  Basuki Tjahaja Purnama  (Ahok) terus menerus 'di goyang' baik dari dalam maupun dari luar.

Setelah  soal tudingan korupsi  RS Sumber Waras tidak berhasil menjatuhkan Ahok, goyangan dari dalam di hantamkan. Rupanya ‘goyangan’ dari luar sulit untuk menjatuhkan kans Ahok untuk tetap melaju sehingga dirasa perlu ‘goncangan’ dari dalam sendiri. Biasanya  justru  goncangan dari dalam itu lebih sulit untuk dideteksi, rumit. Sementara kalau dari luar lebih kelihatan dan jelas lawan politiknya.

Goncangan dari dalam tersebut, dilakukan sejumlah mantan relawan TA. Mereka telah sukses berkoar di media tentang pengumpulan KTP yang ingin mendorong opini public bahwa pengumpulan KTP TA adalah abal-abal. ‘testimoni’ para mantan TA tersebut jelas bertujuan untuk membuat langkah Ahok berat menuju DKI Jakarta.

Selain  isu KTP abal-abal,  Isu aliran dana 30 M dari pengusaha  yang selama ini menyokong operasional Teman Ahok (TA) bak gelinding bola yang  terus berjalan, menambah goyangan yang menghantam Ahok dari dalam.

Meskipun sudah berulangkali dibantah oleh TA, toh isu dana milyaran tersebut masih terus dipertanyakan karena sampai sekarang TA masih harus membuktikan dengan melakukan audit terhadap aliran dana itu.

Dilihat dari dinamika  jelang pilgub DKI Jakarta, tampaknya parpol yang paling kencang dan tidak pernah putus asa adalah PDIP.  Ironis, parpol yang dulu menjadi kendaraan politik Jokowi-Ahok saat maju menjadi Gubernur DKI Jakarta periode lalu, berbalik menyerang Ahok secara bertubi-tubi, hanya karena Ahok ogah maju lewat jalur parpol.

Jika dicermati,  lawan politik Ahok sekarang lebih membabi buta. Berbagi serangan terhadap Ahok semakin  jelas   terlihat bahwa satu tujuannya adalah Asal Bukan Ahok (ABA) menjadi gubernur DKI Jakarta.

Kemungkinan besar, semakin hari akan semakin terlihat jelas kampanye ABA ini dan bahkan akan semakin besar bergulir. Tidak hanya satu parpol besar yang akan terus mengoreng-nya, tetapi parpol selain Nasden, Hanura, Golkar yang telah mendukung Ahok, akan semakin solid untuk mengkampayekan ABA tersebut.

Bahkan tidak akan pernah  melihat dan mengakui secara obyektif kerja-kerja dan prestasi Ahok membawa perubahan di DKI Jakarta, tetapi  asal hantam saja . Karena ini soal kalah dan menang di Pilgub 2017 nanti. Wusssss, etika politik tidak ada diperhatikan lagi.

Manuver politik mereka akan semakin mengerikan selama Ahok belum mengambil  sikap maju sebagai gubernur DKI Jakarta melalui jalur parpol.

Sejauh ini Ahok dan TA masih bisa bertahan menghadapi serangan yang tak ada hentinya. Tetapi ke depan, waktulah yang akan membuktikan apakah Ahok dan TA tahan uji atau harus menyerah.

Itu sih menurut saya hehe. **

_Solo, 26 Juni 2016_

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun