Mohon tunggu...
Suciati Lia
Suciati Lia Mohon Tunggu... Guru - Guru

Belajar mengungkapkan sebuah kata agar bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Rayuan dari Atasan antara Peluang Emas atau Tekanan Baru?

7 Juli 2024   19:33 Diperbarui: 7 Juli 2024   19:37 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi bos dan anak buah(Pixland)

Rayuan dari Atasan antara Peluang Emas atau Tekanan Baru?

          Dalam dunia kerja yang penuh persaingan, tak jarang seorang atasan membina hubungan yang efektif dengan karyawan yang mendekatkan. Dengan hubungan yang efektif tersebut dapat menjadi pemicu keberhasilan dalam mencapai kinerja dalam mengerjakan suatu proyek baik kecil maupun besar. Dengan begitu, kesan yang ditimbulkan oleh atasan datang saat perlu dapat ditepiskan. Apalagi hubungan tersebut dapat menghadirkan penilaian terhadap umpan balik dari karyawan terhadap kinerja yang diberikan. Dengan begitu, atasan merasa bangga atas ketercapaian kinerja karyawan yang sesuai ekspektasi pimpinan.

          Tawaran dari atasan kepada karyawan tersebut untuk menjadi penanggung jawab suatu proyek adalah suatu penghargaan atas dedikasi kinerja yang dilakukan oleh karyawan. Apalagi karyawan selalu amanah dan memberikan yang terbaik untuk kemajuan perusahaan yang dipimpinnya. Terkadang semakin dekat dan terlalu percayanya pimpinan kepada karyawannya terkadang tak jarang banyak tawaran secara beruntun datang untuk ditangani oleh karyawan tersebut. Hal ini tak dapat memberikan peluang yang lain secara seimbang.

          Atasan dalam memberikan tawaran karena atas dasar kepercayaan. Kepercayaan yang diberikan kepada bawahannya membuatkan merasa lega apabila karyawan tersebut yang mengerjakan daripada diberikan kepada karyawan lainnya. Di sinilah hal yang menarik dari hubungan antara atasan dan bawahan saat memberikan rayuan maut atau tawaran istimewa kepada bawahannya. Namun, tawaran itu memang menggoda karena terdapat tanggung jawab tambahan dan sekaligus kesempatan promosi.

          Namun, presepsi bawahan terhadap tawaran itu beragam, apakah tawaran itu mengandung peluas emas  untuk meningkatkan kesuksesan kariernya atau justru ada beban baru yang membuat hidup terasa terjepit? Semakin banyak tawaran akan membuat kita tidak bisa rileks karena dikejar target sehingga bagaimana upaya kita untuk menghasilkan kinerja dengan baik.

          Semua tawaran tentu mengandung risiko dan hal yang mesti dikorbankan baik kepentingan pribadi atau keluarga untuk memenuhi target kerja. Meskipun tawaran mempunyai nilai potensi sebagai iming-iming pengakuan atau mengandung kompensasi positif. Selain itu, melalui tawaran itu, seorang karyawan dapat menunjukkan kemampuan dalam meraih kesempatan emas.

          Namun dibalik tawaran tersebut, kita juga mempertimbangkan kondisi diri. Tanggung jawaban baru yang menuntut suatu keterampilan tinggi, pengorbanan waktu, dan energi lebih. Belum lagi tawaran sebelumnya masih proses dikerjakan sehingga mau tidak mau, suka atau tidak suka sebagai karyawan harus berani mengatakan tidak dan lain waktu sambil menyelesaikan proyek yang sedang dikerjakan. Kita bisa melakukan refleksi diri sebagai bahan pertimbangan. Dengan menimbang secara hati-hati, karyawan dapat menganalissi antara peluang atau risiko. Dengan menggunakan kalimat pemantik berkut dalam mengambil suatu keputusan dengan bijak.

  • Apakah saya mempunyai keterampilan dan sumber daya yang cukup menyelesaikan  tawaran baru?
  • Apakah ada dampak yang ditimbulkan bagi keseimbangan kehidupan kerja dengan kehidupan pribadi?
  • Apakah ada manfaat jangka  panjang dengan menerima tawaran baru tersebut dengan membandingkan risiko dan beban yang ditanggung?
  • Apakah saya yakin menginginkan tanggung jawab tambahan atau saya merasa penuh tekanan?

Semua tawaran baik tapi tidak semua tawaran mesti diterima. Banyak pertimbangan yang mesti dipikirkan. Jangan sampai peluang besar sebagai beban tambahan membawa hidup kita kewalahan dan tidak memiliki waktu untuk diri pribadi. Padahal hidup harus seimbang antara kerja dan istirahat agar semangat tetap stabil. Untuk kita,  perlu melakukan diskusi dengan atasan agar terjadi komunikasi atau keterbukaan. Meskipun tawaran tersebut menarik, tapi sampaikan keraguan agar dapat menemukan solusi secara bersama. Dengan begitu, masukan yang ada, atasan akan membantu menentukan kebijakan yang menguntungkan tanpa memberikan beban tambahan yang membuat hidup semakin tertekan.

 Pada akhirnya, sebuah kesuksesan tidak hanya diukur seberapa banyak tanggung jawab yang kita ambil untuk naik ke tangga karier, tapi bagaimana kita menjaga keseimbangan pekerjaan dan kehidupan pribadi. Walaupun ada kesempatan tawaran dari atasan yang menggoda, kita tak bisa lantas menerima tapi tanyakan pada diri apakah ini benar-benar sebuah peluang emas untuk mengejar ambisi belaka atau justru tekanan baru yang menimbulkan beban tambahan yang harus dipikirkan secara realistis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun