Pengkaderan Efektif, Kunci Loyalitas Kader dalam Mengemban Amanah sebagai Pemimpin Masa Depan
Â
     Saat membaca beberapa postingan media sosial nasional mengenai publik pigur yang dicalonkan sebagai seorang pemimpin daerah sungguh miris. Bukan ingin mempermasalahkan tapi tolok ukurnya seperti apa? Apakah hanya ingin meraup suara terbanyak? Sementara faktor yang utama dampak dari kinerjanya dan pengalaman belum mumpuni? Sebab, untuk menjadi pemimpin tidak cukup cerdas dalam akademik semata, tidak cukup memiliki penggemar banyak, tapi banyak faktor yang lainnya perlu diuji dan dipraktikan di lapangan sehingga saat terpilih menjadi pemimpin dapat amanah menjalankan sesuai harapan rakyat.
     Kisah ini mengingatkan pribadi pada sistem pengkaderan salah satu organisasi islam yang saya ikut yakni HMI. Untuk dapat bergabung dengan HMI tentu anggoata baru melalui seleksi latihan dasar kepemimpinan. Dalam latihan dasar kepemimpinan akan diproses dan dibentuk bagaimana menjadi seorang pemimpin yang mampu mengemban aspirasi anggota. Dari latihan dasar dapat terlihat antusias para anggota baru yang akan dinobatkan sebagai anggota organisasi.
     Lantas setelah dinobatkan sebagai anggota dan dinyatakan lulus apakah langsung menjadi pengurus cabang provinsi? Tentu tidak semudah itu. Para anggota harus membuktikan diri dari dampak latihan dasar tersebut di komesariat. Berbagai proker telah ada dan dapat dipraktikan. Di sana para senior dapat menilai kepiawaian dari kinerja anggotanya sehingga layak tidak naik ke jenjang berikutnya. Para anggota membuktikan diri bahwa dirinya layak menjadi seorang pemimpin setelah melalui beberapa pengalaman di organisasi. Setelah itu, baru bisa naik ke level berikutnya.
     Pengkaderan merupakan proses pembinaan dan pelatian kader dari partai politik atau sebuah ormas keagamaan sehingga memegang penting dalam memastikan berkesinambungan dan efektif partai. Melalui pengkaderan yang efektif tidak hanya menciptakan kader yang kompeten tapi juga membantu membangun loyalitas yang kokoh terhadap partai dan anamah yang sedang diemban. Dalam arti visi dan misi partai dalam menjalankan pengkaderan tidak untuk mencari keuntungan pribadi atau golongan tapi tanggung jawab moral dari sistem komunitasnya yang terpilih benar-benar sesuai harapan rakyat.
     Pengkaderan merupakan suatu proses sistematis yang dilaksanakan sebuah partai politik atau organisasi untuk mendidik, melatih, dan mengembangkan anggotanya menjadi kader yang siap mengemban tugas-tugas partai. Hal ini memiliki tujuan utama untuk memastikan bahwa kader dari partai mempunyai kemampuan dan komitmen yang tinggi untuk mencapai tujuan partai. Partai yang pro rakyat setidaknya menggunakan kadernya untuk kepentingan rakyat. Dengan begitu, senior memberikan dukungan bagaimana kadernya mampu menjadi pemimpin yang bijak berpihak pada rakyat. Itulah impian besar yang mesti ditegakkan.Â
     Lalu apa komponen utama dalam pengakderan supaya berdampak efektif? Yang pertama yakni pendidikan ideogis dan partai. Kedua unsur tersebut sebagai dasar dari pengkaderan. Bagaimana seorang kader mampu memahami dan menjalankan nilai dan prinsip dari partai. Begitu dalam pemahaman dari kader maka akan menumbuhkan pemahaman dan mudah menjalankan sesuai tujuan yang ingin dicapai.
Selain itu, komponen berikutnya pelatihan kepemimpinan. Seorang kader yang baik mampu mempunyai kemampuan menjadi pemimpin yang kuat. Hal ini tentu seorang kader mengikuti serangkaian program pelatihan kepemimpinan yang membantunya mengembangkan keterampilan manajemen, komunikasi efektif, pengambilan keputusan dengan bijak, dan sebagaimana. Pelatihan pemimpin ini membekali diri kader dalam melangkah membuktikan diri dalam perannya sebagai kader dalam menjalankan program parpol dan dinyatakan layak baru dinobatkan sebagai calon pemimpin.
Tak hanya dua komponen tersebut, perlunya pendampingan dan monitoring. Hal ini sebagai refleksi dan evaluasi diri terhadap kader yang tengah belajar dalam mempraktikan sehingga memperoleh pengalaman baru. Masukan, saran, dan kritik dari senior akan menguatkan rasa percaya diri dan siap menghadapi tantangan di lapangan. Apalagi para senior juga memberikan penilaian dan evaluasi secara berkala. Dengan begitu, akan memastikan bahwa program yang ada berjalan dengan lancar sesuai tujuan yang diharapkan. Bentuk evaluasi diri membantu kader dalam mengenali potensi mana yang perlu ditingkatkan dan mana yang perlu dikuatkan sehingga umpan balik yang kontruktif diberikan kepada kader yang membuat dirinya terus berbenah dan berproses menjadi calon pemimpin masa depan.