Keempat merancang jadwal membaca bersama. Seorang ibu mengajarkan kepada anak kapan harus membaca, kapan harus bermain, kapan waktu belajar, dan sebagainya. Sehingga dengan penyusunan jadwal yang jelas anak dapat membagi waktu dengan baik tanpa mengabakan kewajiban yang lain. Jikalau anak masih kecil, maka peran ibulah yang banyak dalam mengatur jadwal membaca anak. Sehingga kebiasaan itu akan mendorong anak membuat jadwal sendiri membaca buku baik digital maupun nondigital.
Kelima, dalam menanamkan pembiasaan minat literasi anak secara digital seperti bermain layang-layang. Ibu hendaknya memberikan kebebasan anak dalam berkreasi membaca, waktu yang telah dibuat, dan jenis buku yang telah dipilih. Sebaliknya jika anak lalai karena asyik bermain maka seorang ibu dapat menguatkan agar tidak lepas kontrol sehingga pembiasaan yang telah baik maka seketika menjadi luntur dan bahkan hilang tanpa bekas.
Keenam, seorang ibu dapat memberikan pujian dan hadiah kepada anak. Semua orang senang dipuji tidak hanya anak-anak melainkan orang tua pun juga merasakan bangga apabila dipuji dan diberi hadiah. Seorang ibu dalam memberikan hadiah tentu bukan memanjakan anak. Namun, hadiah sesuai yang diperlukan anak. Pemberian hadiah sifatnya berkala dan tidak setiap saat. Hal ini akan berpengaruh terhadap kesan anak bahwa jika rajin membaca maka akan selalu dapat hadiah.
Ketujuh, ibu hendaknya mengajak jalan-jalan anak ke toko buku. Jalan-jalan untuk menghibur diri merupakan hal wajar. Namun, ibu jangan lupa untuk singgah ke toko buku. Meskipun buku itu mudah diakses melalui aplikasi daring. Tak ada salahnya juga mengajak jalan ke toko buku. Sehingga anak dapat tertarik untuk mencintai buku dan menggiatkan kegiatan membaca.
Kedelapan, seorang ibu hendaknya bekerja sama dengan ayah. Meskipun waktu yang dimiliki ibu bersama anak sangat banyak. Namun, peran ayah sangat penting guna melengkapi dari upaya yang ibu lakukan. Sehingga tujuan dan target kebiasaan anak dapat terwujud sesuai perencanaan yang dibuat. Kerja sama ini dapat menguatkan ikatan dalam hubungan keluarga. Anak merasa diperhatikan tanpa merasa diabaikan.
Kesembilan, ibu melakukan refleksi usai anak membaca buku. Dengan melakukan refleksi, seorang ibu dapat mengetahui apa yang dirasakan, apa yang dibaca, bagaimana sumber bacaan yang dibaca, bacaannya kurang menarik. sehingga ibu dapat mengetahui segala permasalahan yang dialami anak. Dengan mengetahui permasalahan dari sudut pandang anak tentu akan lebih mudah dicari solusinya. Seorang ibu dapat sekaligus melakukan koreksi diri melalui refleksi yang diberikan anak. Seorang ibu juga melakukan perbaikan tindakan melalui alternatif cara berdasarkan perkembangan anak.
Kesepuluh, ibu bersama ayah melakukan evaluasi kemajuan anak dalam membaca literasi digital. Dari evaluasi maka dapat diketahui segala kelemahan dan kelebihan yang diperoleh anak. Sehingga orang tua dapat mencari alternatif cara pendekatan kepada anak untuk mencintai kegiatan membaca. Metode evaluasi hendaknya disepakati apakah sebulan sekali, berkala, setiap minggu, atau berdasarkan target yang ingin dicapai orang tua.
Jadi, pembiasaan yang ditanamkan oleh ibu sangat berpengaruh kepada kepribadian dan karakter anak. Jika anak ditanamkan pembiasaan membaca sejak kecil tanpa mempengaruhi dunia anak bermain tentu berimbas pada kepribadian. Anak akan memiliki prinsip dan kebiasaan yang tak mudah berubah meskipun lingkungan kurang medukung. Semua itu telah dilakukan oleh ibu guna memantapkan penanaman kepada anak dalam membaca. Apakah anak tergoda dengan melihat video di youtobe semata? Sehingga meninggalkan kebiasaan membaca. Melalui sentuhan ibu maka pembiasaan membaca anak baik secara digital maupun nondigital dapat menumbuhkan kecintaan anak terhadap dunia literasi. Anak menjadi tahu manfaat membaca sehingga tergerak sendiri membaca tanpa pengawasan dari orang tua sekalipun.