Mohon tunggu...
Suciati Lia
Suciati Lia Mohon Tunggu... Guru - Guru

Belajar mengungkapkan sebuah kata agar bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Tegas Tanpa Kasar, Menegur Murid dengan Cara yang Baik dan Berkesan

4 November 2024   21:28 Diperbarui: 10 November 2024   10:21 658
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap murid memiliki ciri khas atau keunikan masing-masing. Keunikan itulah menimbulkan tantangan sendiri. Jika kita sebagai guru mendapat murid dalam satu kelas baik dan penurut merupakan anugerah luar biasa. Sebaliknya, bila dalam sekelas ada separuh yang unik dengan kreativitas yang membuat mengelus dada merupakan tantangan sendiri.

Belajar dari refleksi dan umpan balik dari murid yang saya ajar, saya menemukan banyak hal. Apa yang menurut pribadi telah bagus dan tidak ada yang cacat ternyata justru sebaliknya. 

Terkadang umpan balik baik dari kepribadian, pedagogik, dan profesional kita sebagai guru sangat membantu kita untuk merefleksi diri. Hal ini perlu guru lakukan meskipun air mata mengalir membacanya. Tapi saya sadar bahwa guru mesti belajar dari umpan balik murid untuk jauh lebih baik bukan memarahinya seenak hati kita.

Kita membuang mindset di benak bahwa guru tempat yang benar dan harus diikuti. Jika itu kurang baik, mengapa kita tidak jujur saja dan mengakui kesalahan. Hal ini tidak menurunkan harga diri kita dan justru itu sebuah pelajaran yang berarti bahwa manusia tidak ada yang sempurna dan terus belajar menjadi pribadi yang lebih baik.

Dari umpan balik tersebut, kita belajar secara bertahap bagaimana kita bijak menjadi pemimpin pembelajaran. Tidak hanya narasi nasihat yang kita sampaikan tapi bagaimana kita menerima segala masukan, tanggapan, dan kritik meskipun terasa menyakitkan. Hal itu saya lakukan agar saya tahu sampai di mana kemampuan pribadi, cara mengajar, dan kedalaman ilmu yang saya miliki. 

Memang awalnya sangat menakutkan tapi setelah membiasakan ternyata saya menemukan sesuatu yang lain dan menyampaikan suatu hal yang jujur apa adanya kepada murid.

Hal pertama yang saya lakukan adalah menanamkan mindset bahwa memberikan masukan kepada guru bukan berarti kita mengadili guru tapi bagaimana saya tumbuhkan bahwa guru juga perlu belajar dan belajar dari mana saja tak terkecuali pada murid sendiri. 

Hal itu yang ditanamkan untuk menumbuhkan kesadaran bahwa menjadi pemimpin harus peka dan mau dikritik untuk menjadi lebih baik. Tapi bagaimana cara mengkritik hendaknya menggunakan kosakata yang baik tanpa ada rasa takut karena saya tanamkan kepercayaan dan bukti bahwa saya berterima kasih pada segala masukannya yang membangun.

Ketika ada postingan di sosial media, guru enggan menegur karena takut dipermasalahkan. Sebenarnya jika kita menerima refleksi dari murid tentu banyak cara yang kita dapatkan. Setelah kita mengidentifikasi keunikan dan karakteristik dari murid yang kita ajar maka akan mudah kita menghadapi murid yang mempunyai masalah dalam hal bertutur kata dan perilaku yang mengurangi semangat belajar.

Seperti halnya kita sebagai guru, murid juga memiliki permasalahan yang bisa diselesaikan dan tidak diselesaikan. Terkadang murid mencari cara untuk menarik perhatian dengan cara mengundang emosi guru padahal sejatinya murid ingin diperhatikan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun