Â
         Jeritan Petani
Di tepi sawah mereka termenung
Menatap hamparan padi yang membentang jauh
Ada keluh kesah yang menggema sahdu
Menghadapi tantangan hidup yang semakin menghimpit
Di tengah gejolak kenaikan harga yang tak terkendali
Matahari bersinar terang
Menyinari lelah yang tak terhitung
Tanah subur diharap, tangan kasar membelai
Di antara jalinan akar dan embun pagi yang mengalir
Mereka tetap berdiri tegak
Di saat harga obat dan pupuk melambung tinggi
Meski menyulitkan langkahnya
Yang bekerja keras sepanjang hari
Namun mereka tetap berjuang, dengan semangat yang tak pernah padam
Menghadapi badai, dengan senyuman yang tulus
Meski beban tambahan tak terduga
Menikmati kenaikan kebutuhan pangan terasa mencekik
Padi tumbuh hijau membentang
Menabur harap di tengah ketidakpastian
Mengiringi sejuta doa dan harap
Tetesan keringat menjadi saksi bisu
Menanti waktu yang berkehendak
Saat panen padi datang menyapa
Harapan bergelayut di udara
Menanti harapan mencipta duka lara di kalbu
Harga padi tak selaras dengan peluh keringat yang tumpah
Ada sejuta rasa yang ingin diungkap
Mengharap sesuatu  di tengah kegelapan
Menanti keadilan berpihak kepadanya
Pada siapa, mereka mengeluh?
Yang peduli akan nasibnya yang tak kunjung reda
Di saat harga padi yang diinginkan tak selaras harapan
Jeritannya hanyalah sebuah keluhan
Menguatkan hati menjadi nyanyian kekuatan yang menggema
Mempupuk keteguhan hati, menjadi pijakan di lautan kesulitan
Menanti keadilan dan kebaikan pemangku kebijakan
Jeritan petani melintasi langit biru
Menyampaikan kisah perjuangan pada hembusan angin
Melangitkan harap pada Sang Pemberi Hidup
Senantiasa diberi kesehatan bersama tumbuhnya padi yang menari-nari
Tetap tegar dengan senyuman mengembang
Tak kenal lelah, menabur harapan di bumi yang subur
Menanti keadilan berpihak kepadanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H