Maaf di Ujung Lidah, Rindu di Dalam Luka
Â
Aku pernah percaya akan ucapanmu
Menitipkan hati ini tanpa ragu
Kau menyambutnya dengan mata berbinar
Seolah janji takkan pernah pudar
Seperti tumbuhan tumbuh
Akar menghujam, dahan merangkul angin
Namun, malam menyambut tanpa peringatan
Mengantar badai tanpa isyarat
Menggoyahkan pondasi yang kusangka abadi
Menghancurkan kristal kepercayaan
Berserak bersama di antara jejak langkahmu
Yang bersanding bersama debu
Lalu terbang bersama bisik penghianatanmu
Kata maaf ini keluar di ujung lidah
Laksana sebuah mantra penyembuh pilu
Kukatakan lirih dengan suara yang nyaris tak terdengar
Dengan senyum terus mengembang
Dan di balik tangis yang tersembunyi
Kusimpan luka yang tak sekadar goresan
Tapi ia dalam, diam, dan bertahan
Rindu tersisa hanyalah kenangan luka
Mengingat masa indah yang kini hanya tersisa
Yang ada hanya kenyataan pahit berbisik nyaring
Mengapa kau hancurkan rumah yang susah payah kita bangun?
Mengapa kau buang kepercayaan yang membentang?
Hingga kau nodai keyakinan yang kupeluk
Meski berat memaafkan
Meski tak sepenuhnya rela
Ini semata bukan untukmu
Tapi demi jiwa yang ingin lega
Meski memori tetap setia menjaga
Yang tak ingin membiarkan luka ini sepenuhnya sirna dan berdamai
Kucoba terus melangkah meski tertatih
Berusaha tersenyum pada kenangan yang mengetuk
Meninggalkan puing yang pernah kita miliki
Meskipun dulu kepercayaan yang ada seperti bintang
Tapi kini tersisa hanya bayangan malam yang kelam
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H