Mohon tunggu...
Suci Fitriani
Suci Fitriani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Seorang mahasiswi Prodi Sarjana Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Kedekatan yang Beretika dalam Hubungan Perawat dengan Pasien Hemodialisis

27 Desember 2024   12:42 Diperbarui: 27 Desember 2024   14:07 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Interaksi Perawat dan Pasien (Sumber: Adobe AI)

Hubungan perawat dengan pasien hemodialisis memegang peranan penting dalam menunjang keberhasilan terapi. Kedekatan yang beretika tentunya dapat menjadi kunci utama dalam menciptakan hubungan yang profesional, saling percaya, dan berpusat pada kebutuhan pasien hemodialisis. Kedekatan yang mengacu pada prinsip etik keperawatan dapat meningkatkan kualitas perawatan dan kesejahteraan fisik maupun emosional, baik bagi pasien hemodialisis maupun perawat. Oleh karena itu, penting untuk memprioritaskan penerapan prinsip etik dengan batasan profesional perawat dalam interaksi dengan pasien demi terciptanya pelayanan perawatan yang holistik dan bermartabat.


Setiap pertemuan, pasti akan selalu ada ruang dalam membangun kedekatan dan pengertian yang mendalam. Dalam ranah keperawatan, kedekatan antara perawat dan pasien bukanlah suatu hal yang umum. Apalagi pada pasien hemodialisis yang melakukan kunjungan rumah sakit dalam frekuensi yang cukup sering, perawat bertanggung jawab dalam proses perawatan dari awal hingga akhir pada setiap sesinya (Camedda, et.al., 2023). Sehingga, hubungan keduanya bukan hanya sebatas interaksi profesional, namun melibatkan sebuah rasa empati dan kemanusiaan. Sejak pasien hemodialisis pertama kali memasuki fasilitas kesehatan hingga menjalankan proses perawatan, perawat selalu hadir sebagai pendamping. Tak ayal, jika perawat disebut sebagai profesi yang selalu dekat, banyak berinteraksi, dan banyak menghabiskan waktu dengan pasien dibandingkan dengan tenaga kesehatan lainnya (Nikpey, et.al., 2023). Hal ini menjadikan perawat sebagai tolak ukur dalam terciptanya hubungan yang mendalam dan bermakna bagi pasien hemodialisis melalui kedekatan yang beretika. Oleh karena itu, penulisan ini akan membahas mengenai intensitas interaksi, batas kedekatan berdasarkan prinsip etik, dan hasil yang diharapkan dari kedekatan antara pasien hemodialisis dengan perawat.

Pasien hemodialisis (HD) menjalani terapi cuci darah sebagai pengganti fungsi ginjal yang tidak lagi optimal dengan tujuan membantu menjalani aktivitas sehari-hari, menjaga kestabilan kondisi tubuh, dan meminimalkan risiko komplikasi. Meskipun bukan sebagai obat untuk menyembuhkan kerusakan ginjal, hemodialisis berperan penting dalam mengembalikan dan meningkatkan kualitas hidup (Makarim, F. R., 2020). Proses terapi ini membutuhkan kunjungan rutin, 2-3 kali per minggu dengan durasi 3-4 jam di setiap pertemuannya, sehingga memungkinkan adanya interaksi intens antara perawat dan pasien hemodialisis (Camedda, et.al., 2023). Interaksi yang sering dan mendalam ini tentunya secara alami membentuk suatu kedekatan dan di sinilah perawat juga bertanggung jawab atas dukungan moral dan emosional pasien hemodialisis. Hal tersebut penting bagi kesejahteraan, mengurangi perasaan terisolasi, dan kecemasan bagi pasien hemodialisis terkait dengan penyakit kronisnya (Kallenbach, 2011; Camedda, et al., 2023). Namun, kedekatan yang muncul dari interaksi ini tentunya harus dijaga agar tetap pada batasan profesional demi mencegah adanya kebiasan dan konflik kepentingan. 

Batas kedekatan antara perawat dan pasien hemodialisis harus mengacu pada prinsip etik keperawatan untuk memastikan sikap profesional tetap terjaga. Compassion atau kasih sayang mengarahkan perawat untuk menunjukkan empati dan perhatian tulus pada kebutuhan medis dan emosional, sehingga dapat memberikan hasil perawatan yang berkualitas bagi pasien hemodialisis (Nikpey, et.al., 2023). Sementara itu, respect to others menekankan pada penghormatan terhadap hak, martabat, dan privasi pasien, penting dalam menjaga hubungan yang sehat dengan pasien hemodialisis. Lalu, prinsip advocacy yang mengharuskan perawat untuk memperjuangkan kepentingan atau hak pasien, baik dalam pengambilan keputusan maupun pelaksanaan asuhan keperawatan. Terakhir, intimacy mencakup kedekatan yang terjalin dengan tetap menjaga profesionalisme, sehingga pasien hemodialisis dapat merasakan dukungan secara emosional tanpa melanggar batasan yang dapat mengganggu hubungan terapeutik dengan perawat (PPNI, 2017). Apabila prinsip-prinsip tersebut diikuti dengan nilai caring (kepedulian) dan empati, maka akan tercipta lingkungan asuhan yang aman, penuh kepercayaan, dan bermartabat bagi pasien hemodialisis. 

Kedekatan yang beretika berdampak pada hasil perawatan yang diharapkan pasien, khususnya pasien hemodialisis. Berdasarkan penelitian, hubungan era yang beretika antara perawat dan pasien hemodialisis dapat memberikan peningkatan yang berkesinambungan terhadap kondisi pasien (Nobahar & Tamadon, 2016). Dalam hal ini, perawat dapat memposisikan diri sebagai sahabat bagi pasien, yang siap membantu dalam pemenuhan kebutuhan dasar yang terganggu akibat sakit yang dialaminya (Zuhroidah, et.al., 2024). Hubungan perawat dan pasien hemodialisis yang didasari kepercayaan dapat mengurangi keraguan dan membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien dalam menjalani terapinya. Lee, Y. N. & Kim, E. Y. (2022) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa pasien hemodialisis mengharapkan perawat menunjukkan sikap baik, sabar, dan penuh perhatian, sehingga dapat memberikan energi positif bagi pasien selama menjalani perawatan. Dengan pendekatan yang seimbang, perawat tidak hanya memenuhi kebutuhan medis, tetapi juga memberikan rasa aman dan penghargaan pada pasien.

Keterlibatan prinsip kemanusiaan dan perawatan holistik dari profesi keperawatan penting diterapkan dalam situasi yang semakin menuntut kecepatan dan efisiensi dalam pelayanan kesehatan. Kedekatan antara perawat dan pasien, khususnya pada pasien hemodialisis adalah salah satu bentuk dari keberhasilan asuhan keperawatan yang holistik. Di mana, seorang perawat bukan hanya memperhatikan aspek fisik, namun emosional dan psikososial turut diperhatikan meskipun tetap dibatasi oleh adanya etika. Sebuah hubungan yang didasari oleh empati, kepedulian, profesionalisme, dan rasa hormat adalah kunci untuk menciptakan pengalaman perawatan yang mendalam dan memuaskan bagi pasien. Hingga pada akhirnya, akan ada setitik harapan yang terpancar dalam diri pasien hemodialisis dalam menghadapi penyakitnya.

Referensi:

Camedda, C., Bici, G., Magi, C. E., Guzzon, A., & Longobucco, Y. (2023). The therapeutic nurse-patient relationship in hemodialysis: A pilot mixed-method study on the perceived quality of nurses’ attitudes and caring behaviors. Nursing Reports, 13(3), 990–1003. https://doi.org/10.3390/nursrep13030087

Kallenbach, J. Z. (2011). Review of hemodialysis for nurses and dialysis personnel (8th ed.). Mosby.

Lee, Y. N., & Kim, E. Y. (2022). Experiences of nurses caring for hemodialysis patients: A qualitative meta-synthesis study. Korean Journal of Adult Nursing, 34(2), 168. https://doi.org/10.7475/kjan.2022.34.2.168

Makarim, F. R. (2020, July 7). Hemodialisa - Gejala, Penyebab, dan Pengobatan. halodoc. https://www.halodoc.com/kesehatan/hemodialisa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun