Pencitraan? Siapa sih yang tidak kenal dengan pencitraan.Pencitraan adalah suatu kegiatan
yang di lakukan oleh calon kandidat sebelum dilaksanakannya sebuah pemilu, tujuannya
adalah untuk persaingan dengan paslon lain dan tentunya juga untuk mendapatkan dukungan
suara dari masyarakat.Pencitraan dalam politik menjadi hal yang sangat penting untuk di
lakukan oleh para kandidat, apalagi dengan melihat perkembang zaman dan teknologi yang
semakin canggih saat ini, sangat mudah untuk para kandidat melakukan sebuah pencitraan,
karena dengan melakukan pencitraan melalui internet sangat besar peluang bagi mereka
untuk mendapatkan suara terbanyak apalagi di kalangan anak muda, karena seperti yang
sudah kita ketahui tidak hanya di kalangan anak muda yang mengakses internet tetapi, para
orang tua juga sudah banyak sekali menggunakan internet dan memanfaatkan internet sebagai
media informasi.Dengan begitu sangat besar peluang bagi para calon kandidat melakukan
pencitraan melalui media internet.Ketika seorang kandidat melakukan pencitraan melalui
internet mereka tentunya sangat berusaha menunjukkan citra yang positif, menarik perhatian
dan menyampaikan visi dan misi mereka melalui media internet.Namun, setelah pemilu
selesai, sering kali terjadi permasalahan antara citra yang di bangun selama kampanye dan
kenyataan yang dihadapi setelah terpilih.Permasalahan ini menjadi penting untuk di bongkar
dan di selesaikan, karena dapat mempengaruhi kepercayaan publik terhadap sistem
demokrasi politik.
Pencitraan politik biasanya melakukan berbagai strategi komunikasi yang sudah dirancang
untuk menghasilkan kesan positif terhadap kandidat.Para kandidat menunjukkan citranya
tidak hanya di internet saja tetapi mereka ada yang langsung terjun kelapangan untuk
berinteraksi langsung dengan masyarakat, menyampaikan visi dan misi, membagi-bagikan
sembako dan juga mendengarkan keluh dan kesah dari masyarakat yang mereka kunjungi.
Misalnya seorang kepala daerah yang terjun kelapangan untuk berinteraksi langsung dengan
masyarakat di sana mereka mendengarkan keluh kesah dari masyarakat salah satunya
masyarakat tersebut ingin memperbaiki infrastruktur, mendapatkan bantuan modal usaha dan
masih banyak kebutuhan yang lainnya.Setelah mengetahui keluh dan kesah dari masyarakat
yang di kunjungi maka di situlah calon kepala daerah memberikan janji-janji yang akan
membantu masyarakat dalam menangani masalah-masalah yang terjadi jika nanti mereka
sudah duduk menjadi kepala daerah, itu semua terkadang hanya bertujuan untuk
menunjukkan bahwa mereka sosok yang sangat peduli dan dekat dengan rakyat.Namun,
sering kali tindakan ini hanya merupakan bagian dari kampanye yang direncanakan untuk
menarik perhatian pemilih, bukan refleksi dari komitmen jangka panjang terhadap
masyarakat.
Setelah pemilu usai , kekecewaan sering kali muncul di kalangan pemilih karena sering kali
kenyataan tidak sesuai dengan harapan yang di bangun selama kampanye.Kandidat yang
sebelumnya menjanjikan perbaikan infrastruktur, memberikan modal usaha, dan bantuan-
bantuan lainnya sering kali menghadapi tantangan yang lebih besar dari pada yang di
pikirkan.Keterbatasan anggaran, tidak lancarnya komunikasi politik eksekutif dan legislatif,
tidak sejalanya program nasional dan program pemerintahan daerah yang dapat menghambat kemampuan mereka untuk memenuhi janji-janji tersebut.Tidak mampunya untuk menepatkan
janji-janji ketika berkampanye, ini dapat menyebabkan penurunan kepercayaan publik
terhadap kandidat dan sistem politik secara keseluruhan.
Contoh nyata dari kejadian ini dapat di lihat pada beberapa partai politik di indonesia yang
mengklaim sebagai partai anti-korupsi tetapi kenyataan yang ada di lapangan, individu kader
partai itu sendiri yang terlibat korupsi diberbagai sektor.Situasi ini menciptakan kesan bahwa
pencitraan hanyalah ilusi belaka.Pada akhirnya rakyat merasa dikhianati dan merasa di
bohongi dengan janji-janji ketika mereka berkampanye, pada kenyataannya itu semua
hanyalah omongan ketika berkampanye yang tidak ada bukti nyatanya.Hal ini dapat
menimbulkan rasa kecewa di kalangan pemilih.Ketika masyarakat merasa bahwa mereka
telah di tipu oleh kandidat yang hanya mengandalkan pencitraan tanpa adanya kerja nyata
dari janji tersebut, kepercayaan terhadap seluruh sistem politik dapat terancam dan
terguncang kan.
Dampak jangka panjang dari ilusi pencitraan ini juga sangat signifikan bagi kepercayaan
publik dalam proses demokrasi.Ketika masyarakat merasa dan menilai bahwa pencitraan
lebih penting dari pada kinerja nyata seorang kandidat, mereka cendrung menjadi tidak peduli
kepada semua kandidat.Hal ini dapat mengurangi partisipasi pemilih di masa depan dan
memperburuk rasa kepercayaan terhadap institusi politik.Jika pemilih terus-terusan menilai
dan melihat bahwa kandidat tidak memenuhi janji-janji dan tidak memberikan bukti nyata
terhadap janji yang mereka ucapkan kepada masyarakat tetapi hanya mengandalkan
pencitraan untuk mendapatkan dukungan suara, kemungkinan besar mereka mungkin tidak
mau lagi untuk memberikan suara pada pemilihan berikutnya.
Sangat penting bagi masyarakat untuk berpikir lebih cerdas dan krisis terhadap pencitraan
dalam politik.Pemilih harus mampu melihat, menilai dan membedakan antara citra yang
dibangun dan kinerja nyata dari kandidat.Ini termasuk melihat, menilai dan merekam
kebijakan yang mereka tawarkan.Masyarakat harus mengetahui dan menyadari bahwa
pencitraan bukanlah satu-satunya cara untuk memilih pemimpin.Mereka harus
mempertimbangkan visi-misi calon serta komitmen mereka terhadap nilai-nilai demokrasi
dan kepentingan rakyat.
Membongkar ilusi pencitraan adalah langkah penting dalam memperkuat demokrasi dan
meningkatkan kepercayaan publik terhadap kandidat.Setelah pemilu, tantangan bagi para
pemimpin adalah untuk memenuhi janji-janji mereka dan menunjukkan bahwa pencitraan
tidak hanya sekedar strategi kampanye, tetapi juga mencerminkan kinerja yang nyata untuk
membawa perubahan positif bagi masyarakat.Dalam konteks ini, baik politisi maupun
pemilih memiliki tanggung jawab untuk melampaui pencitraan semata, politisi harus
bertindak sesuai dengan janji mereka, sementara pemilih harus krisis dan cerdas dalam
menilai calon pemimpin mereka.
Hanya dengan cara ini kita dapat menciptakan sistem politik yang lebih transparan dan
bersih.Pencitraan seharusnya tidak menjadi alat manipulatif semata.Sebaliknya, ia harus
berfungsi sebagai cara untuk memenuhi harapan-harapan rakyat dan realitas pemerintah.Dengan demikian, kita bisa berharap untuk kedepannya akan terciptanya
lingkungan politik yang lebih sehat, dimana kepercayaan publik dapat di pulihkan dan
partisipasi masyarakat dalam proses demokrasi semakin meningkat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H