"Let Islam reach my heart, let my heart reach the Qur'an," ucap Prof. Amina Wadud ketika membuka public lecture tentang Tauhid dan Gender di Fakultas Pendidikan Universitas Islam Internasional Indonesia, Senin (14/10/24).
What do you think about Amina Wadud?Â
Apa yang kamu bayangkan ketika mendengar sosok perempuan yang bernama "Amina Wadud"? Kebanyakan Muslim di Indonesia mungkin akan menganggap sebelah mata karena ia adalah imam perempuan shalat Jumat dengan jamaah laki-laki dan perempuan. Ada juga yang mengaguminya karena ia adalah sosok yang vokal mengangkat isu keadilan bagi perempuan. Maklum, budaya patriarki masih merajalela di masyarakat kita dan dia berani mendobrak tembok itu.
Aku termasuk golongan pertama. Bahkan ketika ada undangan puclic lecture, aku mengurungkan diri untuk ikut, aku tak setuju dengan imam perempuannya. Mengapa? Entahlah, yang jelas, sekitar 4 tahun lalu aku mengenal nama Amina Wadud melalui buku Imam Perempuan yang ditulis Alm. Ali Mustofa Yaqub, ahli hadis Indonesia.
Kubaca satu persatu halaman demi halaman tentang kajian hadis Ummu Waraqah yang dijadikan dalil ulama memperbolehkan perempuan menjadi imam bagi makmum laki-laki dan perempuan. Dalam buku ini, dijelaskan panjang lebar terkait narrator juga status mereka. Kalau kamu tertarik lebih dalam, bisa langsung baca bukunya. Yang jelas, menurut Kiai Ali, hadis Ummu Waraqah tentang imam perempuan dinyatakan dhaif dan tidak bisa dijadikan dalil dalam agama.
Terlepas dari itu semua, sebenarnya aku tak ingin membahas hadis tadi. Biarlah itu menjadi kajian para peneliti hadis. Apalagi Prof. Amina pun enggan menjawab ketika ada seorang peserta yang mengutarakan status hadis tadi. Ia bilang, bukan ranahnya untuk membahas hadis. Sebelumnya ia telah berargumen, tidak ada single statement yang melarang, baik dari Al-Quran maupun hadis. Selagi mempunyai kapabilitas, membaca Al-Quran dengan baik misalnya, maka ia berhak atas posisi imam.
Ya, perhatianku hari sebenarnya bukan tentang gender yang menjadi topik utama hari ini. Perhatianku justru teralihkan dengan sosok Amina Wadud yang sangat cinta terhadap Al-Quran dan mengandalkan Tuhan.
Jatuh Cinta dengan Al-Qur'an
Ia mengaku sudah jatuh hati dengan Al-Quran sebelum memilih Islam sebagai agama yang dianutnya, Menurutnya, membaca Al-Quran membuatnya semakin yakin akan keagungan Allah. Allah Maha Tinggi. "I'm enjoying reading the Quran, even the translation," ungkapnya.
Tak puas hanya dengan membaca terjemahan Al-Qur'an, ia memutuskan belajar langsung di Mesir untuk mentadaburi kalam Ilahi. Â Ayat-ayat Al-Qur'an sangat indah, meskipun diturunkan dengan human language with the limitation of words.Â