Mohon tunggu...
Suci Fitriyani
Suci Fitriyani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri Semarang

Saya merupakan mahasiswa S1 Ekonomi Pembangunan

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Harga Kebutuhan Pangan Melonjak Saat Ramdhan Hingga Menjelang Idul Fitri Mempengaruhi Perekonomian Indonesia

18 Maret 2024   23:26 Diperbarui: 19 Maret 2024   00:03 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Penulis : Suci Fitriyani, Eka Lestari, Zulfa Rosida Ramadhani

sucifitriyani822@gmail.com  , ekalestar02@gmail.com  , zulfarosida1@gmail.com 

Kebutuhan manusia atau masyarakat biasanya terbagi menjadi tiga kebutuhan yang pastinya mesti dipenuhi seperti kebutuhan primer, kebutuhan sekunder dan kebutuhan tersier. Pangan merupakan salah satu kebutuhan paling utama dari kebutuhan primer yang harus di penuhi demi keberlangsungan hidup manusia. Bahan pangan di negara kita ini biasana disebut dengan Sembako (sembilan bahan pokok) yang biasanya terdiri dari minyak goreng, gula pasir, daging sapi, beras, ayam, telur, susu, bawang merah dan putih, ikan dan garam (Ryan et.al, 2013). Bahan pangan yang dimana mudah untuk dapat ditemui dengan harga yang terjangkau pula demi pemenuhan gizi dalam tubuh manusia. Akan tetapi, bahan pangan tersebut sering sekali mengalami kenaikan pada harga yang sangat derastis bahkan terjadi kelangkaan. Kenaikan yang terjadi pada bahan pangan tersebut serng terjadi pada saat mendekati bulan suci ramadhan dan idul fitri (Rizaldy, 2017). Kenaikan yang terjadi pada bahan pangan berpengaruh kepada perekonomian masyarakat yang seringkali terjadi di Indonesia. Kenaikan  harga  pada bahan pangan pokok masyarakat menjelang datangya bulan ramadhan dan  Lebaran  merupakan suatu  fenomena yang terjadi terus berulang  yang  seolah  tidak dapat terhindarkan  bagi  masyarakat.

Kenaikan harga bahan pangan pada bulan Ramadhan sudah sering terjadi di Indonesia. kenaikan harga pangan tersebut mempengaruhi perekonomian masyarakat  Hal tersebut dikarenakan permintaan konsumen akan kebutuhan pokok terus meningkat menjelang bulan Ramadhan. Tahun ini kenaikan harga barang pokok cukup signifikan. Bahan pangan yang seringkali mengalami kenaikan harga adalah harga beras. Hal tersebut terjadi karena beberapa faktor. Pertama, Pemilu 2024 pada bulan februari kemarin mengakselerasi peningkatan beras bukan hanya dari Bansos, tetapi dari pembagian sembako kepada masyarakat oleh calon anggota legislatif (caleg). Faktor yang kedua, disebabkan oleh iklim dan juga El Nino, kondisi inilah yang mengakibatkan petani gagal panen hingga membuat angka produksi beras turun 1,4% year to year sehingga menyebabkan kelangkaan pasokan dipasar. Faktor yang ketiga, terjadinya kenaikan inflasi pada bulan Februari 2024. Badan Pusat Statistik mencatat, terjadinya inflasi pada bulan Februari sekitar 0,37% month to month.

Kenaikan harga pangan tidak hanya terjadi pada harga beras yang notabene merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia. Kenaikan harga beras ternyata diikuti oleh kenaikan harga berbagai komoditas lain yang terjadi di pasar. Seperti harga minyak goreng, gula, telur, cabai, bawang merah dan juga putih, hingga daging sapi pun ikut melonjak harganya. Serta faktor berikutnya yaitu adanya ulah dari tengkulak dan spekulan yang menyimpan stok dengan tujuan untuk meraup keuntungan jauh lebih besar. Perkembangan dan dinamika yang terjadi terhadap perubahan pada harga komoditi pangan utama seperti ternak yaitu daging sapi, telur dan ayam akan selalu mengalami kenaikan dalam proses jual beli apalagi sudah mendekati ataupun menjelang hari raya idul fitri, pastinya harga dari daging sapi, telur dan ayam mengalami kenaikan yang signifikan pada setiap tahun. Peningkatan yang terjadi pada daging sapi biasanya mencapai 10,71% pertahun dan mengalami peningkatan paling tinggi mencapai 17,52%. Selain itu, daging sapi juga mengalami kenaikan mencapai 1,04% apabila dirupiahkan menjadi Rp 135.310/kg, kemudian daging ayam juga mengalami kenaikan menjadi 1,17% dirupiahkan menjadi 37.050/kg, lalu telur ayam juga mengalami kenaikan menjadi 1,83% apabila dirupiahkan menjadi Rp 30.060/kg. Daging sapi kualitas I dan II mengalami kenaikan sebesar 0.47% dan 0.54%, sehingga harganya menjadi Rp 139.300/kg dan Rp 130.400/Kg. Sedangkan harga ayam ras segar mengalami penurunan harga sebesar 0.13% sehingga harga menjadi Rp 39.250/kg. Disisi lain harga telur ayam ras segar mengalami kenaikan sebesar 1.72% dimana harga menjadi Rp 32.550/kg. Berdasarkan Panel Harga Pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas),19 Februari 2024, harga rata-rata nasional dari daging sapi murni di tingkat eceran Rp 134.010 per kg. Harga itu lebih rendah dibandingkan harga rerata pada Februari 2023 yang sebesar Rp 134.290 per kg. Harga tersebut masih berada di harga acuan penjualan daging sapi di tingkat eceran yang ditentukan pemerintah sebesar Rp 130.000-Rp 140.000 kg.

Menurut data pusat informasi harga pangan strategis nasional (pihps nasional) yang dihitung berdasarkan periode perbandingan day of day (dtd) pada tanggal 15 maret 2024, rata-rata harga barang pokok di pasar tradisional mengalami peningkatan. Harga beras dari kualitas bawah sampai kualitas super mengalami peningkatan. Beras kualitas bawah I mengalami kenaikan sebesar 0.68% dimana harganya menjadi Rp 14.800/kg. Beras kualitas super I mengalami kenaikan sebesar 0.29% dimana harganya menjadi Rp 17.350/kg. Selain itu, harga beras premium mengalami kenaikan mencapai 0,62% apabila nominal tersebut dirupiahkan menjadi Rp 16.360/kg, harga beras medium juga mengalami kenaikan yang signifikan yaitu 0,91% dirupiahkan menjadi Rp 14.350/kg. Harga dari rata-rata nasional pada beras yang medium hingga bulan februari tahun 2024 sudah mencapai harga 14.380/kg dengan mengalami kenaikan 5,92% dibandingkan dengan bulan sebelumnya yaitu bulan januari tahun 2024. Kenaikan harga beras itu terjadi di 179 kabupaten/kota dan 20 persen di antaranya harga beras lebih tinggi dari harga rerata nasional.

Cabai yang merupakan komoditas sayuran yang cukup strategis, baik cabai merah maupun cabai rawit. Pada musim tertentu, kenaikan harga cabai cukup signifikan sehingga  memengaruhi  tingkat  inflasi.  Fluktuasi  harga  ini  terjadi  hampir  setiap tahun   dan   meresahkan   masyarakat,   tetapi   belum   ada   solusi   konkret   dari pemerintah  untuk  mengendalikan  lonjakan  harga  tersebut. Bahan dapur seperti bawang putih, bawang merah, dan cabai mengalami kenaikan pula. Bawang putih ukuran sedang mengalami kenaikan sebesar 3.38% dimana harganya menjadi Rp 42.850/kg. Bawang merah ukuran sedang mengalami kenaikan  1.09% dimana harganya menjadi 37,100%. Semua jenis cabai mengalami kenaikan harga, namun kenaikan yang paling tinggi adalah cabai rawit hijau, dimana mengalami kenaikan sebesar 8.73% sehingga harga menjadi Rp 57.900/kg. Harga dari bawang merah mengalami kenaikan yang lumayan dari harga normalnya dengan mengalami kenaikan sebesar 1,44% apabila dijadikan menjadi rupiah menjadi Rp 34.540/kg dan bawang putih juga mengalami kenaikan menjadi 0,83% kemudian dijadikan rupiah menjadi Rp 39.030/kg. Kemudian, kenaikan yang terjadi menurut rata-rata nasional cabai besar mencapai Rp 55.359/kg dengan presentase kenaikan sebesar 3,58% dibandingkan dengan bulan januari tahun 2024.

Untuk harga gula pasir juga mengalami kenaikan sebesar 0.54% untuk gula pasir jenis premium dan 0.56% untuk gula pasir lokal. Gula pasir juga mengalami kenaikan pada tingkat konsumsi menjadi 0,13% apabila dirupiahkan menjadi Rp 17.730/kg dan diikuti dengan kenaikan pada garam yang menglami kenaikan juga menjadi 0,17% dirupiahkan menjadi Rp 11.640/kg. Sedangkan untuk minyak goreng kemasan bermerk 1&2 harga tetap, akan tetapi minyak goreng curah mengalami kenaikan sebesar 0.61%. mengalami kenaikan yang lumayan juga baik pada kemasan sederhana mengalami kenaikan menjadi 1,43% apabila dirupiahkan menjadi Rp 17.70/liter, komoditi minyak goreng curah juga mengalami kenaikan menjadi 0,13% apabila dirupiahkan menjadi Rp15.410/liter. Selain itu, tepung juga mengalami kenaikan menjadi 2,56% apabila dirupiahkan menjadi Rp 10.830/kg dan kemudian koomoditi lainya seperti jagung juga mengalami kenaikan menjadi 3,08% dirupihakan menjadi Rp 9.040/kg. Meski begitu ada beberapa komoditas pangan pokok yang mengalami penurunan harga seperti cabai merah keriting turun 1,51% menjadi Rp 66.460/kg dan cabai rawit merah turun 2,66% menjadi Rp 62.930/kg. Kemudian, kenaikan juga terjadi pada bahan pokok lainya seperti minyak goreng Rp 17,691/liter mencapai presentase sebesar 1,25%, telur ayam ras Rp 30.118/kg mencapai presentase sebesar 1.09%, dan gula pasir Rp 17.655/kg mencapai presentase sebesar 1,5%.

Sejumlah komoditi harga pangan terus mengalami kenaikan secara bersama-sama sebelum ramadhan tahun 2024 baik itu pada pangan pokok yang alami kenaikan diantaranya beras, gula, bawang-bawangan hingga jagung. Kemudian, Harga pangan saat Ramadhan yang mengalami kenaikan yang dikhawatirkan akan mempengaruhi juga kenaikan harga pangan menjelang Hari Raya Idul Fitri sehingga sangat membebani masyarakat, terutama masyarakat menengah kebawah. Ketidakmampuan pemerintah mengantisipasi masalah tahunan ini seharusnya menjadi pembelajaran untuk memperbaikinya lagi, intervensi pemerintah sangat lah penting terutama dalam hal price control tujuannya menetapkan suatu harga maksimum yang bersifat selektif maupun universal. peran bank sentral sebagai aktor yang menerapkan fasilitas Diskonto sangat mempengaruhi agar kenaikan bahan pangan di bulan ramadhan tidak berlanjut kenaikan harga secara terus menerus hingga Hari Raya tiba.

Kenaikan yang terjadi pada kebutuhan pokok yang menjadi langganan masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan seperti sembako menjelang datangnya bulan ramadhan dan menjelang hari raya Idul fitri dipastikan memiliki faktor penyebab yang melatar belakanginya sehingga mengalami kenaikan yang drastis dan bahkan mengalami kelangkaan. Kenaikan yang terjadi pada harga kebutuhan pokok atau sembako pada pasar sering kali diakibatkan oleh banyaknya jumlah permintaan dari tahun ke tahun. Kenaikan yang terjadi pada jumlah permintaan apabila tidak terdapat perimbangan terhadap pasokan bahan pangan ataupun kebutuhan pokok yang terbatas menyebabkan harga naik. Kenaikan harga yang terjadi disesuiakan dengan hukum ekonomi dimana apabila penikatan terjadi pada permintaan akan mengakibatkan peningkatan terhadap harga suatu produk. Penyebab dari terjadinya harga yang naik derastis pada bahan pangan menjelang bulan ramadhan dan hari raya idul ditri diakibatkan hukum permintaan dan penawaran dengan lemahnya antisipasi pada kenaikan harga pada saat hari raya atau lebaran idul fitri dan harga yang naik menjadi akibat dari perekonomian yang buruk (siana, 2019). Selain itu, kenaikan harga yang tinggi juga dapat diakibatkan oleh faktor lainya yang mempengaruhi seperti bahan baku, proses, produksi, distribusi dan kebijakan perrkonomian pemerintah. Selama bulan ramadhan kecenderungan tingkat belanja di Indonesia malah terjadi peningkatan sebanyak 30% pada kelas bawah dan paa kelas menengah juga mengalami peningkatan juga sebanayak 16% (Wahyono, 2017).

Referensi : 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun