2. Pengaruh teknologi untuk kesenangan belaka
Hadirnya teknologi membantu mempermudah sebuah pekerjaan manusia. Pekerjaan yang awalnya dikerjakan secara manual kini dapat beralih ke  dunia digital. Hanya saja, sebagian dari siswa belum mampu beradaptasi dan belum bisa menggunakan teknologi secara bijak. Hadirnya teknologi dapat mengundang keinginan untuk menggunakan sejumlah aplikasi di antaranya game online.
Game online adalah sebuah aplikasi yang menyenangkan. Hadirnya game online dapat membuat suasana happy dan seru. Tak hanya itu waktu terasa begitu singkat. Tantangan yang dihadirkan terkadang lupa terhadap kewajiban yang ada. Siswa lebih tertarik mengikuti serunya game online dan melakukan nobar bermain game online.
Selain itu, di dunia google kita bisa berselancar untuk menemukan informasi seperti apa yang yang kita mau. Akibatnya, jika tidak digunakan secara bijak maka akan menumbuhkan kebiasaan instan dan enggan bernalar kritis. Siswa akan langsung mengambil tanpa melalui modifikasi sesuai kebutuhan atau menambahkab sesuai  harapan.
3. Kurang menariknya buku untuk dibaca
Sebagian siswa berangapan bahwa membaca buku adalah menjenuhkan. Anggapan tidak salah karena konten isi yang mereka baca belum bermanfaat untuk keperluannya. Apalagi gaya bahasanya juga baku dan terdapat kata sulit yang turut andil membuat keengganan membaca semkin lengkap. Sebuah menset yang keliru yang mesti diluruskan, bukan? Jika hal itu diteruskan mungkin generasi emas akan mengalami kemunduran dari segi pemikiran kritis yang akibatnya akan sulit menemukan jalan keluar jika masalah datang menyapa.
Dari beberapa penyebab di atas perlunya kita berdiskusi dengan siswa. Mengajak siswa yang belum memiliki kebiasaan memang tak mudah. Meminta dengan cara tak baik justru akan menjauhkan mereka untuk tidak bersentuhan dengan literasi. Pendekatan persuasiF dan sistem pendampingan secara berkelanjutan akan menjadi solusi jitu untuk menerapkan budaya literasi di sekolah. Begitu juga penerapan budaya literasi membaca Alquran di SMAN 3 Penajam Paser Utara.
Setiap pagi pukul 07.15 adalah jadwal yang telah disusun pihak kurikulum untuk membudayakan literasi membaca Quran atau kitab. Tapi kenyataan di lapangan tak seindah sesuai impian kita bersama. Ada kelas yang memang bergerak untuk melakukan literasi. Ada juga yang perlu sentuhan pendampingan untuk mengajaknya membaca. Kesadaran yang masih perlu pembinaan membuat langkah preventif terus digiatkan. Padahal kita ketahui bahwa membaca Quran adalah mendatangkan keberkahan dan mungkin di waktu senggangnya belum bisa menyempatkan untuk membacanya. Untuk itu, dengan keyakinan tulus bahwa gerakan literasi di sekolah akan bisa berjalan apabila seluruh warga sekolah berkolaborasi memberikan persuasif dan pentingnya membaca. Dengan begitu, program tersebut yang hasilnya perlu dievaluasi secara berkelanjutan akan membentuk generasi emas yang tangguh dan memiliki kebiasaan baik yang berkarakter.
Selain itu, guru juga bisa menumbuhkan minat baca dan melaporkan hasil membaca siswa ke  dalam sebuah buku. Dengan menuliskan di sebuah buku maka guru akan mengetahui selama seminggu siswa dapat membaca sejumlah halaman tertentu. Sebelumnya, guru dapat membuat kesepakatan minimal kegiatan membaca. Kesepakatan itu akan menumbuhkan tanggung jawab bagi siswa guna meluangkan waktunya yang ada meskipun hanya beberapa halaman saja. Penguatan secara berkelanjutan akan memberikan dampak yang signifikan guna persiapan siswa untuk masa depannya.
Sementara cara lain dapat dilakukan oleh guru yakni sebelum ke pelajaran ini, guru dapat menyuguhkan teks dalam ukuran sedang. Lalu, guru meminta siswa untuk membaca dan mendiskusikan isinya. Dengan begitu, kemampuan pemahaman terhadap teks mengalami peningkatan. Guru dapat menambahkan dengan kalimat pemantik yang memberikan stimulus siswa dalam berpikir kritis sehingga siswa tidak hanya menjadi pendengar setiap tetapi aktif berbnalar dan dapat memecahkan sebuah permasalahan.