Mohon tunggu...
Suci Handayani Harjono
Suci Handayani Harjono Mohon Tunggu... penulis dan peneliti -

Ibu dengan 3 anak, suka menulis, sesekali meneliti dan fasilitasi

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Dampak Gunung Kelud : Hujan Abu dan Suara Seperti Geledek Masih Terdengar

14 Februari 2014   09:39 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:50 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini, sekitar pukul 09. 20 menit , suara Gunung Kelud masih terdengar,  seperti suara  geledek saat hujan. Setidaknya sudah tiga kali suara tersebut terdengar, sama seperti tadi malam. Dan saat ini hujan abu masih saja turun dengan cukup deras, padahal sejak saya bangun pukul 04.30 tadi subuh hujan abu sudah turun. Di luar rumah debu tebal menempel di genteng ,  jalanan, pohon, daun-daunan, mobil yang diparkir di luar rumah. Saya mencoba membersihkan debu di jalan, saya perkirakan sudah setebal 4 cm. Awan gelap menyelimuti , dengan udara dingin yang menerpa ditambah suara seperti geledek membuat kami enggan keluar rumah. Tadi pagi suami sempat mengantar anak ke sekolah, tetapi ternyata sekolah diliburkan dan semua sekolah di Solo memang hari ini libur.

Tadi malam, Kamis 13 Februari 2014 ,  hampir  pukul 22.30, saat saya dan suami masih menyaksikan tayangan stand up commedy-nya Kompas Tv,  mendadak anak bungsu kami yang berusia 4 tahun terbangun mendadak. Tidak seperti biasanya si bungsu membuka mata dan langsung duduk. Karena kalaupun toh trebangun paling hanya mnegeliat dan terus tidur lagi. Tetapi malam tadi, si kecil langsung bangun dan bicara-bicara dengan tidak jelas. Saya agak cemas karena beberapa bulan yang lalu anak saya terserang kejang demam sampai harus opname di RS. Secara reflek , saya pegangi badan anak saya dan cukup lega karena tidak panas.  Suami saya bilang anak saya nglindur. Tetapi saat saya tidurkan lagi, tidak mau tidur bahkan malah bangun dan   baru tidur lagi sekitar sepuluh menit kemudian.  Saat saya dan suami kembali melihat tayangan Tv, tiba-tiba saya mendengar suara-suara seperti geledek saat hujan. Spontan saya bilang sama suami saya," Suara apa itu, mas?" Dan kami segera keluar rumah karena mendengar di luar rumah sudah ramai. Suara kentongan juga dipukul bertalu-talu memberikan pertanda warga harus waspada, dan suara kentongan tersebut mambuat hampir semua warga di komplek kami terbangun dan keluar rumah dengan sikap waspada. Di luar rumah, kami masih mendengar suara seperti geledek dan beberapa pintu garasi yang terbuat dari alumunium (rolling door) terlihat bergetar.  dalam hati saya hanya bisa berucap istifahar dan berdoa tidak akan ada dampak yang lebih besar lagi. Kami semakin waspada karena anak-anak masih terlelap tidur, sementara  beberapa kali suara seperti geledek masih terdengar.

Sungguh dasyat getaran yang kami rasakan, melebihi saat gempa gunung Merapi beberapa waktu yang lalu. Dampak debu sudah berjam-jam juga masih saja keluar dengan cukup banyak. Meskipun kami belum merasakan nafas sesak dan mata pedih ,  tetapi  semua rumah sudah sangat kotor dan ngeres dengan debu, padahal saya sudah berkali-kali membersihkan lantai rumah. Akhirnya, saat ini kami hanya menunggu keadaan lebih baik lagi dan berharap debu, suara seperti geledek dan dampak meletusnya gunung Kelud akan segera berakhir. Karena sampai tulisan ini selesai saya tulis pada pukul 09.36 menit, suara seperti geledek masih saja terdengar.**

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun