Mohon tunggu...
Suci Eza Maulina
Suci Eza Maulina Mohon Tunggu... Akuntan - SMK NEGERI 1 WARUREJA

Guru Akuntansi di SMK N 1 Warureja, Kab. Tegal. Jawa Tengah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Peserta Didik Akuntansi pada Materi Penyusutan Aset Tetap Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah dan E-Modul

9 Desember 2022   12:30 Diperbarui: 9 Desember 2022   13:08 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

SMK Negeri 1 Warureja merupakan salah satu kejuruan yang terletak di ujung timur Kabupaten Tegal berbatasan langsung dengan Kabupaten Pemalang, sehingga siswa-siswinya tidak hanya berasal dari Kabupaten Tegal tetapi juga dari Kabupaten Pemalang meski hanya sebagian kecil. Kondisi lingkungan dan geografis membuat banyaknya karakteristik siswa yang berbeda-beda. Serta dengan kondisi pemulihan setelah mengalami pandemi panjang yang mana tahun ajaran sekarang merupakan tahun ajaran pertama bagi para siswa melaksanakan kegiatan pembelajaran secara tatap muka. Hal mempengaruhi kemampuan dasar siswa yang beragam.

Program Studi Akuntansi dan Keuangan Lembaga merupakan salah satu jurusan di SMK Negeri 1 Warureja yang cukup popular. Salah satu mata pelajarannya yaitu Akuntansi Keuangan untuk kelas XII (dua belas). Akuntansi Keuangan masuk kedalam penggolongan mata pelajaran C3 yang membutuhkan pemahaman yang mendalam tentang konsep serta perhitungan mengenai konsep akuntansi, salah satunya yaitu materi penyusutan asset tetap. Materi penyusutan aset tetap merupakan materi yang cukup sulit yang membutuhkan pemahaman konsep mendalam serta kemampuan berhitung peserta didik membuat beberapa peserta didik mengalami kendala dalam memahami materi penyusutan aset tetap. Akar masalah dari kurangnya pemahaman konsep mengenai penyusutan aset tetap yaitu kurangnya minat literasi peserta didik karena buku pegangan siswa yang kurang menarik, model pembelajaran yang hanya ceramah serta kurangnya latihan soal sehingga kemampuan berhitung peserta didik yang masih rendah.

Faktor lain yang mempengaruhi prestasi belajar siswa untuk belajar adalah guru yang kurang kreatif dalam mendesain pembelajaran. Apalagi guru jarang menggunakan media interaktif seperti power point interaktif, video pembelajaran, dan lain-lain. Hal ini tentunya membuat sebagian besar siswa menjadi cepat bosan dan berakibat pada rendahnya prestasi belajar siswa. Prestasi belajar yang rendah dapat dilihat dari nilai ulangan semester gasal yang rendah dan masih banyak siswa yang belum melampaui batas kriteria ketuntasan minium sampai dengan prosentase 50%.

Salah satu model pembelajaran yang berorientasi pada HOTS dan disarankan dalam implementasi Kurikulum 2013 dengan metode dan model  pembelajaran berbasis masalah dan penemuan konsep suatu materi adalah model pembelajaran problem based learning. Model Pembelajaran Problem Based Learning  menuntut siswa untuk berpikir kreatif, mengalisis masalah serta memberikan solusi yang tepat bagi masalah yang guru sajikan. Selain itu permasalahan mengenai kurangnya literasi siswa yang disebabkan oleh bahan ajar yang kurang menarik dan ketertarikan siswa kepada gadget dapat diatasi dengan memberikan solusi berupa media pembelajaran video interaktif dan pemberian e-modul berupa flipbook dengan membagikan link di grup mata pelajaran maupun diberikan secara langsung saat pembelajaran.

Gadget merupakan salah satu teknologi yang mudah digunakan oleh siswa-siswi zaman sekarang. Selain itu peralihan pandemi ke pembelajaran normal juga berpengaruh terhadap minat literasi siswa  menjadi berkurang. Sebagai solusinya pembelajaran dengan memanfaatkan gadget atau handphone siswa yaitu dengan menyediakan bahan ajar yang dapat siswa buka di handphone masing-masing. Bahan ajar yang diterapkan dalam materi penyusutan asset tetap yaitu berupa media pembelajaran video interaktif dan e-modul berbasis flipbook. Diharapkan dengan media pembelajaran berupa video yang interaktif dan e-modul yang menarik yang dapat siswa buka di handphone masing-masing dapat membuat peserta didik lebih nyaman untuk belajar baik dirumah maupun disekolah.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pembelajaran menggunakan model problem based learning dengan berbantu media e-modul yaitu diawali dengan pendahuluan. Pada model pembelajaran problem based learning ada lima fase yang harus dilalui dalam kegiatan inti. Fase yang pertama yaitu orientasi peserta didik pada masalah, pada fase ini guru akan memberikan sedikit penjelasan mengenai materi penyusutan asset tetap. Selanjutnya fase kedua adalah mengorganisasikan kegiatan peserta didik, pada fase ini peserta didik akan  dibagi menjadi beberapa kelompok dan berdiskusi menggunkan lembar kerja peserta didik yang disediakan oleh guru. Fase ke tiga yaitu membimbing penyelidikan, pada fase ini peserta didik akan berdikusi dan mengerjakan lembar kerja peserta didik . Fase ke empat mengembangkan hasil karya peserta didik, dalam fase ini peserta didik akan mempresentasikan hasil diskusi kelompok didepan kelas sebagai bagian dari keaktifan menyampaikan materi. Selain peserta didik yang menyampaikan materi, peserta didik lain akan menanggapi dan memberikan pertanyaan yang masuk kedalam fase ke lima yaitu analisis dan evaluasi. Pembelajaran akan ditutup dengan kesimpulan yang disampaikan oleh siswa dan dirangkum oleh guru dan guru akan menutup pembelajaran.

Melalui model pembelajaran problem based learning peserta didik mampu memahami secara mendalam materi penyusutan aset tetap secara konsep teori maupun perhitungannya dengan baik. Penggunaan literasi e-modul dirasa lebih menarik dan variatif membuat semangat peserta didik dalam berliterasi. Pembelajaran dengan menggunakan problem based learning dan penggunaan e-modul sebagai sarana literasi digital dinilai efektif karena siswa lebih leluasa berdiskusi dengan teman dan guru dalam proses pembelajaran sehingga materi yang kurang jelas dapat ditanyakan langsung. Praktik baik ini dimaksudkan seluruh pendidik bergerak bersama untuk melakukan model pembelajaran inovatif yang sesuai implementasi kurikulum 2013 dan kurikulum merdeka. Harapannya dengan model pembelajaran inovatif dapat membentuk perilaku saintifik, perilaku sosial, dan mengembangkan rasa keingintahuan sehingga peserta didik lebih nyaman dan memenuhi kebutuhan belajar peserta didik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun