Mohon tunggu...
Suci Istiqamah
Suci Istiqamah Mohon Tunggu... -

Mahasiswa DIII Akuntansi Pemerintahan STAN 2010

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Negeriku sedang Galau

20 Agustus 2011   01:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:37 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Negeriku sedang bersedih, mengambil istilah keren remaja saat ini, negeriku sedang galau.
Negeriku kembali jadi sorotan publik akibat ulah pejabatnya yang begitu mencekik, terlebih ulah si 'udin sedunia'.
Padahal baru hitungan beberapa hari yang lalu ia menggenapkan usianya di angka unik 66 tahun.

Ah, tak kusangka, negeriku sudah cukup berumur
Sudah tak sepantasnya ia  menanggung berbagai beban dan masalah yang berlomba-lomba menggerogoti citranya.
Sudah tak wajar rasanya jika tiap hari harus ada koruptor yang silih berganti mengisi daftar persidangan pengadilan.
Ah negeriku, Indonesiaku.. Padahal sudah seharusnya kau merasakan manisnya kemerdekaanmu,
kemerdekaan yang dulu terasa begitu emas untuk segera digagas oleh pejuangmu.
Tapi lihatlah sekarang,tak sedikitpun, aparatmu membiarkan kau bernafas lega..

Entah sampai kapan, aku menunggu waktu ketika dunia menundukkan kepala menghormatimu,
bukan malah menghardikmu seperti ini. Bahkan negara terdekat pun sanggup mengkhianati.
Mengakui apa yang bukan milik mereka menjadi atas nama mereka.
Entah sampai kapan aku berhenti mendengar rakyat mencaci maki dirimu,
'Negara Koruptor!!!', begitu pekik para kawula muda.
Padahal, tanah yang sedang mereka injak adalah tanahmu.
Berbagai caci maki hasil sulutan emosi tak terkendali selalu dilontarkan padamu.
Padahal seharusnya merekalah yang menuntunmu dan mendukungmu untuk selalu maju.
bukan malah terlalu banyak mengeluh dan menuntut.

Ah iya, aku baru ingat, kau bukan manusia..
yang semakin bertambah usia akan semakin renta.
Bahkan sebaliknya kau akan semakin meraja, karna kau hasil regenerasi rakyatmu
Kini aku mengerti, mengapa mereka tak pernah berhenti memekikkan berbagai tuntutan
aku mengerti, mengapa tak henti-hentinya rakyatmu selalu menghujanimu dengan berbagai hujatan.

Mereka yang tak merasakan keadilanmu, mereka yang tak merasakan kemakmuran yang kau janjikan.
Yah aku mengerti, memang susah untuk menyamaratakan kemakmuran di negeri ini. Apalagi saling menyamakan paham, terlalu banyak penduduk dari berbagai daerah dengan isi kepala yang berbeda-beda.

Tapi yang aku sesalkan, kenapa mereka, rakyatmu tak mau mengisi kekuranganmu dengan kelebihanmu??
Padahal mereka tahu, bukan suatu hal yang mudah menyatukan berbagai penduduk dari berbagai sudut.
Bukan suatu hal yang mudah untuk mengatur negeri yang penuh dengan idealisme ini.
Dan bukankah suatu kebanggaan bagi mereka, negeri ini masih bisa tetap bertahan sebagai negara merdeka ditengah dinamika globalisasi yang semakin mendunia?
Mengapa tak sesekali mereka melihat prestasi yang kau beri?
Tidakkah mereka bangga, kau, Indonesia bisa jadi salah satu negara yang terselamatkan dari krisis moneter yang mengancam kemarin?
Tidakkah mereka bangga, kau yang terdiri dari beribu-ribu pulau masih jadi satu kesatuan yang utuh?
Belum sepantasnya kemerdekaan dijadikan alasan untuk menuntut kesempurnaan

Negeri ini masih sedang berkembang, walau telah memasuki usia senjanya,
tapi apakah tidak wajar rasanya negeri yang begitu luas dan bercorak ini memasuki masa emasnya begitu ringkas?
Amerika saja butuh ratusan tahun untuk jadi ia yang sekarang.
Dibandingkan dengan Malaysia, Singapura, dan Jepang?
mereka jauh lebih kecil dari Indonesia, tak se'level' dengan kita.

Negeriku sudah cukup galau dengan berbagai masalah yang muncul.
Kenapa tak sesekali kita mencoba mengurangi kegalauannnya?
Kenapa tak sesekali kita turun ke jalan, bukan untuk menuntut,
tapi untuk menghasut rakyat agar mau berkontribusi juga untuk Indonesia.
Tidakkah kita sadar kita sendirilah nyawa dari negeri ini?
Indonesia memberikan pendidikan kepada kita bukan untuk semakin bijak menginjak
melainkan untuk sama-sama berfikir apa solusi terbaik dan konstruktif untuk Indonesia
Bayangkan, jika semua orang mulai mengubah pola pikirnya untuk negeri ini.
terlebih aparatur pemerintahan dan pejabatnya.
Bukan suatu hal yang tak mungkin, di usia ke 70 nanti, negeri ini angkat kaki dari kemiskinan.

jika bukan kita yang punya nasionalisme tinggi, siapa lagi??
jika bukan kepada kita, kepada siapa lagi negara berharap?
seperti kata AA Gym, 3M
Mulai dari diri sendiri!
Mulai dari hal kecil!
Mulai dari sekarang!

mari sama-sama kita teriakkan "AKU CINTA INDONESIA!!!"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun