Mohon tunggu...
Suci Handayani Harjono
Suci Handayani Harjono Mohon Tunggu... penulis dan peneliti -

Ibu dengan 3 anak, suka menulis, sesekali meneliti dan fasilitasi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Trik Agar Asisten RT Kembali Selepas Mudik

24 Juli 2015   21:10 Diperbarui: 24 Juli 2015   21:10 814
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Gimana ya Mbak, saya pusing nich. Anak masih kecil, Si MBak baru telepon kalau nggak bisa ikut pulang ke Bogor."

Wajah kesal sepupu saya tak berusaha ia sembunyikan. Tangannya tampak jengkel sambil mengaduk nasi lumat untuk anaknya yang berusia 8 bulan.

"Padahal untuk ukuran kerjaanya, saya sudah memberikan yang lebih baik dibandingkan dengan tetangga. Dia dibantu satu ART juga. Nggak terlalu capek," tambahnya lagi.

Saya menatap prihatin, terus terang saya belum mengalami hal yang sama, selama ini (13 tahun mengunakan jasanya) ART saya selalu ikut pulang ke rumah pasca lebaran.

Setelah bersukaria pasca bertemu, silaturahmi dengan keluarga, anjang sana sini dengan seluruh keluarga besar dan handai taulan saat mudik lebarah, tibalah saatnya untuk 'kembali ke dunia' kita masing-masing. Kembali ke rumah, tempat tinggal dan aktivitas serta bersiap untuk memulai segala rutinitas, kesibukan kerja yang sempat  berhenti paling tidak selama seminggu terakhir menjelang lebaran.

Disinilah, segala beban, suka cita, keriangan yang sempat membuat kita terasa lebih ringan tanpa terasa rasanya menjadi  berbalik 180 derajat. Pusing, kebingungan, kesal bercampur uring-uringan mengantikan sukacita yang kita rasakan.

Hal yang biasa ditemui pasca lebaran dan mudik yang membuat pusing tujuh keliling yaitu perihal Asiten Rumah Tangga(ART).  Saya banyak mendengar cerita dari teman dan saudara. Bermacam-macam alasan yang dikemukakan.

"Maaf, Bu. Saya diminta anak saya untuk dirumah saja. Anak-anak sudah bekerja, jadi saya istirahat saja di rumah." atau alasan " Bu, saya mau dirumah lebih lama lagi," ada lagi yang menyampaikan alasan "Terlalu jauh, saya mau cari kerjaan yang deat rumah saja, biar kalau pulang lebih dekat," dan banyak lagi alasan yang disampaikan ART.

Yang membuat uring-uringan para ibu, biasanya Si Mbak minta ijin untuk keluar dari kerjaan itu mendadak. Nggak bilang atau rasan-rasan saat diajak mudik. Jadi sepertinya memang segaja bilang mendadak.  Kalau bilangnya sejak mau mudik masih lumayan, karena kita bisa mencari ART saat mudik di desa, sekalian silaturahmi juga bisa tanya-tanya ada yang mau ikut nggak. Lha   kalau bilang saat mau diajak balik gimana nggak pusing?

Apalagi kalau sebuah keluarga, suami istri bekerja dan  mempunyai anak kecil, batita bahkan bayi. Selama ini jelas tergantung kepada jasa ART. Mau tidak mau harus mempunyai ART untuk mengurus anaknya.

Berdasar berbagai pengalaman, sebenarnya tidak semua ART benar-benar ingin keluar dari pekerjaan mereka. Apalagi kalau honornya relatif lebih besar di bandingkan honor ART pada umumnya.

Untuk itu, para ibu meskipun pusing dan kesal, seyogyanya tidak perlu terburu-buru untuk memutuskan mencari penganti ART. Bisa juga itu hanya trik dari ART. Sehingga para ibu tidak ada salahnya memperhatikan hal berikut ini:

Pertama, ART segaja tidak mau ikut balik dengan berbagai alasan. Bukan karena ia serius ingin berhenti tetapi itu boleh jadi adalah trik untuk minta kenaikan gaji. Ia tahu betul, majikannya sangat membutuhkan jasanya dan kesulitan untuk mencari ART penganti dalam waktu yang singkat. Untuk itu para ibu mesti tahu dan intropeksi diri, kalau memang ART lama tidak ada kenaikan gaji ya pikirkan hal tsb. Berikan kenaikan gaji dan tawarkan kepada ART tersebut. Mudah-mudahan ia mau balik kembali.

Kedua, Kemungkinan besar ART memang ingin pindah kerja karena ada tawaran dari pihak lain yang lebih mengiurkan.  Untuk itu, tidak ada salahnya mencari informasi ke keluarga ART ybs tentang kemungkinan tersebut. Dan jangan lupa sampaikan kepada kelurganya kalau ia memang masih mengharapkan jasa ART tsb dan berharap ART tsb mau mempertimbangkan rencana untuik pindah kerja. Puji kerja ART tersebut dan jangan sungkan mengatakan kalau jasanya sangat besar bagi keluarga.  Bagi  orang Jawa (biasanya) merasa sungkan dan tidak enak hati saat dibombong dan butuhkan sekali tenaganya.

Ketiga, ART ingin menguji sejauhmana tenaganya benar-benar dibutuhkan. Kerja apapun memang butuh ada penghargaan dari atasannya, tak terkecuali jasa ART. Barangkali ini yang luput dari perhatian para ibu, karena menganggap penghargaan sudah diberikan dalam bentuk honor sekian rupiah. Terkadang para ibu lalai bahwa ARt juga butuh pujian dan penghargaan khusus paling tidak perhatian sebagai bentuk tulusnya penghargaan dari keluarga majikan. Untuk itu jangan ragu-ragu untuk meminta secara khusus dan secara langsung  agar ART tersebut  bersedia balik bersama. Berikan pujian dan rasa terimakasih yang tulus atas jasa-jasanya selama ini.

Oya, yang terkadang lalai  diperhatikan juga, sebaiknya ART juga dianggap sebagai bagian dari keluarga sendiri. Siapapun  dan dari manapun asalnya, dia orang yang selama ini membantu meringankan beban pekerjaan di rumah tangga. Bahkan banyak yang justru tergantung kepada ART. Untuk itu akan lebih baik jika bukan menganggap dia sebagai orang lain. Menjadikannya bagian dari keluarga kita, akan mengikat hati dan jiwa raga ART sehingga ia tidak akan mudah berpaling dari 'keluarga'.

Menjadikannya bagian dari keluarga tentu saja harus memperlakukannya sebagai keluarga sendiri dengan tetap memberikan haknya sebagaimana mestinya.***

 

_Solo, 24 Juli 2015_

 

 

   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun