Ketika banyak kasus viral antara guru dan orangtua, mari kembalikan  hakikat guru dan orangtua adalah mitra. Guru dan orangtua adalah dua pihak yang memiliki peran penting dalam pendidikan anak. Guru bertanggung jawab untuk mengajar dan membimbing anak di sekolah, sedangkan orangtua bertanggung jawab untuk mendidik dan mengasuh anak di rumah. Kedua pihak ini harus saling bekerja sama dan mendukung untuk mencapai tujuan yang sama, yaitu membentuk anak menjadi pribadi yang berkualitas, berakhlak, dan berprestasi.
Mengapa guru dan orangtua harus menjadi mitra? So, Ada beberapa alasan yang dapat menjawab pertanyaan ini, antara lain:
Anak adalah aset terpenting bagi bangsa dan negara. Anak adalah generasi penerus yang akan melanjutkan estafet pembangunan dan kemajuan. Oleh karena itu, anak harus dibekali dengan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang baik agar dapat berkontribusi secara positif bagi masyarakat, bangsa, dan negara.
Anak menghabiskan sebagian besar waktunya di sekolah dan di rumah. Di sekolah, anak belajar bersama guru dan teman-temannya. Di rumah, anak berinteraksi dengan orangtua dan keluarganya. Kedua lingkungan ini sangat mempengaruhi perkembangan fisik, mental, emosional, sosial, dan spiritual anak. Oleh karena itu, guru dan orangtua harus saling berkoordinasi dan berkomunikasi untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi tumbuh kembang anak.
Anak memiliki kebutuhan, potensi, bakat, minat, hobi, cita-cita, dan tantangan yang berbeda-beda. Guru dan orangtua harus mengetahui hal-hal tersebut agar dapat memberikan bantuan, dukungan, motivasi, dorongan, arahan, saran, kritik, dan masukan yang sesuai dengan kebutuhan dan potensi anak. Guru dan orangtua juga harus menghargai dan mengapresiasi setiap prestasi dan kemajuan yang dicapai oleh anak.
Anak membutuhkan teladan dan contoh yang baik dari guru dan orangtua. Guru dan orangtua adalah panutan bagi anak. Anak akan meniru apa yang dilakukan oleh guru dan orangtua. Oleh karena itu, guru dan orangtua harus menunjukkan perilaku yang baik, sopan, santun, jujur, disiplin, bertanggung jawab, peduli, toleran, kerjasama, dll.
Bagaimana cara guru dan orangtua menjadi mitra? Berikut adalah beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh guru dan orangtua untuk menjalin kerjasama yang baik sebagai mitra pendidikan anak, antara lain:
Membangun hubungan yang harmonis antara guru dan orangtua. Guru dan orangtua harus saling mengenal, menghormati, menghargai, mempercayai, dan menghargai satu sama lain. Guru dan orangtua harus saling terbuka dan jujur dalam menyampaikan informasi tentang perkembangan anak. Guru dan orangtua harus saling mendengarkan dan memahami sudut pandang masing-masing.
Melakukan komunikasi yang efektif antara guru dan orangtua. Guru dan orangtua harus sering berkomunikasi untuk membahas hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan anak. Komunikasi dapat dilakukan melalui berbagai media seperti telepon, pesan singkat (SMS), surat elektronik (email), media sosial (Facebook), aplikasi (WhatsApp), atau pertemuan langsung (rapat). Komunikasi harus dilakukan secara rutin (misalnya setiap bulan), terencana (misalnya membuat agenda), terstruktur (misalnya menggunakan format), tersedia (misalnya memberikan nomor kontak), tepat waktu (misalnya tidak menunda-nunda), tepat sasaran (misalnya sesuai dengan topik), tepat nada (misalnya menggunakan bahasa yang sopan), dll.
Melakukan konsultasi antara guru dan orangtua. Guru dan orangtua harus melakukan konsultasi untuk membicarakan hal-hal yang spesifik tentang anak, seperti kebutuhan, potensi, bakat, minat, hobi, cita-cita, tantangan, masalah, solusi, dll. Konsultasi dapat dilakukan secara individu (misalnya antara guru dan orangtua satu anak) atau kelompok (misalnya antara guru dan orangtua beberapa anak). Konsultasi harus dilakukan secara berkala (misalnya setiap semester), terjadwal (misalnya membuat janji), terfokus (misalnya menggunakan data), terukur (misalnya menggunakan indikator), tercatat (misalnya membuat laporan).
Bisa juga dengan melakukan kerjasama antara guru dan orangtua. Guru dan orangtua harus melakukan kerjasama untuk melaksanakan program-program yang berkaitan dengan pendidikan anak, seperti kegiatan belajar mengajar, kegiatan ekstrakurikuler, kegiatan pengembangan diri, kegiatan bimbingan dan konseling, kegiatan penguatan pendidikan karakter, dan lain-lain. Kerjasama dapat dilakukan secara formal (misalnya melalui komite sekolah) atau informal (misalnya melalui kelompok belajar). Kerjasama harus dilakukan secara aktif (misalnya memberikan masukan), kreatif (misalnya memberikan ide), inovatif (misalnya memberikan solusi), produktif (misalnya memberikan sumbangan), dan lain-lain.