Mohon tunggu...
Suci Budiyanti
Suci Budiyanti Mohon Tunggu... Novelis - Author

i write you read

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Memperbaiki Kualitas SDM: Pendidikan Keluarga dan Peran Masyarakat

15 Maret 2018   14:24 Diperbarui: 15 Maret 2018   14:24 446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

"Banyak sarjana yang pengangguran kok, untuk apa sekolah tinggi-tinggi?"

Barangkali celotehan seperti ini pernah kita dengar . Semacam bentuk pola pikir yang masih dipakai oleh sebagian masyarakat sebagai bentuk kurangnya kepedulian mereka terhadap pentingnya pendidikan. Maka tidak salah angka yang kita lihat dalam data sensus penduduk tahun 2010 yang telah diperbarui, bahwa terdapat lebih dari satu juta anak usia 7 hingga 18 tahun tidak atau belum pernah bersekolah.

Meskipun angka satu juta belum seberapa jika dibandingkan dengan total lebih dari 53juta anak usia sekolah, angka satu juta tadi tetap menunjukkan bahwa masih banyak anak usia sekolah yang tidak mengikuti setidaknya program wajib belajar dari pemerintah.

Terlepas dari angka tersebut, ternyata pendidikan di sekolah saja tidak cukup bagi tumbuh kembang anak. Pembentukan karakter, penanaman nilai dan norma, serta pewarisan ilmu pengetahuan sepertinya benar-benar mewajibkan orang tua dan seluruh aspek untuk ikut berperan penuh.

Lantas, peran seperti apa yang dapat diharapkan dari para orang tua dan masyarakat jika sebagian besar dari kita masih sangat tidak paham dengan pentingnya pendidikan.  Sementara di beberapa daerah masih banyak orang tua yang justru "mendukung"anaknya yang malas sekolah sebab para orang tua itu masih teguh dengan pemikiran "lebih baik mulai mencari uang dari pada menghabiskan uang untuk sekolah".

Dengan pemikiran seperti yang tentu saja masih banyak "dianut"oleh masyarakat ini,    pertumbuhan generasi muda yang akan meneruskan bangsa  terganggu oleh kualitas kendor anak-anaknya. Memang sudah tidak sedikit lagi masyarakat yang sadar akan pentingnya pendidikan, namun masyarakat yang menyepelekannya juga banyak. Sementara untuk memperkuat kualitas pendidikan dengan peran penuh keluarga dan masyarakat, kesadaran ini sangat dibutuhkan.

Mungkin, untuk menciptakan kualitas sumber daya manusia yang baik, program pendidikanh keluarga yang sudah mulai dijalankan pemerintah cukup tepat guna. Namun apakah sudah tepat sasaran jika masih banyak orang tua yang tidak tau perkembangan anaknya di sekolah? Ada berapa banyak orang tua yang benar-benar memperhatikan perkembangan anaknya di sekolah? Ada berapa banyak guru yang benar-benar menjalin komunikasi dengan para orang tua dalam rangka mendiskusikan tumbuh kembang anak?

Sekali lagi, tampaknya pemerintah benar-benar harus memperhatikan persoalan ini hingga ke daerah terpencil dan mengembangkan program inovatif selain sosialisasi-sosialisasi yang tidak efektif atau menurunkan para praktisi pendidikan untuk "menularkan" budaya belajar pada masyarakat di daerah terpencil. Selain itu, sebaiknya setiap individu harusnya sudah mulai peduli pada keadaan masyarakat disekitarnya dan berkontribusi semampunya dalam bidang pendidikan ini. Banyak cara yang dapat dilakukan, komunitas sukarela yang memberikan pengajaran pada anak-anak di daerah terpencil contohnya.

Bagaimana dengan anda?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun