PENANAMAN KARAKTER KEJUJURAN ANAK MELALUI PENANAMAN NILAI AGAMA DAN PENDEKATAN HUMANISTIK
Setiap anak yang dilahirkan di dunia ini dalam keadaan fitrah. Sehingga terkadang lingkungan dan orang di sekitarnyalah yang menyumbang perubahan karakter pada anak. Mengapa demikian? Ada ungkapan yang mengatakan bahwa buah jatuh tidak jauh dari pohonnya itu berarti tabiat atau perilaku kedua orang tuanya akan diturunkan ke anak. Jika perilaku orang tuanya baik, maka setidaknya ada menularkan yang baik pada buah hatinya.
Hal itu setidaknya secara nalar kurang dapat berterima sebab perlu adanya penelitian yang mendalam. Hal kecil saja sebagai perumpamaan, jika kita menanamkan sebuah kebaikan maka kebaikan pula yang kita dapatkan begitu pula sebaliknya. Jadi apa pun yang kita lakukan akan berimbas kepada anak kandung yang kita miliki.
Untuk dapat mencetak anak memiliki nilai kejujuran tidaklah mudah sebab banyak fakkor yang mempengaruhi di antaranya televisi, teman sebayanya, keluarga,dan juga kita sebagai orang tuanya. Untuk itu, perlu adanya pemahaman yang mendalam untuk kita sebagai orang tua. Orang tua setidaknya memiliki ilmu bagaimana menerapkan kejujuran terutama bagi diri sendiri kemudian baru diterapkan kepada anak.
Jika perilaku orang tua belum dapat memberi contoh yang baik maka anak akan menjadi alasan yang kuat untuk berargumen bahwa yang menyuruh saja tidak jauh beda dengan apa yang dilakukan. Hal tersebut merupakan tamparan keras bagi kedua orang tua bahwa anaknya memiliki tingkat pemerhati yang jauh dari perhatianya. Oleh karena itu, perbaiki diri terlebih dahulu dengan melakukan kegiatan literasi baca dan bertukar pengalaman dengan orang yang dianggap berhasil menanamkan karakter kejujuran pada buah hatinya.
Setelah orang tua memiliki cukup ilmu maka ketika memiliki buah hati maka tidak akan kesulitan. Ketika buah hati lahir langkah demi langkah tidak mengalami kendala yang berarti. Orang tua paham bahwa setiap anak yang lahir merupakan titipan Allah yang mesti dijaga dan dipelihara dengan memberikan yang terbaik untuknya. Untuk itu, anak perlu bekal ilmu agama maupun disiplin ilmu yang lain secara seimbang sebagai bekal meniti masa depan yang penuh lika-liku.
Dengan penanaman agama sejak dini anak diperkenalkan mana yang baik dan buruk sehingga anak mampu membedakan keduanya tanpa tertukar. Dengan demikian nilai kejujuran akan mudah terserap oleh anak apabila anak menyakini bahwa Allah itu ada dan malaikat akan siap memberikan laporan kelak di akhirat. Hal tersebut kita sebagai orang tua mengajarkan kepada anak apa yang menjadi konsekuensi apabila anak suka berbohong.
Anak akan mengerti apabila kita sebagai orang tua memberikan ilustrasi disertai gambar apa yang menjadi balasannya sehingga anak berpikir kedua kalinya jika melakukan kesalahan. Namun apakah dengan penanaman agama saja cukup akan melatih anak berlaku jujur? Itu saja belumlah cukup sehingga perlu adanya pendekatan pribadi anak.
Setiap anak yang dilahirkan memilki karakter yang berbeda-beda sehingga orang tua harus paham dengan karakter anaknya. Sebab ibulah yang paling paham betul bagaimana karakter anaknya. Selain memiliki ikatan batin yang kuat, ibu juga sering berinteraksi dengan anak. Â Sebaiknya tidak ada jurang pemisah antara ibu dan anak. Ibu juga menjalin keakraban dengan anak supaya anak dapat terbuka mengenai apa yang dirasakan oleh anak.
Selain ibu, ayah juga memiliki fungsi yang sama dengan ibu. Hanya saja waktu interaksi ayah jauh lebih sedikit manakala waktu ayah digunakan untuk mencari rezeki. Hal itu, tak menjadi alasan keakraban berkurang. Waktu yang ada jika dimaksimalkan dengan baik akan menghadirkan sesuatu yang jauh berharga. Bentuk perhatian inilah merupakan hak anak untuk mempengaruhi tumbuh kembang anak dengan memiliki karakter baik.