(Athar to Khalisa)
“Khalisa sayang, petang ini aku megundang gerimis untuk mampir keberanda rumahku dan kamu,”
(yang hingga kini gagal menjadi kita…)
di atas kursi rotan, dekat jendela yang mulai basah kau duduk bersila masih saja terlihat cantik, sungguh
aku bertanya lagi, “bagaimana lis?” kau hanya merutuk pelan, menunduk sembari memainkan jari lalu diam
Ini kali perasaan yang tak pernah lamat kau tatap,
entah kapan aku bisa berdamai dengan pengabaian,
tidakkah kamu lelah mengasingkan perasaan yang terlanjur aku tambatkan?
Rindu tak pernah terlambat mengusik airmata untuk ruah mengalir ke dagu tiap petang, kau masih saja mecemburui dermaga yang tak pernah dirapatkan kapal.
ini cerita tentang rindu yang sesak, menghujat secara sepihak
pada gerimis yang terundang, sampaikan pada alam, aku masih berusaha memilin kenyataan