Mohon tunggu...
Suci Amelia
Suci Amelia Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

saya menyukai makeup, kuliner dan traveling

Selanjutnya

Tutup

Financial

PPN Naik 12%, Bagaimana Gen Z Akan Terdampak?

29 Desember 2024   19:40 Diperbarui: 29 Desember 2024   19:40 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tahun 2025 sudah di depan mata, Indonesia akan mengalami kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari 11% menjadi 12%, yang berarti setiap pembelian barang dan jasa akan semakin mahal. Dampaknya sangat besar, tidak hanya bagi masyarakat umum, tetapi juga bagi kelompok milenial dan Gen Z yang tengah bertransisi menuju kehidupan mandiri, baik sebagai mahasiswa maupun pekerja muda. Menurut data Badan Pusat Statistik, hampir 50% pengeluaran generasi muda dihabiskan untuk konsumsi barang-barang sehari-hari, yang jelas akan terdampak oleh kenaikan harga ini. Lantas, apakah Gen Z siap menghadapi beban keuangan yang semakin berat ini? Apa yang dapat mereka lakukan agar tetap bisa bertahan di tengah perubahan ini?

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas transaksi barang dan jasa yang terjadi di Indonesia. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983, tarif PPN di Indonesia telah mengalami beberapa perubahan. Pada tahun 2025, pemerintah Indonesia memutuskan untuk menaikkan tarif PPN dari 11% menjadi 12%, sebuah kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan negara guna mendukung pembangunan infrastruktur dan pelayanan publik. Selain itu, kenaikan tarif PPN juga diharapkan dapat memperbaiki defisit anggaran negara, sekaligus menciptakan sistem perpajakan yang lebih efisien dan adil. Dengan perubahan ini, semua transaksi yang dikenakan PPN akan lebih mahal, yang tentunya berdampak pada daya beli masyarakat, khususnya bagi generasi muda yang tengah mengatur keuangan mereka.

Kenaikan tarif PPN dari 11% menjadi 12% akan memberikan dampak ekonomi langsung yang cukup signifikan bagi Gen Z, baik yang masih berstatus mahasiswa maupun yang sudah memasuki dunia kerja. Bagi mahasiswa, yang sebagian besar bergantung pada uang saku atau beasiswa, kenaikan harga barang dan jasa, seperti makanan, transportasi, dan kebutuhan sehari-hari, akan mengurangi daya beli mereka. Sementara itu, bagi Gen Z yang sudah bekerja, khususnya mereka yang baru memulai karier atau memiliki pendapatan yang terbatas, kenaikan PPN ini dapat meningkatkan beban hidup yang harus mereka tanggung. Dampaknya akan terasa dalam kehidupan sehari-hari, di mana mereka mungkin harus menyesuaikan pengeluaran, memilih barang dengan harga lebih terjangkau, atau bahkan mengurangi konsumsi barang non-esensial. Selain itu, kebiasaan belanja yang sering dipengaruhi oleh promosi di media sosial dan tren gaya hidup juga bisa terdampak, karena kenaikan harga dapat membuat mereka lebih berhati-hati dalam mengelola anggaran pribadi.

Gen Z, yang kini berada di usia produktif, menghadapi tantangan keuangan yang cukup berat, terutama dalam hal pendapatan dan pengeluaran. Banyak dari mereka yang baru memulai karier atau masih mengandalkan bantuan orang tua, sehingga pendapatan mereka seringkali belum mencukupi untuk menutupi seluruh kebutuhan hidup yang terus meningkat. Berbeda dengan generasi sebelumnya, seperti milenial atau generasi X, yang umumnya sudah memiliki karier mapan dan penghasilan stabil, Gen Z sering kali harus beradaptasi dengan pekerjaan yang serba fleksibel atau berpendapatan rendah. Pendapatan yang terbatas ini semakin tertekan dengan kenaikan biaya hidup, terutama akibat kenaikan tarif PPN yang akan memengaruhi harga barang dan jasa. Akibatnya, mereka terpaksa harus lebih bijak dalam mengelola pengeluaran, mengatur anggaran, dan menyesuaikan gaya hidup agar tetap bisa bertahan.

Kebiasaan belanja Gen Z yang cenderung mengandalkan media sosial sebagai referensi utama dalam memilih produk akan menghadapi perubahan signifikan akibat kenaikan PPN. Generasi ini terkenal dengan kecenderungannya untuk membeli barang-barang melalui e-commerce atau mengikuti tren yang dibagikan oleh influencer di platform seperti Instagram, TikTok, dan YouTube. Namun, dengan harga barang dan jasa yang semakin mahal, Gen Z mungkin akan lebih selektif dalam memilih produk yang ingin dibeli, beralih ke pilihan yang lebih hemat atau mencari diskon besar-besaran untuk mengurangi dampak kenaikan harga. Selain itu, perubahan pola konsumsi ini juga diperkirakan akan mendorong mereka untuk lebih berhati-hati dalam mengikuti tren, dan mengutamakan barang-barang yang lebih bernilai jangka panjang daripada sekadar mengikuti mode yang cepat berganti. Pengaruh influencer, yang sebelumnya sangat besar, kemungkinan akan berkurang, karena Gen Z mulai lebih mempertimbangkan nilai dan kegunaan dari produk yang dibeli, daripada hanya terpikat oleh promosi atau iklan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun